aku, kamu, and sex

Separuh Jiwaku



Separuh Jiwaku

0Semua orang menunggu dengan perasaan tak menentu di depan ruang operasi, apalagi Abdul yang tak henti-henti berdoa untuk istri tercintanya.      2

Sunyi. Tak ada suara yang keluar dari mulut mereka, dua orang terbaring di meja operasi adalah dua orang yang sangat mereka sayangi.     

Hanya Humaira yang diijinkan dokter untuk masuk ke ruang operasi guna melihat penanganannya secara langsung.     

Ramond melangkah dengan cepat bersama dengan istri, adik dan kedua orang tuanya.     

Setelah melihat seluruh keluarganya sedang menunggu dengan gelisah di depan ruang operasi. Ramond langsung berlari mendekat meninggalkan seluruh keluarga yang datang bersama dengannya.     

"Bunda." Panggil Ramond pada Jelita.     

Semua orang langsung menoleh pada sosok tinggi besar yang baru saja datang di tengah-tengah mereka.     

"Ramond." Jelita menyambut Ramond dengan pelukan hangat, begitu juga dengan keluarga yang lain yang langsung memeluk Matt dan Molly serta Citya bergantian.     

"Ramond." Panggil Danil.     

"Ayah." Lalu Ramond berganti memeluk Ramond.     

"Maaf kan ayah." Ucap Danil, Ramond langsung memahami apa yang dimaksud oleh Danil, Ia pun lalu mengangguk.     

"Tidak apa ayah."     

"Silvia." Panggil Danil, lalau memeluk dengan sayang, tubuh munggil dalam dekapannya.     

"Jaga Ramond, semoga kalian bahagia selalu, doa ayah selalu bersama kalian berdua." Ucap Danil tulus.     

"Amiin. Terimakasih ayah."     

"Abdul." Panggil Danil pada menantunya yang sedari tadi hanya mengamati keluarga yang baru saja datang. Abdul mendekati Danil lalu berdiri di sampingnya.     

"Abdul, kenalkan ini Ramond, kakaknya Yola." Danil memperkenalkan Abdul pada Ramond. Dengan sama-sama mengembangkan senyum keduanyab berjabat tangan.     

"Titip Yola, dia adikku yang paling manis, dan juga iseng." Ucap Ramond pada Abdul yang mengangguk, dalam hatinya mengerti mengapa Yola bisa jatuh hati pada pria yang ada di hadapannya ini. Sosok pria dewasa, sopan, dan smart.     

"Ya, percayakan padaku." Kata Abdul dengan menampilkan sosok dewasanya.     

Semua orang termangu menatap pada dua laki-laki itu, dua orang yang sama-sama menyayangi Yola. Walau takdir telah berkata lain dengan memberikan jodoh yang lain pada mereka.     

Setelah menunggu hampir dua jam mereka akhirnya melihat lampu diatas pintu operasi padam, yang menandakan proses operasinya telah selesai.     

Pintu ruangan operasi terbuka, Humaira adalah orang yang pertama kali keluar dari ruangan tersebut.     

"Sayang, bagaimana Yola dan Jhonatan?"     

"Ibu, bagaimana Yola sama Jhonatan?"     

"Ra. Jawab Ra."     

Berbagai pertanyaan ditanyakan oleh Rey, Fatih dan Ronald, sedangkan Jelita hanya menatap Humaira dengan perasaan yang tak menentu.     

"Lebih jelasnya biar nanti dokter saja yang menjelaskan." Ucap Humaira sambil menuju pada Jelita lalu memeluknya erat.     

"Semua akan baik-baik saja." Bisik Humaira di telinga Jelita yang sedang terisak.     

"Ra. Cucu ayah…" Handoko menatap Humaira dengan sendu, disampingnya Selena bergelayut sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Selena sangat dekat dengan Yola dan selalu memanjakannya.     

"Tenanglah ayah, mereka akan baik-baik saja." Ucap Humaira pada ayah mertuanya.     

Sedangkan Tuan Sanjaya dan istrinya sudah tak mampu untuk sekedar berdiri dan menatap Humaira.     

Tak berapa lama, dokter yang bertangung jawab dalam operasi tersebut keluar dari ruang operasi, lalu berdiri di depan Danil, Ronald, Sofyan dan Rey langsung ikut mendekat pada dokter, begitu juga dengan Abdul.     

"Bagaimana keadaan Yola dan Jhonatan?" Tanya Abdul yang tak sabar dengan dokter tersebut.     

"Keadaan Jhonatan baik-baik saja, dia akan segera pulih, tapi untuk Yola, dia belum keluar dari masa kritis, kami harus membawanya keruangan ICU." Ucap sang dokter pada Abdul dan seleuruh keluarga.     

Abdul, melihat brankar yang membawa Yola keluar dari ruang operasi, tanpa mengatakan apapun, Abdul lalu berjalan kea rah brankar yang sedang di dorong oleh suster, lalu Abdul mengapai jemari Yola, dan bersama dengan suster Ia ikut membawa Yola ke ruang ICU, sementara keluarga yang lain sedang terpuruk karena belum ada pertanda baik untuk kesehatan Yola.     

