aku, kamu, and sex

Buah kesukaan.



Buah kesukaan.

0Yola terbangun ditengah malam, dilihatnya sang suami tidur dengan lelap disampingnya, tangan dan kakinya memeluk Yola posesif, lalu perlahan Yola mengangkat kaki dan tangan Abdul dan dialihkan ke bantal guling.     
0

Yola merasa sangat haus, dia meminum air diatas nakas yang selalu suaminya sediakan untuknya, namun rasa haus itu tak juga mereda. Akhirnya Yola memilih pergi ke dapur untuk mengambil minum. Tanpa disangka ternyata sang bunda juga sedang duduk sambil minum air putih di ruang makan.     

"Bunda." Panggil Yola pelan, pada Bundanya yang langsung mendongak dan melihat sang anak gadis sedang berjalan menyusuri tangga menurun.     

"Sayang. Kamu lapar atau mau minum?" Tanya Jelita pada anaknya.     

"Haus bunda."     

"Abdul sudah tidur?"     

"Iya, dari tadi, kayaknya dia kecapekan deh, bun. Tidurnya lelap banget." Jawab Yola sambal menaruh gelas yang baru saja Ia isi di dispenser.     

"kalian baik-baik saja kan?"     

"iya, kami baik-baik saja. Kenapa Bunda?"     

"Enggak, Yola. Walau kamu belum lulus sekolah tapi bunda harap kamu bisa menjalankan kewajibanmu sebagai istri, kasihan Abdul jika harus terus menerus menahannya." Jawab Jelita.     

"Iya bunda. Tapi berulang kali Abdul bilang jika Ia menunggu Yola sampai lulus sekolah kok bun." Jawab Yola sambil menunduk.     

"Ya, aku percaya Abdul pasti akan menepati janjinya." Ujar Jelita sambil membelai kepala sang anak.     

"Ya sudah bunda masuk ke kamar dulu ya, kasian ayah nanti dia nyariin bunda." Lanjut jelita.     

"Iya, sebentar lagi Yola juga akan masuk ke kamar lagi kok bun."     

"Ya sudah bagus kalau begitu, kasian nanti kalau suamimu tiba-tiba bangun dan nyari kamu ."     

Yola mengangguk, dan Jelita pun lalu melangkah menuju kamarnya.     

Selesai mengambil air minum, Ia kembali masuk ke dalam kamarnya dengan gelas berisi air minum lalu Ia letakkan kembali ke atas nakas. Karena memang Abdul setiap kali bangun tidur selalu meminum air putih.     

"Dari mana sayang?" Tanya Abdul sambil menutup matanya.     

Yola membaringkan tubuhnya di tempat semula, lalu menatap suaminya yang sedang tertidur.     

"AKu habis ambil air minum ke dapur, cinta." Jawab Yola.     

Abdul tersenyum sambil matanya masih terpejam, lalu tangannya mengapai pingang sang istri kemudian menriknya supaya lebig dekat dengannya.     

Yola mendekat, lalu merubah posisinya menjadi miring dan memeluk Abdul. Keduanya saling memeluk satu sama lain. Hingga pagi menjelang mereka seperti biasa, sholat subuh berjamaah.     

"Yang." Panggil Abdul pada Yola yang sedang merapikan tempat tidur mereka.     

"Hm." Jawab Yola tanpa menoleh sedikitpun karena Ia sedang sibuk merapikan selimut.     

Abdul lantas memeluknya dari belakang, hingga secara otomatis Yola menghentikan gerakan tangannya melipat selimut.     

"Ada Apa sih, Cinta?" Yola menyandarkan tubuhnya pada tubuh Abdul.     

Abdul diam tak menjawab, hanya gerakan bibirnya saja yang menjelaskan keinginannya. Bibir Abdul menyusuri leher jenjang Yola lalu mengecupnya perlahan. Membuat Yola mengerang halus.     

"Ehm, sayang." Ucap Yola sambil merasakan sensasi geli yang suaminya buat.     

Abdul membalik tubuh Yola lalu menarik pingangnya agar lebih dekat, kemudian perlahan Abdul menyatukan bibir mereka.     

"Jam berapa kekasih Abdul akan datang?" Tanya Abdul disela-sela cumbuannya pada Yola.     

"Jam tujuh, kenapa?"     

"Tak apa. Ingin bermain-main dulu dengan istriku, bolehkan?" Ucap Abdul lalu membaringkan tubuh Yola pelan ke atas ranjang dengan selimut yang masih berantakan di bawahnya.     

