aku, kamu, and sex

(pupus 2)



(pupus 2)

0ga bisa dihapus terlanjur ke updates.     
0

"kami berangkat ya, Bah." Pamit Abdul pada Abah dan uminya setelah mereka saling berpelukan.     

"Hati-hati ya, salam buat ayah." Pesan Sofyan saat Yola mencium tangannya.     

"Iya, Abah." Jawab Yola sambil mengangguk.     

Yola dan Abdul masuk kedalam mobil, lalu duduk di belakang Pak Karim yang mengemudikan yang di damping oleh santri Putra yang bernama Yusuf.     

Yusuf yang tidak tahu jika Abdul dan Yola telah menikah hanya melirik cangung Abdul dan Yola yang duduk di belakangnya.     

"Sayang, jangan lupa berdoa." Ucap Abdul pada Yola. Lagi, Yusuf melirik Pak Karim dan Gus nya, namun keduanya bersikap biasa saja, membuat Yusuf bertanya-tanya, apakah Yola gadis yang dijodohkan dengan Abdul? Padahal telah lama Yusuf naksir pada Yola, namun jika apa yang di perkirakannya adalah sebuah kebenaran, apa mau dikata Ia benar-benar harus melupakan Yola.     

"Bismilahirrohmanirrohim." Ucap Yola, lalu bersandar di bahu Abdul, sedangkan hanya melihat Yola dengan ekor matanya, sedangkan tangannya sudah membuka laptop dan tab miliknya untuk mengerjakan pekerjaan yang dikirimkan oleh sekertarisnya di kantor.     

"Perlu aku bantu?" kata Yola pada suaminya.     

"Tidak sayang, kamu nikmati perjalanan kita saja ya. Kalau capek bilang, nanti kita berhenti dulu." Kata Abdul sambil membelai pipi Yola.     

Yusuf semakin penasaran, tapi kalau Abdul memanggil sayang bukankah itu artinya Yola adalah orang yang sangat special?     

Pak Karim yang menyadari gelagat yusuf lalu berinisiatif menutup sekat pembatas antara ruang kemudi dan kabin penumpang.     

"Mereka sudah menikah, tak perlu kau berpikir yang macam-macam pada mereka berdua." Ucap Pak Karim pada Yusuf yang langsung melotot tak percaya.     

"Me… nik… kah?" Kata Yusuf terbata saking tak percayanya. Pak Karim hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari Yusuf.     

Yusuf memegang dadanya, lalu mengambil nafas panjang berulang kali, Pak Karim hanya terkekeh melihat Yusuf yang sepertinya sangat shok dengan berita pernikahan Yola dan Abdul.     

"Jangan-jangan kamu naksir mbak Yola ya? Sampai kamu kaget seperti itu." Tembak Pak Karim tepat sasaran.     

Yusuf hanya nyengir lebar sambil menoleh pada Pak Karim, benar-benar kini Ia harus mundur teratur, tak mungkin kan dia bersaing dengan gurunya sendiri, kualat nanti.     

"Abdul dan Yola sudah dari beberapa bulan yang lalu dinikahkan, kamu kurang cepat." Ujar Pak Karim.     

"Tidak apa-apa pak, namanya belum jodoh itu." Jawab Yusuf walau sebenarnya hatinya kecewa.     

Perjalanan dari pesantren hingga rumah Yola menempuh waktu seharian, karena memang jaraknya yang tidak dekat. Lima jam perjalanan, Pak Karim menepikan mobilnya di sebuah restoran yang bergaya klasik, disana hanya terdapat gazebo dan satu meja di dalamnya, sehingga pengunjung hanya duduk lesehan sambil melihat ikan-ikan disamping kanan kiri gazebo.     

Yola memang sudah lelah, tubuhnya yang memang baru saja pulih, membutuhkan tempat istirahat yang nyaman. Dan disitulah mereka akhirnya memilih tempat untuk istirahat.     

"Pak Karim, sudah pesan makanan?" Tanya Abdul.     

"Sudah, gus. Kami duduk di gazebo samping itu, biar mbak Yola bisa istirahat." Kata Pak Karim, sambil menunjuk satu gazebo di dekat gazebo yang Abdul tempati. Abdul mengangguk setuju, bahkan Yusuf sudah duduk di dalam gazebo yang ditunjuk oleh Pak Karim.     

"Sayang berbaringlah disini." Ucap Abdul yang kasian melihat Yola yang duduk bersandar tiang gazebo sambil melihat ikan-ikan di depannya.     

