aku, kamu, and sex

Separuh jiwaku, datang lagi.



Separuh jiwaku, datang lagi.

0Abdul terbangun saat merasakan pegal disekujur tubuhnya, Dia seperti habis melakukan perjalanan jauh dengan berjalan kaki, namun kenyataannya Ia kini tengah berada di samping Yola, bahkan mereka menggunakan selimut yang sama.     
0

Abdul mengingat apa yang sebenarnya terjadi, dan dia begitu terkejut saat mengingat apa yang terjadi kemarin sore.     

"Yola!" Ucap Abdul dengan menatap Yola, namun Ia bernafas lega saat melihat tubuh Yola yang bergerak bahkan tangannya seperti sedang mencari sesuatu. Lalu tiba-tiba perlahan kedua mata Yola terbuka, setelah menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu, Yola tersenyum saat menyadari suaminya sedang menatapnya dengan tatapan teduh dan penuh kelegaan.     

"Kau sudah bangun? Aku kira kau akan meninggalkan aku." Ujar Yola yang tak mengingat apa yang sudah terjadi.     

"Aku sudah bilang padamu, aku tak kan pernah meninggalkanmu." Ucap Abdul lembut lalu mencium kening Yola lama.     

EHEMM!!     

Suara deheman mengagetkan keduanya, lalu sepasang suami istri muda itu menatap ke sumber suara, dan terlihatlah laki—laki paruh baya yang dilehernya melingkar surban berwarna hijau.     

"Selamat datang kembali menantu Abah." Ucap Sofyan sambil tersenyum lembut. Abdul dan Yola saling tatap lalu menunduk malu.     

"Terimakasih ayah, memangnya Yola habis dari mana?" Ucap Yola bingung dengan pertanyaan yang diajukan oleh Sofyan, ayah mertuanya.     

"Kamu habis jalan-jalan, tapi lupa mengajak suamimu, lalu kamu tersesat. Untung saja suamimu bisa menemukan mu, kalau tidak bagaimana coba? Kami semua akan kehilanganmu." Jawab Sofyan sambil tersenyum lebar, Danil yang tidur di sofa membuka matanya saat mendengar suara orang yang sedang berbicara.     

"Yola!" Danil lalu beranjak lalu memeluk Yola erat.     

"Sayangm syukurlah kamu tidak apa-apa, terimakasih kalian telah kembali." Danil mengurai pelukannya pada Yola lalu mencium kening anak perempuan satu-satunya itu. Kemudia Ia kembali memeluk Abdul dan Yola secara bersamaan.     

Sofyan hanya tersenyum lebar, melihat pemandangan yang mengharukan tersebut.     

"Yola! " Panggil Rey yang baru saja dari mushola untuk sholat subuh.     

"Om, maaf yola membuat semua orang menjadi khawatir." Ucap Yola pelan.     

"Tidak apa-apa sayang, syukurlah kamu baik-baik saja." Ucap Rey lalu mencium kening keponakannya dengan sayang.     

"Bang Jhon bagaimana ayah?"Tanya Yola pada ayahnya. Danil tersenyum.     

"Kakakmu baik-baik saja, dia dikamar yang lain ditemani Fahri dan Fatih." Jawab Danil.     

Jelita dan Humaira yang juga baru saja datang dari mushola, tersenyum lebar saat melihat Yola yang sudah bisa bercakap-cakap seperti biasa.     

"Alhamdulilah, akhirnya kamu bangun sayang." Ucap Jelita dengan memeluk anaknya erat.     

"Iya, Bunda. Maaf kan Yola, telah membuat Bunda khawatir."     

"Tidak sayangm kamu segalanya untuk kami."     

"Tante." Sapa Yola pada Humaira.     

"Sayangnya tante." Ucap Humaira lalu memeluk Yola dengan mengusap kepala yang terbalut perban itu kembut.     

"Oya, tak hanya mereka yang menemanimu dari kemarin." Ucap Abdul sambil menatap Yola.     

"Siapa?"     

"Ada Oma, Opa, Momma, kakek, dan kakek Richard yang hanya bisa menangis tanpa mau melihatmu terbaring di ranjang. Lalu ada, Om dan Tante Matt, Cintya dan__ "     

"Dan?"     

"kak Ramond juga Silvia."     

"Lalu dimana mereka sekarang?"     

"Mereka sedang berada di hotel setelah mengetahui bahwa kau baik-baik saja." Ucap Danil pada anaknya.     

"Ya sudah kalian sarapan dulu, bikin kopi dikamar sebelah, aku dan Humaira telah menyiapkannya untuk kalian." Ucap Jelita.     