Abdul terus mencium bibir Yola, lalu turun menyusuri leher jenjangnya dan menikmati mulusnya kulit lembut istrinya, dengan mengecup ringan di daerah bahu dan dada.     

Yola tersentak ketika tangan kanan suaminya menyentuh dadanya lalu meremasnya perlahan.     

"seperti squisi." Ucap Abdul membuat Yola terkekeh pelan , lalu kembali melumat bibir suaminya.     

"Eghg.. sayang." Yola merasa geli dan sedikit nyeri di dadanya saat suaminya melumat pelan sesuatu yang tadi Ia pegang.     

Abdul menghentikan aktifitasnya, lalu menatap mata yang berkabut gairah.     

TOK     

TOK     

TOK     

"Yola, Abdul. Ada Lala di bawah, sayang." Suara Jelita menginterupsi mereka berdua.     

"I….Iya bunda sebentar." Ucap Yola agak terbata.     

"Ya sudah, nanti turun ya," Ujar Jelita.     

"Iya bunda."     

Suara langkah kaki menjauh dari kamar mereka membuat mereka bernafas lega.     

"Ada Lala di bawah, yang." Kata Yola. Melihat Abdul yang sedang menatapnya tanpa berkedip.     

"Kenapa? Ada yang salah? Atau kau yakin ingin itu?" Tanya Yola penasaran.     

"Kita lulus, kita lulus ujian akselerasi, aku baru saja mendapat kabar dari Jhonatan, kemarin mereka sudah menerima suratnya, dan tadi habis subuh Jhonatan memberi kabar padaku." Ucap Abdul dengan tersenyum manis.     

"benarkah?" Jawab Yola seakan tak percaya. Lalu Abdul mengangguk.     

Yola menari tubuh Abdul lalu mereka berguling-guling di kasur karena saking bahagianya. Bahkan Yola tak menyadari jika baju tidur atasnya telah terbuka beberapa kancing yang membuat Abdul leluasa untuk menikmati dadanya.     

"Alhamdulilah, aku senang mendengarnya, yang." Kata Yola.     

"jadi, aku boleh?"     

"Boleh apa?"     

"Menikmati ini." Ucapnya sambil menunjukkan benda yang mengantung di dadanya. Tanpa menunggu jawaban Yola, Abdul lalu menikmati sesuatu yang sudah menjadi kesukaannya sejak beberapa menit yang lalu.     

Yola baru menyadari jika yang membuatnya nyeri sekaligus nikmat adalah karena benda yang selalu tertutup itu kini terbuka dan sedang di nikmati oleh yang berhak.     

"Sayang, ada kaka Lala dibawah." Yola mengingatkan Abdul yang masih asik dengan kegiatannya.     

"Eghhh." Tanpa sadar Yola melenguh nikmat.     

"Sebentar lagi sayang, tanggung bentar lagi kenyang." Ucap Abdul sambil terkekeh lalu kembali memainkan squisi hidupnya.     

"Kenapa bisa seenak ini." Tanya Abdul setelah puas menikmati sesuatu yang baru pertama Ia lihat dan rasakan.     

"Kamu ih! Kayak bayi aja."     

Abdul terkekeh, "Ga apa-apa, sebelum bayi kecil menikmati, biar bayi besar dulu yang merasakan, adilkan?" Ucap Abdul lalu membetulkan kembali kancing baju istrinya yang tadi Ia lepas.     

"Ya Allah, ini pula mengapa jadi merah-merah begini?" Kata Yola saat melihat dada bagian atasnya ada bercak merah."     

"Stempel, kamu sah jadi milikku." Abdul tersenyum lebar.     

"Sana kamu temui Lala dulu di bawah, nanti aku menyusul setelah mandi."     

"Baiklah." Ucap Yola. Lalu Abdul turun dari atas tubuh Yola, dan melangkah ke kamar mandi.     

"Yang." Yola menoleh.     

"Apa?"     

"kapan kita mandi bareng?" Goda Abdul.     

"Ih!" Ucap Yola lalu melemparkan boneka yang ada disampingnya pada Abdul yang berdiri di depan pintu kamar mandi.     

"Kamu makin lama, makin nakal. Ih!" Ujar Yola.     

"Biarin, nakal sama istri sendiri kan sah-sah saja, yang." Jawab Abdul dari balik pintu kamar mandi, lalu tak lama kemudian terdengar gemericik air shower yang dinyalakan, pertanda jika Abdul telah mulai ritual mandinya.     

Yola segera merapikan pakaiannya dan mengenakan jilbab, lalu turun kebawah untuk segera menemui calon kakak iparnya.     

"Lala."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.