aku, kamu, and sex

Kekuatan Cinta



Kekuatan Cinta

0Abdul terbangun saat mendengar suara pintu terbuka, perlahan Ia bangkit lalu melihat Jelita sedang melakukan sholat subuh. Perlahan Abdul masuk ke dalam kamar mandi lalu mandi untuk menyegarkan tubuhnya dan sekaligus mengambil air wudhu. Setelah itu ia keluar kamar mandi dan melihat Jelita yang sedang memanjatkan doa dengan derai air mata.      1

Abdul tak tega melihat sang ibu mertua bersedih, tapi Ia pun tak tahu mesti bagaimana, Abdul sangat tahu dengan perasaan Jelita karena ia juga merasakan hal yang sama.     

Abdul lalu mendekati ranjang Yola, saat mendengar suara Yola yang ternyata sudah bangun dari tidurnya.     

"Kaun sudah bangun?" Tanya Abdul pada Yola.     

"Kamu dari mana?" Tanya Yola sambil menatap wajah Abdul yang namoak segar.     

"Aku, habis mandi lalu wudhu mau sholat."     

"Aku ikut sholat ya." Ujar Yola.     

Abdul mengangguk, lalu membantu Yola untuk bertayamum, setelah itu Abdul mengambilkan Yola mukena di lemari kecil, dan membantu Yola memakaikan mukena tersebut.     

"Terimakasih." Ucap Yola, lalu akhirnya mereka melakukan sholat berjamaah untuk pertama kalinya.     

Jelita tersenyum bahagia melihat bagaimana menantu dan anaknya bisa saling menerima satu dengan yang lain.     

Setelah selesai mengerjakan sholat subuh, mereka berdoa untuk kelancaran operasi yang akan dilakukan hari ini.     

Yola mencium tangan Abdul, ada perasaan yang aneh saat Yola mencium tangannya. Abdul mencium kening Yola lama.     

"Aku menyayangimu, semoga Allah segera memberimu kesembuhan, sayangku." Bisik Abdul didepan wajah Yola.     

"Amiin,"     

Tak lama kemudian, Sofyan dan Danil datang, setelah mengucapkan salam, Danil lalu mendekati Yola bersama Jelita dan Sofyan.     

"Abang dimana, ayah?" Tanya Yola pada Danil.     

"Jhonatan berada di kamar samping mu. Jangan khawatir, dia akan baik-baik saja."Kata Danil lalu mencium kening anak gadisnya.     

"Ayah, aku sudah mengetahui sesuatu?"     

"mengetahui apa sayang?" Tanya Danil dengan lembut.     

"Jika ayah, telah menikahkan ku dengan Abdul."     

Danil terdiam, lalu menatap Sofyan dan juga Abdul.     

"Ya, maafkan ayah, karena tak memberitahumu."     

"Tidak apa-apa ayah, aku bisa menerimanya. Tapi aku harustetap menghukumnya? Bolehkan Abah?" Tanya Yola dengan tatapan beralih pada Sofyan.     

"Tentu saja boleh sayang, kau boleh menghukumnya."     

"Ya sudah sekarang kalian sarapan saja, sambil menunggu dokter datang." Ucap jelita pada Danil dan Sofyan.     

Sementara di negara C, Ramond sudah berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka menuju negara asalnya. Bahkan kali ini mereka tak hanya berdua, tetapi bersama Matt dan Molly serta Cintya, anak hasil pernikahan Matt bersama Molly.     

"Papa, apakah perjalanannya masih jauh?" Tanya Cintya pada Matt yang sedang menatap Tab miliknya.     

"Ya, kamu istirahat saja, nanti ketika bangun, kita akan sudah sampai disana."     

"Aku tidak ingin tidur, hanya ingin ngobrol bersama kakak saja. Tapi kakak sibuk dengan istrinya."     

"Kau harus maklum, mereka berdua sedang jatuh cinta, kau sebaiknya jangan menganggu mereka, disini saja bersama ayah, jika kau tak mau tidur bersama mamamu."     

"Ayah, bagaimana ayah bisa mempunyai saudara seperti Om Ronald?"     

"Ehm, Om Ronald itu ayah angkat Kakakmu, dank au tahu jika Om Ronald tidak hanya menyayangi kakakmu, tapi juga menyayangimu." Kata Matt pada anak gadisnya.     

"Tapi, aku menyukai Fatih." Ucap Cintya tiba-tiba.     

"Kenapa kau menyukainya?" Tanya Matt yang penasaran dengan anak gadisnya yang tiba-tiba saja mengakui perasaannya terhadap faith, padahal biasanya jika mereka berjumpa akan terjadi perang dunia.     