"Silvia, aku harusmenemani Abdul."     

"Pergilah, kak. Nanti aku menyusul. Temani dia."     

"Terimakasih, sayang." Ramond mencium kening Silvia lalu berlari mengejar Abdul dan suster yang membawa Yola ke ruang ICU.     

Sementara Jhonatan juga baru saja keluar dari ruang operasi, lalu dibawa ke ruangan rawat, Ronald dan Rey menyuruh Danil dan Jelita untuk menyusul Abdul menjaga Yola, sedangkan Jelita akan menunggu Jhonatan.     

Dengan digandeng oleh Humaira Jelita mengikuti brankar Jhonatan bersama dengan keluarga yang lain.     

Abdul terus mengengam tangan Yola hingga mereka sampai di depan ruang ICU.     

"Maaf Mas, kami harus memasang alat kesehatan pada Mbak Yola, anda tidak diperkenankan masuk."     

"Tapi sus."     

"Maaf, ini prosedur rumah sakit."     

Ramond memegang bahu Abdul dari belakang, yang membuat Abdul lalu menoleh pada sosok Ramond yang sedang mengangguk padanya.     

"Sabar, sabar Abdul." Ucap Ramond. Abdul lalu memundurkan langkahnya lalu menyandar pada tembok seraya berucap istighfar berkali-kali.     

Ramond mendekat pada Abdul, lalu memeluk laki-laki yang mempunyai tinggi badan hampir sama dengan Ramond, walau umur keduanya terpaut jauh.     

Tak lama kemudian, Danil dan Sofyan datang, kembali mereka saling berpelukan dan saling memberi semangat satu sama lain.     

Sesedih apapun hatinya saat ini, namun Ia berusaha untuk terlihat tegar dan baik-baik saja di hadapan seluruh keluarga. Ia tak ingin keluarga besarnya menaruh kecemasan padanya, sudah cukup Yola dan Jhonatan yang membuat mereka cemas tidak dirinya.     

Abdul juga harus kuat demi Yola, demi sosok perempuan perebut hatinya, pemilik seluruh hati dan jiwanya.     

"Titip Yola ayah, Abdul mau sholat dulu." Ucap Abdul setelah waktu ashar telah tiba.     

Lalu dengan langkah gontai Abdul menuju ke mushola yang jaraknya tak begitu jauh dari ruang ICU, kali ini, Fahri mengikuti langkah Abdul dari belakang, bagaimanapun Ia tak mau sahabatnya itu terpuruk sendirian.     

Setelah sampai di mushola, Abdul langsung membasuh wajahnya dengan air wudhu, menyegarkan dirinya dengan air suci yang akan membawanya dalam ketenangan. Disampingnya Fahripun melakukan hal yang sama, setelah selesai berwudhu keduanya bersama-sama masuk ke dalam mushola dan melakukan sholat ashar berjamaah.     

"Terimakasih, kalian selalu ada saat aku membutuhkan." Ucap Abdul setelah mereka selesai melakukan Sholat ashar berjamaah.     

"Kami semua tak kan pernah meninggalkanmu."Ucap Fahri menatap sahabta sekaligus saudaranya itu.     

"Ya, aku beruntung masuk dalam keluarga kalian."     

"Kami pun sama beruntungnya denganmu, mempunyai keluarga sekaligus sahabat yang baik seperti dirimu, begitu juga dengan Yola, dia beruntung mendapatkanmu, yang tak pernah meninggalkannya barang sebentarpun."     

"Aku takut sesuatu terjadi pada Yola, Fahri. Aku tak ingin kehilangannya." Ucap Abdul lalu menunduk diantara dua lututnya yang Ia lipat.     

"Percayalah Yola akan baik-baik saja, dan akan segera sembuh." Ucap Fahri.     

"Ya, semoga saja. Ayo kita kembali ke ICU." Ajak Abdul.     

"Kau tak ingin istirahat?"     

"Tidak, aku tak ingin meninggalkan Yola barang sebentarpun."     

"Baiklah."     

Keduanya lalu berjalan bersama menuju ke ICU dimana Yola sedang berjuang antara hidup dan mati. Jantung Abdul dan Fahri bertalu dengan kencang, saat melihat semua orang berdiri didepan pintu ICU dan suara tangisan terdengar menyayat hati.     

Abdul berlari menuju ke ruang ICU lalu seluruh keluarga menatap Abdul dengan tatapan kesedihan yang mendalam.     

"Tidak! Tidak mungkin."     

Sofyan berusaha menghentikan anak yang hendak masuk ke ICU dimana dokter sedang mencabut peralatan medis di tubuh Yola.     

"Abdul, kamu harus terima ini." Ucap Sofyan dengan memegang kedua bahu Abdul.     

"Tidak Abah! Tolong lepaskan Abdul."     

"Tidak Abdul!"     

"lepas Abah!!" Teriak Abdul pada Sofyan dengan tatapan tajam mengarah pada Yola yang terbujur di atas ranjang ICU.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.