aku, kamu, and sex

Siapa mereka.



Siapa mereka.

0Tepat jam dua belas siang, Danil bersiap menjemput istri mungilnya untuk makan siang bersama, menyambar jas yang tergantung di kursi kebesarannya, serta kunci mobil di atas meja kerjanya. Danil bersiul riang keluar dari ruangannya.     
0

"Yogi, aku pergi dulu, mungkin nanti aku terlambat balik ke kantor, karena aku harus mengantarkan Jelita ke rumah sakit untuk menjenguk Ronald, kamu handle dulu kalau ada tamu yang datang."     

"Oke Bos,"     

"Oke kalo gitu, aku pergi dulu."     

"Siip, hati-hati Bos." Yogi menjawab dengan santai, memang kebiasaan mereka ketika diluar jam kantor mereka akan bersikap layaknya sahabat, Karena Yogi dan Danil sudah mengenal sejak lama, bahkan Danil lah yang membiayai kuliah Yogi karena melihat keuletan dan Loyalitasnya dalam bekerja.     

Dulu Yogi hanya karyawan magang biasa, ketika Ia sedang Magang orang tua Yogi sakit dan membutuhkan banyak biaya kemudian terpaksa Yogi harus cuti kuliah, padahal dia sudah di akhir semester, hingga suatu hari Yogi dan Danil bertemu di sebuah rumah sakit kala itu Danil sedang mengantarkan mamanya untuk kontrol kesehatan, sedangkan Yogi sedang menunggu orang tuanya yang sedang sakit.     

Danil mengingat wajah Yogi yang beberapa kali sempat membantunya di kantor, Dari situlah Danil membantu keuangan Yogi, mulai dari pengobatan ibunya hingga biaya kuliahnya hingga ia lulus dan mendapatkan gelar Sarjana.     

Yogi sangat bersyukur karena dipertemukan dengan Danil yang membantu segala kesusahannya, maka dia berjanji akan berada di sisi Danil dan membantu Danil sampai kapanpun, hingga kini ia menjabat sebagai Asisten sekaligus sekertaris Danil.     

Danil masuk ke dalam mobilnya, beberapa saat kemudian mobil yang dikendarai Danil sudah berbaur dengan kendaraan lain yang memadati jalanan. beberapa kali Danil membunyikan klaksonnya karena hendak menyalip kendaraan di depannya.     

Danil menatap melihat mobil berwarna hitam yang selalu berada dibelakangnya, dia mengira mobil itu hanya kebetulan saja berada dibelakangnya, namun sudah berapa belokan mobil itu terus saja mengikuti Danil, Danil mulai curiga, lalu dia menambah kecepatan mobilnya, dia mengambil arah agak memutar agar tidak langsung sampai di perusahaan milik Jelita.     

Danil sangat lihai mengendarai mobil sportnya, dia beberapa kali berbelok melewati jalanan kampung yang sempit, membuat sang penguntit kewalahan, melihat lawannya sudah tertinggal jauh, Danil menelpon Jelita untuk menunggunya di parkir basement pintu belakang, biasanya pintu itu hanya diperuntukkan untuk mobil operasional kantor saja.     

"Assalamualaikum, sayang."     

"Waalaikumsayang, Mas Danil dimana? kog lama sekali belum sampai kantor Jelita."     

"Sekarang kamu tunggu di parkir basement pintu belakang, aku tunggu di ddepan lift okey, aku akan menceritakan padamu nanti."     

"Baiklah."     

"Assalamualaiku."     

"Waalaikumsalam."     

Selesai menghubungi Jelita Danil langsung tancap gas dan menyalakan klakson kemudian membelokkan mobilnya masuk ke dalam basement perusahaan milik Jelita, Hampir seluruh karyawan mengenali mobil Danil, jadi tidak ada yang berani menegurnya walau Danil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas aturan. Untung saja pada saat itu masih jam makan siang jadi seluruh mobil terparkir rapi di tempatnya, dan tidak ada yang mengantri di pintu basement.     

Danil langsung menghentikan mobilnya tepat didepan pintu lift untuk menunggu Jelita turun. Sedangkan Jelita sejak mendapat telpon dari suaminya dia bergegas mengambil tas pungungnya, dan keluar dari ruang kerjanya dan langsung menuju lift.     

Danil menyandarkan pungungnya pada sandaran jok mobil, dada bidangnya naik turun dengan cepat selaras dengan nafasnya yang masih memburu.     

"Sialan, siapa orang-orang itu?" Gumam Danil sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan segera menghubungi Yogi.     

"Hallo Yog..."     

"Ya Boss."     

"Kamu tolong cek siapa pemilik no plat mobil yang aku kirim kan padamu, barusan ada yang mengikutiku, tolong kamu selidiki."     

"Siap Bos."     

"Oke aku kan kirimkan kamu nopol mobil itu."     