Yola menoleh pada Abdul, lalu menyuruh Abdul duduk di dekatnya, Abdul pun hanya menurut. Ia duduk di samping Yola yang menghadap ke kolam.     

Setelah Abdul duduk di dekatnya Yola lalu merebahkan kepalanya di pangkuan Abdul sambil tangan Abdul melempar pakan ikan ke kolam, sehingga Yola tersenyum senang melihat kawanan ikan berkumpul sambil berebut makanan.     

"Nanti kalau kita punya rumah, kita bikin kolam ikan ya." Ucap Yola pada Abdul yang mengangguk mengiyakan kemauan Yola.     

"Apapun keinginanmu, aku akan berusaha memberikannya."Balas Abdul.     

"sekali-kali kamu nolak kek kalau aku minta sesuatu."     

"Buat apa nolak, sedangkan rejekiku berasal dari permintaanmu padaku, Istriku sayang."     

"Masa?"     

"Iyalah, setiap kali istri minta sesuatu dan suami berusaha mengabulkannya maka rejeki Allah disitu akan mengalir."     

"Tapi lebih baik jika istri tidak minta yang suaminya tak mampu memberikannya, bukan?"     

"Iya kamu benar, dan selama ini permintaanmu tidak ada yang aneh-aneh dan tidak ada jarang yang pakai uang."     

"lha barusan aku minta, buat kamu bikini kolam ikan, memangnya itu tidak pakai uang?" Kata Yola sambil menatap wajah tampan suaminya yang edang melihat pada kolam ikan.     

"Ya pakai sih, tapi tidak seberapa banyak itu."     

Makanan yang mereka pesan telah datang, lalu Yola duduk bersandar, sedangkan Abdul menuju wastafel untuk cuci tangan.     

"Ayo makan." Setelah Yola mengangguk Abdul memimpin doa mau makan, lalu mereka makan bersama.     

"Yola menuangkan nasi dipiring Abdul, lalu mengambilkan ikan bakar untuknya bersama sambal dan lalapan. Sedangkan Abdul memisahkan daging ikan dari durinya lalu diberikan pada Yola.     

"Makanlah." UCap Abdul sambil meletakkan daging ikan dipiring YOla, UCap Abdul sambil meletakkan daging ikan di piring Yola, membuat Yola tersenyum sennang.     

"Terimakasih."     

"sama-sama, sayang."     

Walau mereka berdua sedang makan, namun tangan kiri mereka saling bertaut di atas meja. Kadang Abdul menyuapi Yola daging ikan yang sudah tak bertulang. Di tempat duduknya Yusuf memperhatikan Yola dan Abdul dengan tatapan yang sulit diartikan.     

Jauh di didalam dirinya Yusuf bahagia teernyata Abdullah yang mendapatkannya, laki-laki yang membuatnya iri karena kepandaiannya baik dalam ilmu agama ataupun dalam ilmu pendidikan yang lain.     

"Kamu lihatin apa Yusuf?" Tanya Pak Karim pada Yusuf.     

"EH, tidak pak, hanya sedang berpikir. Betapa beruntungnya Yolan mendapatkan Abdul, laki-laki yang pandai dan sangat berkarisma." Jawab Yusuf pada Pak Karim.     

"Ya, mereka berdua sama-sama pandai, wong mbak Yola juga ikut ujian akselerasi, agar cepet lulus sekolah kok."     

"benarkah?" Tanya Yusuf yang tidak tahu Yola juga ikut akselerasi.     

"Iya, bahkan mbak Yola mungkin akan tinggal di negara A, sekalian untuk berobat.     

"Wah benar-benar ga menyangka saya, jika mereka berdua sama-sama pandai."     

"Dan sama-sama kaya."     

"Kaya?"     

"Ya, kita kan mau pergi ke rumah Yola.kamu ga tahu siapa ayahnya Yola?"     

"Siapa?"     

"Danik Mahendra, pengusaha yang terkenal itu, yang sering memberikan bantuan dan beasiswa untuk para santri."     

"Oh, itu tho, aku malah tidak tahu apa-apa tentang Yola." Ucap Yusuf sambil nyengir.     

"Kayak gitu kok, bilangnya suka."     

Yusuf terkekeh, lalu menyeruput es the miliknya.     

"Ya, Yola tak pernah terlihat dijemput oleh keluarganysa sih."     

"Untuk apa, lha kakaknya aja sekolah disini."     

"kakaknya?"     

"Lha… ga tahu lagi kan?"     

"Haduh, payah katanya suka tapi ga tau apa-apa tentang cewek yang disukai." Cibir Pak Karim pada Yusuf, sedangkan yusuf hanya nyengir lebar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.