aku, kamu, and sex

Bentar lagi lulus kok.



Bentar lagi lulus kok.

0Yola dan Abdul tiba di rumah pukul setengah enam sore, mereka langsung membersihkan diri dan segera pergi ke masjid. Yola pergi ke masjid di asrama putri bersama Anisa sedangkan Abdul pergi ke asrama putra.     
0

Setelah selesai melaksanakan sholat maghrib Yola dan Abdul kembali ke rumah Abah begitu juga dengan Anisa. Dan disinilah mereka sekarang, duduk mengelilingi meja bundar, untuk makan malam bersama.     

"Yola, makan yang banyak biar sehat." Ujar Umi lalu mengambilkan lauk untuk Yola, membuat Yola menjadi kikuk.     

"Terimakasih Umi, tapi ini sudah cukup." Jawab Yola sesopan mungkin.     

"Kamu harus banyak gizi, sayang. Biar kamu sehat suatu saat bisa kasih cucu buat umi dan Abah." Lanjut Umi, membuat Abah Sofyan tersenyum.     

"Dengar kan tuh, Abdul, Yola, Umi kebelet pingin cucu." Kata Sofyan sambil menerima mangkok kecil dari sang istri yang berisi sop ayam.     

"Ih Abah, jangan suka memfitnah gitu dong, ga kok Yola, Abdul, Umi bilang suatu saat nanti. Bukannya besok." Kilah Umi.     

"Dari kemarin yang dibahas cucu mulu." Ujar Sofyan.     

Yola dan Abdul hanya saling melirik satu sama lain, sedangkan Anisa masih terus memperhatikan kedua kakaknya yang saling melirik.     

"Gimana mau punya anak, tidur aja sering pisah." Celetuk Anisa. Membuat Yola dan Abdul tersedak.     

Umi langsung memberi mereka air minum untuk meredakan kerongkongan mereka.     

"Kamu itu sukanya bikin mereka jadi salting. Tuh! Kakak kamu jadi kesedak kan?" Omel sang umi.     

"Maaf." Ujar Anisa singkat, namun Yola dan Abdul hanya diam tak menanggapi.     

"memang kalian masih tidur pisahan?" Tanya Abah.     

Keduanya mengangguk.     

"Tapi semalam kita tidur bersama kok, Bah." Kata Abdul.     

"Baguslah, kalian harus tahu mengapa Allah menyuruh sepasang suami istri itu harus tidur satu kamar, karena dengan kita tidur satu kamar dengan pendamping kita akan menimbulkan rasa sayang, maka akan terwujud yang namanya sakinah, mawadah, warrahmah. Asal nya dari tidur bersama itu, Abdul." Tutur Abah Sofyan, Abdul dan Yola mendengarkan apa yang dikatakan Abahnya dengan baik.     

"Anisa, kamu tidur di kamar kamu sendiri mulai sekarang, biar kakak kamu tidur sama Yola." Perintah Abah Sofyan, dan Anisa mengangguk patuh.     

"Iya, Abah." Jawab Anisa.     

"Tapi, aku takut jika__ "     

"Jika apa? Yola hamil? Kenapa memangnya jika Yola hamil, toh dia hamil anak suaminya, yaitu kamu sendiri." Ujar Sofyan.     

"Yola masih sekolah, Abah." Kata Abdul lalu menengak air putih yang tersedia untuknya.     

"Sebentar lagi kalian lulus, kalian kan ikut akselerasi." Lanjut Sofyan.     

"Yola akan melanjutkan kuliah di negara A, Abah." Kata Yola.     

"Ya, sekali bikin kan ga harus langsung jadi kan ya, Umi." Kata sofyan lalu tertawa lebar, walau mendapat cubitan dari istrinya. Anisa hanya diam saja, walau mengertipun Ia tak mau ikut campur.     

Yola dan Abdul saling tatap, lalu keduanya sama-sama nyengir lebar. Namun Abdul telah berjanji akan menunggu sampai Yola lulus sekolah, dan umurnya siap untuk mengandung. Tidak sekarang.     

Selesai makan malam, Abdul pergi ke aula asrama untuk mengajar mengaji, disana tidak hanya santri putra yang bisa mengaji, tapi juga santri putri. Walau bersekat papan panjnag dan lumayan tinggi namun santri putri masih bisa menatap wajah Abdul yang duduk di atas pangung yang memang disediakan untuk para ustadz yang mengajar di aula.     

Yola dan Anisa ikut serta dalam pengajian itu, dan tak jarang Ia mendengar kusak kusuk tentang gossip Abdul yang telah dijodohkan, bahkan ada yang terang-terangan menyatakan patah hati akan hal tersebut.     

