aku, kamu, and sex

Yola dan Abdul.



Yola dan Abdul.

1"Abdul, kamu istirahat aja, sudah beberapa hari kamu tak pulang, pasti kamu ga nyaman Cuma tiduran sofa." Yola menatap Abdul dengan tatapan sayu.     0

"Aku ga apa-apa, kamu percayalah, sungguh aku tak apa-apa. Kamu istirahat saja, besok kamu akan menjalani operasi, aku ga mau tubuh kamu jadi drop. Berjanjilah padaku, kau akan kuat." Abdul mengengam erat jemari Yola.     

"Aku akan baik-baik aja, aku akan kuat."     

"Bagus."     

"Abdul, kamu tidurlah disamping Yola, bunda yang tidur di ranjang tunggu ya." Ujar Jelita lalu mencium kening Yola.     

"Kamu juga istirahat, sayang. Semua akan baik-baik saja." Kata Jelita lalu melangkah ke bad yang telah di sediakan oleh pihak rumah sakit untuk istirahat Jelita. Jelita menutup tirai pembatas lalu merebahkan dirinya di ranjang kecil itu.     

'Ya Allah berilah kelancaran pada operasi besok, dan berilah kesembuhan pada anak hamba.' Doa Jelita dalam hati.     

Yola menatap Abdul, Yola merasa aneh dengan sikap semua orang, pasalnya kedua orang tuanya adalah orang yang taat dengan agama, jadi tak mungkin begitu saja mengijinkan anaknya untuk pacaran walau dengan anak sahabatnya sendiri.     

Lalu keluarga Abdul, dari mulai Umi hingga Abahnyapun sama justru lebih ketat dari keluarganya sendiri.     

"Abdul, katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi? Aku sungguh heran, mengapa keluarga kita selalu membiarkan kita berdua untuk selalu dekat, dan sekarang bunda juga, malah menyuruhmu untuk tidur satu ranjang denganku. Tolong katakan padaku, abdul. Demi hubungan kita kedepannya, aku tak mau ada sesuatu kebohongan pun." Kata Yola dengan tatapan penuh selidik pada Abdul.     

Abdul menatap kedua mata Yola lekat, lalu mengengam jemari yang tersemat cincin darinya.     

"Maafkan aku Yola, aku tak bermaksud berbohong, aku hanya ingin kamu tidak terbebani." UCap Abdul lalu menarik nafas panjang sebelum mengatakan yang sesungguhnya pada Yola.     

"Apa maksudmu?" Tanya Yola penuh rasa ingin tahu dan tak sabar ingin mendengarkan cerita Abdul.     

"Kamu ingat waktu dulu aku tiba-tiba menghilang?" Tanya Abdul mengiring Yola pada awal-awal mereka dekat.     

"Iya, aku ingat sebelum aku pingsan, lalu kamu tiba-tiba datang dan memberikan cincin ini?"     

"Ya, kamu benar, sebenarnya selain aku mendampingi Abah berdakwah sekaligus mengurus bisnisnya, kami datang ke rumah mu, lalu Abah melamarmu untukku, sungguh aku tidak tahu jika maksud Abah seperti itu, aku kira kami hanya akan bersilaturahmi, nayatanya tidak."     

"Lalu? Ayahku menerimanya?"     

"Ya, tidak hanya itu, tapi Abah menginginkan hubungan yang halal, dengan begitu kita bisa lebih dekat tanpa berdosa."     

Yola mengendorkan tautan tangan mereka, tapi buru-buru Abdul kembali mengengam erat tangan Yola.     

"Jadi?"     

"Jadi, kita berdua__ telah dinikahkan oleh orang tua kita." Kata Abdul dengan menatap Yola lekat, Yola mengelengkan kepalanya, lalu menunduk dan mulai terisak. Abdul panic dan merasa sangat bersalah karena menyembunyikan kebenaran ini dari Yola.     

"Maafkan aku, Yola. Tolong maafkan aku." Ucap Abdul dengan raut wajah khawatir.     

"Hukumlah aku semaumu, tapi aku mohon jangan pernah pergi dari ikatan ini, aku menyayangimu, aku mencintaimu, sungguh."     

Yola masih terisak, lalu berusaha menenagkan dirinya.     

"Kamu sungguh terlalu Abdul, kamu menyembunyikan kebenaran sebesar ini dariku, kau ingin aku berdosa karena tak tahu kewajibanku dan__ Astagfirullah."     

