aku, kamu, and sex

Cimon 2



Cimon 2

0Yola menunggu di depan gedung sekolah bersama ketiga saudaranya dan juga Lola, lalu tak berapa lama mobil yang sangat familiar berhenti di depan mereka.     
0

"Assalamualaikum." Sapa Ramond dengan senyum lebar pada mereka tanpa turun dari mobil yang Ia kendarai.     

"Waalaikumsalam Kak." Jarak mereka serempak.     

"Ada yang mau ikut ke toko buku selain Yola?" Tawar Ramond pada mereka.     

"Cukup Yola sama kakak aja yang doyan sama buku kita mah jangan." Ujar Fatih yang mendapat toyoran oleh Fakhri.     

Sedangkan Ramond hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum, "Yaudah kalau gitu, ayok Yola." Ajak Ramond, Yola langsung masuk ke dalam mobil, lalu melambai pada saudaranya.     

"Dahhh…" Kata Yola melambai pada mereka.     

"hati-hati kak sama dompet, Yola suka ngrampok." Kata Fakhri usil.     

Yola menjulurkan lidahnya pada Fakhri lalu menutup kaca mobil, "Ayo kak Jalan."     

Ramond melajukan mobilnya setelah membunyikan klakson satu kali pada mereka.     

"Kamu sudah makan belum, Yola?"     

"Belum kak, belum yang kesekian kalinya." Jawab Yola sambil nyengir pada Ramond yang sedang meliriknya.     

"Ya udah kita makan dulu, baru ke toko buku ya." Kata Ramond lembut.     

"Oke kak."     

Sementara Ramond dan Yola pergi ke toko buku, Jhonatan sedang duduk diatas motornya dengan Lala membonceng di belakang. Sementara Fakhri dan Fatih sudah pulang ke rumah masing-masing berboncengan menggunakan motor Fakhri.     

"Rumah kamu masih jauh?" Tanya Jhonatan pada Lala yang duduk di belakangnya.     

"Enggak kok."     

Tak ada lagi pembicaraan yang dilakukan ke duanya, hanya detak jantung yang sama-sama berdebar kencang yang mereka rasakan.     

Jhonatan pun tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan dirinya, ketika bersama Lala derap jantungnya semakin kencang dan dia pun tak mampu menatap mata sayu milik Lala, namun pikirannya selalu terganggu dengan wajah seseorang yaitu Silvia, perempuan jutek yang selalu bertikai dengannya namun justru mampu membawanya pada ketertarikan yang luar biasa pada gadis itu.     

"Dirumah kamu ada siapa aja?" Tanya Jhonatan sambil menatap Lala melalui kaca spionnya.     

"Ada aku, ibu dan bapak." Jawab Lala.     

"Oh, kamu anak tunggal rupanya."     

"Bukan, aku anak kedua, kakakku perempuan sudah menikah, sekarang tinggal diluar kota."     

"Di depan belok kemana?"     

"belok kiri, cat warna hijau."     

"Oke."     

Jhonatan memperlambat laju motornya karena memasuki kawasan perkampungan padat penduduk. Lalu berhenti tepat di depan rumah cat warna hijau.     

"Ini rumah kamu?" Tanya Jhonatan sambil mengedarkan pandangannya kesebuah rumah yang sederhana, namun kelihatan asri karena terdapat bunga di depannya.     

"Iya, mau mampir?" Tanya Lala pelan dan sedikit menunduk.     

"Gad eh, makasih. Nanti takut dicari bunda." Jawab Jhonatan sambil menerima helem dari tangan Lala.     

"Makasih ya."     

"sama-sama."     

"Lala, temannya kok ga disuruh masuk?" Baru saja Jhonatan ingin menyalakan mesin motornya, suara seorang perempuan terdengar memanggil nama lala, seketika Jhonatan ikut menatap pada perempuan itu.     

"Ibu kamu?"     

"I..Iya Jhon."     

Jhonatan turun dari motornya, lalu menghampiri perempuan yang disebut Lala sebagai ibunya.     

"Selamat sore, Tante." Sapa Jhonatan lalu mencium pungung tangan Ranti yang tak lain adalah ibunda Lala.     

"Selamat sore, kamu teman sekolahnya Lala?"     

"Iya, tante… maaf Lala pulangnya terlambat karena ada keperluan tadi di sekolah."     

"Ga apa-apa, yang penting kalian sudah pulang dengan selamat, masuk dulu yuk."     

"Terimakasih tantem tapi saya harus langsung pulang, takut dicari sama Bunda." Jawab jhonatan sopan.     