"Baik Bos, Saya akan segera menyelidikinya, Apa bos tidak apa-apa? apa perlu saya menghubungi anak buah bos untuk mengawal anda Bos?"     

"Tidak perlu, nanti kamu pergi ke kantor istriku, mobil ku akan aku tinggal disini, aku akan pakai mobil kantor Jelita."     

"Baik Bos."     

"Trimakasih Yogi."     

"Sama-sama Bos."     

Tak lama setelah menutup telponnya, Jelita mengetuk pintu mobil Danil.     

"Assalamualaikum,Mas."     

"Waalaikumsalam sayang,." Jawab Danil sambil membuka pintu mobilnya dan mengulurkan tangannya pada Jelita, Jelita mencium tangan suaminya, Jelita terheran kenapa Tangan Danil bisa berkeringat padahal mobil Danil menggunakan AC, Jelita sangat yakin pasti ada yang sudah terjadi.     

"Mas Danil kenapa? Mas Danil sakit? atau ada apa?" Tanya Jelita sambil tangannya menyentuh dahi Danil, memastikan Danil sedang tidak demam.     

"Mana mobil kantor mu, kita pakai mobil kantort mu saja, nanti aku akan cerita sambil kita jalan."     

Jelita mengangguk dan segera menghubungi driver mobil kantornya, untuk mengantarkan mobil ke basement belakang, lima menit kemudian sopir itu datang membawa mobil pesanan Jelita.     

Mobil itu biasa digunakan oleh petinggi perusahaan untuk menjemput klien dari luar negeri atau jika harus meeting di luar kantor.     

Danil membukakan pintu penumpang di samping sopir untuk Jelita, setelah itu dia masuk ke kursi kemudi, dan mulai menjalankan mobilnya keluar dari area parkir basement.     

"Ada apa sebenarnya, mas?" Tanya Jelita yang sudah sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi. Danil menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan istrinya.     

"Tadi ada yang mengikutiku saat aku keluar dari kantor, makanya aku tidak lewat pintu depan, karena aku takut dia tahu kemana tujuanku, dan pasti akan membahayakan dirimu." Jawab Danil sambil sesekali dia menatap ke arah wajah cantik istrinya.     

"Mas, sebenarnya tadi pagi selepas kamu berangkat ke kantor, aku juga mendapat telpon gelap, dia mengancam akan mencelakaimu, tapi aku tidak tahu siapa yang menelponku."     

"Benarkah?"     

"Iya, makanya tadi pagi aku telpon mas Danil, takut mas Danil kenapa-kenapa di jalan."     

"Kita harus berhati-hati Jelita, kita tidak tahu siapa yang mengincar kita."     

"Mas Danil, apa selama ini mas Danil punya musuh?"     

Danil mengernyitkan dahinya, mencoba mengingat-ingat siapa yang paling berambisi menghabisinya, dan pikirannya mengarah pada pamannya sendiri, Richard Mahendra, namun apakah dia harus menyampaikan hal itu pada istrinya? Danil menarik nafas panjang, dan menghembuskannya kasar.     

"Aku rasa, semua pebisnis pasti punya musuh, tapi kalau sampai mau menghabisiku, atau mencelakaiku, aku sungguh tidak tahu."     

"Apa kita harus lapor polisi?"     

"jangan dulu, kita lihat saja perkembangannya sampai mana, apakah mereka ada tindakan lain setelah ini, tapi aku mohon padamu Jelita, kamu jangan pernah pergi kemanapun sendirian, harus ada yang menemanimu, baik itu pak atmo atau pak santo." Ujar Danil dengan perasaan yang sangat mengkhawatirkan istrinya.     

"Iya, Mas Danil ga perlu khawatir, aku bisa jaga diri, semoga Allah selalu menjaga kita ya MAs."     

"Amiin, SEkarang kita mau makan dimaana?"     

"Kita beli makanan aja, terus kita makan di rumah sakit bareng sama mamah sama kak Ronald gimana?" Kata Jelita berhati-hati karena harus mengajak Danil bertemu dengan Ronald, karena Jelita yakin perasaan kedua pria itu sudah sangat dalam tak mungkin dengan mudah untuk menghilangkan.     

"Baiklah, kita mau beli makanan dimana? kamu kabari mama biar dia ga cari makan keluar, katakan kalo kita mau makn disana."     

"Baiklah, kita beli makanan di tempat biasa aja mas."     

"Oke." Danil mengarahkan mobilnya menuju restoran langanannya, sedangkan Jelita langsung mengeluarkan ponselnya kemudian mengetikkan pesan pada mamanya yang sedang menunggu Ronald di rumah sakit.     

Tak lama mereka sampai di restoran yang menjadi tujuan Danil dan Jelita, karena Jelita sudah memesan lewat online jadi mereka tinggal mengambil pesananannya saja, kemudian berangkat menuju ke rumah sakit tempat Ronald dirawat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.