"Aku mushola dulu sebentar, nanti aku kembali."     

"Sholatlah disini, aku ingin ikut sholat denganmu." Rengek Yola pada Abdul yang sedang menatapnya lalu mengangguk.     

"Aku akan wudhu sebentar." Ucap Abdul lalu turun dari ranjang yang Ia tempati bersama Yola.     

"Ya sudah, kami ke kamar samping dulu, mau ngopi." Ucap Rey lalu mengajak Humaira dan Sofyan serta Danil untuk berpindah tempat.     

Abdul selesai berwudhu lalu membantu sang istri untuk tayamum, lalu Jelita membantu mengenakan Mukena miliknya pada Yola. Dan membiarkan mereka berdua untuk mengerjakan sholat berjamah.     

'Semoga setelah ini tak ada lagi halangan dan kesulitan untuk kalian.' Gumam Jelita sambil menatap anak dan menantunya yang sedang mengerjakan sholat subuh berjamah.     

Setelah selesai mengerjakan sholat subuh Yola dan Abdul mencium tangan Jelita yang sedari tadi menunggui mereka.     

"Abdul, kamu sarapan dulu kih sana. Dari kemarin kamu tidak makan apapun." Kata Jelita pada Abdul.     

"Iya, kamu sarapan dulu aja bareng sama ayah. Aku disini sama bunda." Ucap Yola, lalu Abdul mengangguk karena memang dia sangat lapar saat ini.     

"Kamu gimana?"     

"Nanti aku akan makan setelah ada jatah makan dari rumah sakit, aku ingin cepat sembuh maka aku akan mengikuti semua prosedur rumah sakit termasuk makanannya." Ucap Yola yang membuat Abdul tersenyum lebar.     

"Ya sudah, aku sarapan dulu ya, Bunda titip Yola, Abdul hanya sebentar kok." Ucap Abdul pada Jelita.     

"Kamu ini, Yola juga tetap anak Bunda walau sekarang Ia telah menjadi istri kamu, Abdul."     

Abdul nyengir, lalu meninggalkan dua wanita beda usia tersebut untuk mengisi perutnya yang telah minta di isi.     

"Yola, kamu beruntung mendapatkan Abdul. Kamu mau tahu sesuatu?" Ucap Jelita pada Yola.     

"Apa itu bunda?"     

"Abdul tak perbah meninggalkanmu, kecuali untuk keperluan sholat."     

"Benarkah bunda? Ya Allah…"     

"Dan juga_ "     

"Apa lagi bunda."     

"Abdul yang membayar semua biaya rumah sakit ini, dengan uangnya sendiri, dan tak mau di bantu oleh siapapun." Ucap Jelita sambil tersenyum, karena bahagia mendapatkan menantu yang sangat menyayangi putrinya, dan juga sangat bertangung jawab.     

"benarkah itu bunda?" Tanya Yola dengan wajah terkejut.     

"Ya, dia menggunakan semua tabungannya untuk membayar seluruh pengobatanmu."     

"Ya Allah Abdul." Ucap Yola sambil menyandarkan kepalanya di dada ibuny.     

"Abdul adalah laki-laki yang sangat bertangung jawab, dan juga sangat menyayngimu."     

Yola menarik nafas panjang. "Iya bunda, dan dia juga yang menjemputku untuk pulang."     

"Ya, dia tak begitu percaya jika kau belum meninggal kemarin, lalu Ia tidur disampingmu, dan sekarang kami bisa melihatmu dengan keadaan yang jauh lebih baik." Ucap Yola.     

"Kau sudah melupakan Ramond?" Tanya Jeita.     

"Tidak ada sesuatu yang bisa aku lupakana tentang dirinya, namun kini aku membuka pintu itu untuk saudara laki-laki ku bukan pacar, apa lagi sudah tak seharusnya aku memikirkan laki-laki lain sedangkan aku punya lakia-laki yang sangat menyayangiku dunia kahirat." Ucap Yola sambil tersenyum.     

Lalu tak berapa lama, Abdul kembali dan menyuruh Jelita untuk gantian meminum sesuatu dana juga untuk sarapan.     

"Bunda, gentian sarapan kih." Suruh Abdul pada Jelita.     

"Kalian tidak apa-apa bunda tinggal sednri?"Tanya Jelita sambil menatap wajah Yola dan Abdul secara bergantian.     

"Terimakasih, Abdul." Ucap Yola pada Abdul sambil menundukkan kepala.     

"Tak perlu terimakasih, ini memang kewajibanku." Ucap Abdul sambil membelai tangan Yola dengan sayang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.