aku, kamu, and sex

Hakikat Ilmu



Hakikat Ilmu

0Setelah beberapa jam mereka mengikuti ujian akselerasi, mereka berkumpul di samping mobil Abdul menunggu Yola yang berpamitan untuk ke toilet di temani oleh Abdul.     
0

"Yola kenapa jadi manja gitu ya sama Abdul?" Tanya Fahri menatap Abdul dan Yola dari kejauhan.     

"Karena laki-laki suka jika perempuannya manja dengan dirinya, bukan begitu Mr. Jhonatan?" Ujar Fatih.     

"Ciyehhh, sejak kapan kamu jadi tahu tentang jiwa perempuan?" Kata Jhonatan justru menggoda Fatih.     

"ya elah, salah ngomong lagi nih aku." Keluh Fatih.     

"Ngobrolin apaan sih, kayaknya asik bener." Tegur Yola saat Ia dan Adbul sampai di depan mereka.     

"Ngobrolin kamu." Ujar Fahri.     

"Aku?" Tanya Yola sambil menunjuk dirinya sendiri.     

"Iya, kamu." Ujar Fatih     

"kenapa?" Tanya Yola.     

"Perasaan kamu jadi manja gitu sekarang sama Abdul." Ujar Fahri sambil menatap Yola.     

Yola tertawa, lalu masuk ke dalam mobil setelah pintu mobil itu di buka oleh Abdul.     

"Ayo masuk, aku mau ngajak kalian jalan-jalan sekali-kali, mau ga?" Tanya Abdul pada mereka.     

"Oke, mumpung kita sudah libur." Ucap Fatih dengan semangat.     

"Baiklah, pak Karim kita ke pantai ya." Perintah Abdul pada Pak Karim.     

"Siap, bos." Jawab Pak Karim.     

Pak Karim melajukan mobilnya ke arah pantai, jarak yang ditempuh hingga mereka sampai pada tujuan sekitar satu jam. Dan selama itu pula Yola tak pernah melepaskan tautan jemarinya dengan Abdul.     

"Itu tangan di lem atau gimana?" Tanya Fatih menggoda Yola dan Abdul.     

"Iya dilem, lem cinta." Ucap Yola membuat Abdul tersenyum padanya dan mengusak kepalanya yang tertutup jilbab.     

"ya Allah, kapan gituh saya bisa beli lem cinta, biar lengket sampai akhirat." Kata Fatih lagi, yang membuat semua yang mendengar tertawa tak terkecuali Pak Karim yang sedang menyetir.     

"Oalah, pantesan dari kemarin murung, taunya lagi kepingin lem cinta, gitu?" Tanya Karim yang lebih tepat ke sebuah pemberitahuan.     

"Nanti sajalah saya cari bule saja." Tandas Fatih.     

"Kamu mau cari bule? Seriusan, mau kamu bawa kemana tuh si bule?" Tanya Fahri sambil bersandar di jok.     

"Sorga lah, kemana lagi?"Kata Fatih.     

"Amiin." Jawab Jhonatan dan teman-temannya yang lain.     

"Sudah sampai, gus." Kata Pak Karim memberitahu jika mereka telah sampai di tempat tujuan. Mereka lalu turun, dan menatap laut yang berwarna biru dengan pasir pantai berwarna putih.     

"WOW, selama kita disini baru kali ini kita jalan-jalan, makasih gus." Ucap Fahri langsung berlari ke arah pantai di susul dengan saudaranya yang lain, namun saat Yola ingin ikut berlari, tangannya di tahan oleh Abdul.     

"Ga boleh mandi di laut. Kondisi kamu belum memungkinkan sayang." Ucap Abdul yang membuat Yola memberengut kesal. Pasalnya selama ini Yola selalu mandi dipantai bersama ketiga saudaranya itu jika mereka sedang pergi ke pantai.     

"Tapi boleh main air sama aku." Lanjut Abdul membuat Yola tersenyum senang, lalu mencium pipi Abdul tepat saat ketiga saudaranya menatap ke arah mereka.     

"Ciyeeee yang udah halal!" Teriak mereka bertiga, yang membuat Yola membekap mulutnya sendiri saking terkejutnya. Berbeda dengan Abdul yang justru santai-santai saja.     

Abdul lalu menarik tangan Yola untuk di ajak ke tepi pantai. "Misi ya, yang halal mau lewat." Ucap Yola yang membuat ketiga saudaranya langsung menyiram mereka berdua dengan air laut yang sedang naik ke atas.     

Abdul dan Yola membalas mereka dengan melakukan hal yang sama. Yole memluk Abdul erat saat tiba-tiba ombak menghantam mereka.     