"Maafkan aku Yola, aku tak akan pernah menuntut kau melakukan kewajiban apapun padaku, aku ridho. Karena aku tak ingin membebanimu, aku hanya ingin kau belajar dengan tenang dan bisa meraih cita-citamu, maka dari itu aku minta pada keluarga kita agar jangan memberitahumu, cukup aku saja yang mengetahuinya."     

"Kamu jahat Abdul."     

"Ya, aku memang jahat, aku tak akan mengelak kau menuduhku seperti itu, karena itu kenyataannya."     

"Kamu harus dihukum."     

"Aku akan terima hukuman apapun darimu, asal jangan menyuruhku untuk meninggalkanmu."     

Yola menatap Abdul yang terlihat sangat khawatir dan menyesal.     

"Katakan apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku?" kata Abdul pasrah.     

"Aku akan memikirkannya.. nanti jika aku sembuh setelah operasi, baru aku akan memberitahu apa hukuman yang tepat untukmu." Ujar Yola, lalu mencium tangan Abdul.     

"Maafkan aku." Ucap Yola seraya mencium tangan Abdul untuk pertama kalinya.     

Abdul berdiri lalu memeluk Yola dan mengecup puncak kepala Yola.     

"Untuk apa kamu minta maaf, yang seharusnya minta maaf itu aku, bukan kamu."     

"Maaf, karena aku selalu berbuat seenaknya padamu, Maafkan sikapku selama ini, yang tidak santun padamu, padahal kau suami yang selayaknya aku hormati."     

Abdul tersenyum, "Aku ingin tetap menjadi sahabatmu, tempatmu bercerita dan berkeluh kesah, dan aku selalu menyukai hubungan kita selama ini."     

Kedua tangan Yola melingkar di pingang Abdul, 'Entah apa yang Ia rasakan sekarang, semuanya terlalu tiba-tiba, hingga Ia bingung dengan perasaannya sendiri. Namun Yola menyadari bahwa hubungan mereka adalah hubungan yang suci, yang harus dilandasi kedewasaan bukan emosi apa lagi amarah. Maka Ia lebih baik menerima pernikahan itu, namun Ia juga ingin memberi pelajaran pada sang suami agar tidak membohonginya lagi.     

"Aku janji akan menjadi suami yang baik untuk kamu, dan akan menjadi ayah yang baik untuk anak kita kelak."     

Mendengar kata anak Yola terkekeh, dan Abdul merasakan kekehan Yola yang menempel di perutnya.     

"Kenapa kamu tertawa?"     

"Kita masih kecil, kapan kita akan punya anak."     

"Ya suatu saat nanti, sekarang kita nikmati saja, masa pacaran kita." Ucap Abdul lalu kembali mencium kepala Yola dengan sayang.     

"Yolanda Istriku." Ucap Abdul.     

"Abdullah, suamiku." Kata Yola lalu mendongak menatap Abdul yang sedang tersenyum lalu mencium kening Yolanda lama.     

Jelita yang ternyata belum tidur, tersenyum mendengarkan percakapan mereka, dan juga cara mereka dalam menyelesaikan masalah.     

'Alhamdulilah, anak hamba mau menerima ikatan itu ya Allah, dan terimakasih karena memberikan hamba anak-anak yang berbakti pada orang tua, dan sangat dewasa serta bijak dalam menyelesaikan masalah.' Batin Jelita lalu kembali memejamkan matanya untuk tidur, paling tidak Ia sudah tenang dalam satu hal tersebut.     

'Berikan kelancaran untuk esok ya Allah."     

Setelah mencium kening Yola, Abdul lalu kembali mencium puncak kepala Yola, lalu membacakan doa di atas ubun-ubun Yolanda.     

Yola memejamkan matanya saat alunan doa keluar dari mulut Abdul.     

"semoga kelak aku bisa menjadi istrimu yang baik." Ucap Yola saat Abdul telah selesai membacakan doa di atas ubun-ubunnya.     

"Amiin, makanya kau harus kuat dan cepat sembuh, ya." Ucap Abdul, lalu Yola mengangguk.     

"Sini." Ucap Yola menepuk sisi samping ranjangnya.     

"Tak usah, nanti kamu sempit dan jadi ga nyaman."     

"Aku tak tahu apakah besok aku masih bisa mendampingimu atau tidak, Abdul. Aku juga tak tahu berapa panjang umurku."     

"SSTtttt… kamu ga boleh ngomong gitu, kamu harus percaya bahwa besok operasinya akan lancar, dan kamu akan baik-baik saja, lalu kita bisa bersama lagi." Ucap Abdul sambil menempelkan satu telunjuknya pada mulut Yola.     

Lalu Yola kembali memeluk Abdul dengan erat.. "Maaf." Ucap Yola lirih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.