"Dia menyebalkan, tapi juga lucu, cerdas dan tampan." Ujar Citya.     

"Sebaiknya kau menjaga sikapmu pada Fatih, karena Ia sedang belajar di pesantren bersama Yola, kau jangan sembarangan mencintainya."     

"kenapa? Kenapa tak boleh aku menyayanginya?"     

"Kalian bersaudara bagaimana kalian akan menikah?"     

"Akutak bilang ingin menikah dengannya, papa. Aku hanya bilang jika aku menyukainya."     

"Lalu?"     

"Taka apa."     

Cintya meninggalkan sang papa yang sedang merasa kebingungan dengan sikap Cintya yang lain dari biasanya.     

"Apa yang terjadi dengan Cintya?" Gumam Matt.     

Cintya duduk menghadap keluar jendela, matanya menatap bintang yang berkelip dari kejauhan, dan pikirannya melayang pada apa yang pernah Ia dengar dari seseorang yang merupakan ketua geng yang berbahaya.     

"Sebenarnya apa yang terjadi, siapa om Ronald? Bagaimana mereka bisa mengincar Fatih?" Gumam Cintya sambil mengerutkan dahi.     

"Aku harusmengatakan hal itu pada Fatih, tapi bagaimana caranya? Sedangkan papa tidak percaya kalau aku menyukainya, walau tidak seperti yang papa bayangkan sih. Aku menganggap Fatih saudaraku, bagaimana aku bisa jatuh cinta dengannya." Cintya masih terus bergumam.     

"Apa yang harus aku lakukan? Ya Tuhan, tolong bantu aku untuk menyelamatkan saudaraku itu."     

"Cintya berpikirlah Cintya jangan jadi gadis yang bodoh."     

Sementara Fatih yang sedang mau minum tiba-tiba saja tersedak.     

"Uhuk…uhuk…" Fahri segera mengelus pungung saudaranya itu.     

"Makanya pelan-pelan minumnya." Ucap Fahri lalu kembali memberikan air minum pada Fatih.     

"Entah kenapa aku jadi mengingat Cintya."     

Dahi Fahri berkerut, "Cintya anak Om Matt?"     

"Ya, aku memang sangat dekatnya walau kami sering bertengkar."     

"Aku tahu itu, kabarnya dia juga akan ikut bersama kak Ramond untuk fatang kemari. Jadi kita bisa menemuinya."     

"kau tak bohongkan?"     

"Iya serius."     

"Baguslah, aku bisa bertemu dengannya, lalaun jam berapa kita akan ke rumah sakit?" Tanya Fatih pada Fahri.     

"Nanti sekitar jam sepuluh,"     

"Ayahmu akan menjemput kita?" Tanya Fatih pada fahri.     

Fahri mengangguk, "Ya, ayah yang akan menjenguk kita, sedangkan papa mu akan langsung berangkat ke rumah sakit."     

"Ya sudah, aku juga menghawatirkan Yola juga Jhonatan."     

"Begitupun aku, semoga operasi mereka hari ini lancar."     

"Amiin."     

"Kau bagaimana besok bukannya ada lomba MTQ tingkat nasional, Fahri? Kau harus tetap fokus, untuk lomba juga, jangan sampai kondisi kita saat ini mempengaruhimu."     

"Ya aku akan berusaha untuk tampil dengan baik, ini adalah impian Yola, namun Ia tak bisa mengikutinya karena kondisinya saat ini, aku harap aku bisa memenangkan lomba ini dan memberikan piala kemenangan itu untuk ku berikan pada Yola." Ujar fahri lalu menarik nafas panjang, tatapannya menerawang pada sosok Yola yang sellau mengatakan bahwa Ia sangat ingin mengikuti lomba tersebut dan akan membuat bangga ayah dan bundanya.     

"Bagus kalau begitu. Yola gadis yang kuat, aku yakin Jhonatan dan dirinya bisa melewati ujian ini dengan baik, begitu juga dengan Abdul sebagai suami Yola, aku yakin dia juga laki-laki yang kuat dan dewasa."     

"Aku tak percaya jika sekarang Yola sudah berubah status sebagai seorang istri."     

"Ya, tapi taka pa, yang jelas dia menikah dengan laki-laki yang tepat, dan luar biasa seperti Abdul membuat aku tak terlalu menghawatirkan Ia."     

"Ya, semoga mereka bahagia, dan bisa melalui ujian ini dengan baik."     

"Amiin."     

"Kita ke kelas sekarang?"     

"tentu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.