"Asik ya kalian sudah halal, aku juga ah! Ga mau nunggu sampai kuliah kayaknya aku harus segera menghalalkan Lala deh." Kata Jhonatan sambil terengah dan duduk di atas pasir dengan keempat saudaranya.     

"Iya lah, nanti Lala keburu diambil orang." Kata Yola.     

"Ya enggaklah, kan dia udah aku minta sama orang tuanya."     

"Ye, hati orang siapa yang tahu, siapa tahu Lala nemuin cowok yang lebih ganteng dari kamu." Ucap Fatih mengompor-ngompori Jhonatan agar segera menikahi Lala.     

"Kalian itu bukannya ngademin hatiku, malah manas-manasin."     

"Tak kan lari gunung kau kejar. Kalau udah jodoh mau lari ke ujung dunia juga tetap ketemu." Kata Abdul.     

"Emang adik ipar aku ini paling bijak, terimakasih adik ipar." Ujar Jhonatan sambil menepuk bahu Abdul.     

"Tuh, kalian denger apa kata pak ustadz, jodoh itu ga bakal lari." Ucap Jhonatan pada Fatih dan Fahri.     

"Kalau belum ketikung duluan tapi." Lanjut Abdul yang membuat Fatih dan Fahri serta Yola tertawa terbahak, melihat Jhonatan yang melongo mendengarkan apa yang dikatakan oleh Abdul.     

"Astaghfirullah, baru aja kamu angkat langsung kamu banting gitu aja, Dul."     

Abdul tertawa kecil, lalu bangkit dari duduknya dan mengajak Yola berjalan ditepi pantai meninggalkan ketiga saudaranya.     

"Yang halal mau pacaran dulu." Pamit Abdul sambil melangkahkan kakinya bersama Yola.     

Ketiga saudaranya hanya geleng-geleng kepala, sambil tersenyum bahagia melihat mereka berdua yang semakin lengket dari hari kehari.     

"Syukurlah, Yola bisa menerima Abdul dan juga pernikahan mereka." Ucap Fatih sambil menatap Abdul dan Yola yang berjalan menjauh dari mereka.     

"Ya, Abdul benar-benar mencintai Yola, bahkan biaya rumah sakit Yola, semua dibayar oleh Abdul." Ucap Jhonatan dengan melakukan hal yang sama dengan Fatih, menatap Yola dan Abdul yang sedang berjalan menyusuri pantai.     

"Abdul benar-benar bisa menjadi panutan, sebagai anak muda seperti kita dia tak pernah berleha-leha, tapi menggunakan waktunya sebaik mungkin, semalam aku masih mendengar Ia membaca Al-Qur'an padahal sudah tengah malam." Ucap Fatih.     

"Kamu keluyuran ya semalam? Pantes aku cari ga ada."     

"Aku ketemuan sama Abdul, untuk bertanya tentang Yola." Jawab Fatih pada Fahri yang juga sedang menatap Yola dan Abdul.     

"Mereka benar-benar pasangan yang serasi." Ucap Fahri.     

"Kalau aku sama Lala, serasi ga?" Tanya Jhonatan sambil menatap ke dua saudaranya bergantian.     

"Serasi, pakai banget. Makanya buruan sono dilamar, ntar keburu di tikung orang." Ucap Fatih.     

"Ya Allah aku harus menyelesaikan pendidikan ku dulu, Lala mau aku kasih makan apa nanti kalau aku masih sekolah dia pun juga." Jawab Jhonatan.     

"Nyatanya Abdul bisa, ngasih makan Yola."     

"Dia jangan disamakan dengan kita lah. Dari segi keturunan sudah berbeda, dia keturunan kyai, kita keturunan pengusaha, kita dididik sebagai pengusaha. Sedangkan Abdul dididik ganda jadi kyai dan pengusaha, karena kyai juga butuh makan bukan, honor menggaji itu hanya bonus, dan bahkan Abdul tidak pernah menggunakan honor menggajinya untuk keperluan pribadi, Ia langsung masukkan ke kas pesantren." Ujar Jhonatan pada kedua saudaranya yang sontak menatap jhonatan.     

"Serius?" Tanya Fatih dan Fahri.     

"Tanya aja Pak Karim, kan dia yang mengatur segala jadwal Abdul sampai ke honorpun dia yang menerimanya."     

"hebat sekali adik iparmu itu."     

"Ya, kita wajib mencontoh Abdul, bahwa ilmu itu bukan untuk jual beli atau bisnis, tapi untuk kita abdikan pada masyarakat."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.