"Oh, baiklah. Terimakasih sudah mengantarkan Lala pulang. Hati-hati dijalan ya, Nak, jangan ngebut-ngebut."     

"Iya Tante, saya permisi dulu tante."     

"Ya, silahkan."     

Jhonatan kembali mencium pungung tangan Ranti lalu menatap Lala sekilas, dan langsung menaiki motornya.     

"Aku pulang, La."     

"Ya, hati-hati dan terimakasih."     

Jhonatan hanya tersenyum tanpa menjawab lalu melajukan motornya melintasi perkampungan padat penduduk, sementara Lala langsung masuk ke dalam rumah bersama ibunya.     

"Teman kamu baik dan sopan, La."     

"Iya, namanya Jhonatan."     

"Namanya bagus, sepertinya dia anak orang kaya."     

"Iya buk, dia anak pemilik yayasan sekolah."     

"Ow, tapi kok ga sombong ya."     

"Memangnya harus sombong ya buk?"     

"Ya, ga juga sih. Tapi biasanya kalau anak orang kaya itu pada sombong. Ga mau bergaul sama orang miskin seperti kita."     

"jhonatan dan saudaranya memang beda, mereka ga sombong."     

"Ow ya."     

"Iya buk, Jhonatan punya adik kembar perempuan, sekelas juga sama lala, juga punya sepupu laki-laki dua."     

"Ganteng-ganteng pasti sama cantik."     

"Tentulah buk, namanya juga anak orang kaya."     

"Ya, tapi kamu harus tahu diri siapa kamu, kita itu siapa."     

"Iya buk, aku juga ga deket kok sama mereka, tadi kebetulan aja dia mau anterin Lala pulang karena sudah sore."     

"Ow gitu ya, ya udah sekarang kamu mandi, terus makan."     

"Iya buk."     

Lala langsung masuk ke kamarnya dan mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu kamar.     

Ingatannya kembali pada sosok Jhonatan teman sekolahnya yang juga sering membuat jantungnya berdebar kencang.     

"Kamu baik dan ganteng Jho." Gumam Lala sambil mengingat wajah tampan Jhonatan.     

Sementara Jhonatan baru saja sampai di rumah, dan langsung masuk ke dalam kamarnya.     

"Jhonatan, kamu sudah pulang, Nak." Kata Jelita di depan pintu kamar Jhonatan.     

"Sudah bun." Teriak Jhonatan lalu membuka pintu kamarnya.     

"Kok bunda ga denger kamu ucapin salam, sih?"     

"Maaf bun, tadi sepi di bawah kirain ga ada orang." Jawab Jhonatan lalu mencium pungung tangan bundanya.     

"Mana Yola, kamarnya sepi."     

"Yola pergi sama kak Ramond ke toko buku. Memangnya kak Ramond ga bilang kalau dia mau pergi sama Yola?"     

"Kak Ramond ga mampir kesini, mungkin tadi dari rumah Om Ronald langsung ke sekolah kalian kali ya."     

"Kayak nya gitu deh bun."     

"Ya udah sana kamu mandi terus makan. Bunda tunggu dibawah."     

"Siap bunda."     

Jelita tersenyum lalu meninggalkan kamar Jhonatan. Pintu kembali Jhonatan tutup lalu meraih handuk yang tadi ia taruh di atas ranjang lalu pergi ke kamar mandi, untuk memebersihkan diri dan bersiap sholat ashar.     

Hampir setengah jam Jhonatan menyelesaikan segala urusannya di kamar lalu turun menuju ruang makan dimana Jelita telah menunggunya.     

"Makannya nanti aja lah bun, sekalian makan malam, bareng sama ayah."     

"Ya udah nih kamu makan kue aja, sama jus mangga mau?"     

"Mau bun."     

"Ya udah nih buat kamu." Jelita menyodorkan jus mangga yang baru saja ia tuang ke dalam kedalam gelas pada Jhonatan.     

"Makasih bun."     

"Kamu tumben pulangnya terlambat, Jhon."     

"Tadi antar temen pulang dulu bun, kasian udah sore dan rumahnya agak jauh, di perkampungan."     

"Cewek?"     

"Iya bun,"     

"Pacar kamu?"     

Jhonatan menatap bundanya, lalu meminum jus yang berada di gengamannya.     

"Temen bun, kata bunda ga boleh pacaran kalau masih sekolah."     

"Iya bahaya nanti."     

"Tapi bun, kenapa Jhonatan selalu berdebar-debar ya kalau ketemu Lala?"     

"Lala?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.