"Ga usah di dengarkan, mereka Fans kakak." Bisik Anisa di telingga Yola.     

"Iya." Jawab Yola sambil mengangguk. Itu sudah menjadi hal lumrah dikalangan santri untuk menghibah santri putra yang mempunyai ketampanan di atas rata-rata.     

"Eh, Gus Abdul sudah di jodohkan sama anak pengusaha, lho." Ucap salah seorang santri.     

"Anak seorang pengusaha, kirain anak kyai." Ujar Santri yang lain.     

"Bukan, kata santri putra yang pernah ikut mendampingi Gus Abdul saat mendampingi pengajian, pernah melihat dan mendengar kalau Gus Abdul sedang menelpon seorang gadis anak pengusaha kaya, belakangnya aja pakai nama keluarga kaya." Kata santri yang lain.     

Yola dan Anisa saling tatap namun mereka hanya diam saja.     

"Eh, Yola. Kamu kan sekarang tinggal di rumah Abah bareng sama Anisa, pernah lihat calon istri gus Abdul belum?" Tanya salah satu santri.     

"Pernah." Ucap Anisa dan Yola bersama-sama.     

"Cantik?" Tanya santri itu lagi.     

"Cantik, tajir lagi, pinter ngaji pula, IQ nya tinggi." Jawab Anisa, sedangkan Yola hanya tersenyum kecil mendengarkan Anisa berbicara.     

"benarkah?"     

"Iya, cantik banget malah."     

"Oh, jadi bener mereka telah di jodohkan."     

"Bukan hanya dijodohkan, mereka bahkan sudah di tunangkan dan sudah di akad menurit agama."     

"Ya Allah, patah hati lah kita." Kata seorang santri yang lain.     

Yola hanya tersenyum mendengar adik iparnya ini terlalu melebihkan memuji dirinya, menurut Yola.     

"Udah dengerin ngaji dulu, nanti kita ketinggalan nukis artinya lho." Ujar Yola mengingatkan mereka.     

"Iya deh iya."     

Lalu terdengar suara merdu Abdul yang membacakan kitab sekaligus mengartikannya dengan lancar dan fasih, membuat Yola tersenyum-senyum sendiri karenanya. Suara itu yang selalu menemani malam-malamnya. Suara itu yang selalu menenagkan hatinya. Dan suara itu juga yang membuat jiwanya selalu bergelora akan cinta.     

"Kamu ngapain senyum-senyum." Tegur Anisa pada Yola, yang langsung nyengir lebar karena ketahuan melamun kakaknya.     

"Kangen ya sama suami?" Goda anisa.     

"Iya, kenapa memangnya?" Jawab yola dengan berbisik di telingga adik iparnya.     

"Ciye… yang kangen." Kata Anisa sambil menyengol bahu Yola.     

Jam setengah sepuluh malam mereka menyelesaikan acara mengaji di aula, Yola dan Anisa pulang ke rumah, saat sampai di dekat pintu masuk samping rumah, Abdul menyusulnya dari belakang.     

"Assalamualaikum." Sapa Abdul.     

Yola dan Anisa menoleh, lalu keduanya bergantian mencium pungung tangan Abdul.     

CUP     

Abdul mengecup kening Yola didepan Anisa, membuat Anisa langsung menutup matanya dengan kedua tangan.     

"Anisa, masuk dulu ya kak." Ucap Anisa masih dengan menutup wajahnya dengan telapak tangan lalu berlari masuk ke dalam rumah.     

"Kamu sih, tuh kan Anisa jadi malu." Tegur Yola pada Abdul.     

"Maaf, ga tahan pingin nyium istriku yang cantik." Ujar Abdul lalu merangkul Yola masuk ke dalam kamar mereka.     

Karena terbiasa ada Abdul, Yola tak menyadari jika Ia melepas jilbabnya di hadapan Abdul yang sedang menganti sarung dan kokonya dengan baju kaos dan celana training panjang.     

"Yola." Panggil Abdul setelah selesai berganti baju.     

"Ya." Jawab Yola dengan wajah penasaran, tak mengerti maksud Abdul memanggilnya.     

Abdul mendekati Yola yang sedang menaruh jilbabnya di gantungan.     

"Cantik." Ucap Abdul lalu memeluk Yola dari belakang, dan membelai rambut panjang Yola.     

"Astaghfirullah, Maaf. Aku lupa." Ucap Yola, membuat Abdul terkekeh sambil mencium aroma sampo yang menguar dari rambut Yola.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.