aku, kamu, and sex

Bincang santai



Bincang santai

0Satu minggu setelah kejadian penangkapan Matt, Tuan Sanjaya dan Nyonya Sanjaya bersama Ramond terbang ke negara di mana Danil dan Jelita berada, Selain ingin menghibur Ramond, mereka ingin bertemu dengan Jelita dan Danil apa lagi setelah kabar bahagia yang mereka kirim, bahwa mereka akan segera mempunyai cucu dari mereka.     
0

Dan kini disinilah mereka, duduk bersama diruang keluarga kediaman Danil dan Jelita, kebahagiaan terpancar dari wajah semua orang, apa lagi Ramond yang memang sangat merindukan Jelita dan Danil.     

"Jadi bagaimana sekarang kabar Arlita, apa kembali bersama Matt atau tidak?" Tanya Arlita setelah mamanya kembali dari kamar Ramond.     

"Mama juga kurang tahu soal itu, tapi sebenarnya mama ingin Ronald bisa bersama Arlita, namun ternyata Ronald hanya menganggap Arlita sebagai adiknya saja."     

Mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya Tuan Sanjaya hanya melempar pandang dengan Tuan Handoko, inilah yang menjadi kerisauan mereka, karena Ronald adalah seorang gay, yang mempunyai orientasi seksual dengan sesama jenis.     

Sedangkan Danil hanya menarik nafas panjang, sejatinya hanya Danil yang mengerti kondisi Ronald saat ini, mengenai permintaannya untuk menjaga Jelita jika Ia tiada dan bagaimana cintanya Ronald terhadap Jelita hanya Danil yang tahu.     

Jelita yang mengetahui bahwa Ronald belum terbebas dari orientasi seksual yang menyimpang hanya bisa diam, namun dalam hati Jelita berdoa semoga Ronald bisa berubah dan kembali normal.     

"Suatu saat Ronald pasti akan bertemu jodohnya." Ucap Danil enteng sambil menatap kedua ayah dihadapannya.     

"Ya, ayah percaya itu Danil, tapi Rey saja sudah punya calon istri, tapi Ronald santai saja seolah menikah itu sesuatu yang tak penting." Ucap Tuan Handoko berusaha mengingkari hatinya jika Ronald adalah seorang gay.     

"Belum saatnya saja, ayah." Ucap Jelita lembut.     

"Terus saat yang tepat itu kapan,?"     

"Saat dia menemukan orang yang tepat, dulu Ronald pernah menyukai seorang gadis tapi sayang dia kehilangan jejak gadis itu, saat tiba ia menemukan gadis tersebut, ternyata gadis itu sudah menikah, yah… memang jalan cinta Ronald harus berliku." Cerita Danil, dengan membelai pipi chubi istrinya.     

Terang saja hal itu merupakan penemuan yang luar biasa, berarti Ronald tak sepenuhnya seorang gay, ada sedikit kelegaan di hati Tuan Handoko dan Tuan Sanjaya kala mendengar ucapan Danil.     

"Benarkah itu Danil?" Tanya Tuan Handoko ingin lebih memastikan apa yang baru saja ia dengar.;     

"Tentu saja, selama ini hanya aku yang paling dekat dengan Ronald, dan mengetahui segala apa yang dirahasiakan."     

"Kau benar selama ini kau yang paling paham dengan tabiat Ronald." Ucap Tuan Handoko yang di angguki oleh Tuan Sanjaya.     

"Lalu bagaimana ada peristiwa penculikan yang di lakukan oleh James?" Tanya Tuan Handoko memang beliau baru tahu setelah tadi di ceritakan oleh Tuan Sanjaya.     

"Itu hanya karena dendam masa lalu, dulu mereka sangat dekat, hingga Ronald lebih sibuk dari biasanya dan mungkin karena Ronald juga lebih sering bersama denganku. James merasa tersisihkan, dan tentunya ada dendam yang lain dibalik itu semua." Tandas Danil, sesungguhnya Tuan Sanjaya mengetahui sebab sebenarnya yaitu karena Ronald tak mau lagi berhubungan dengan Ronald, sehingga menculiknya.     

"Ternyata begitu banyak yang sudah terjadi dan kalian baru menceritakan ini padaku sekarang." Ucap Tuan Handoko sambil terkekeh, namun Ia tahu jika mereka hanya menjaga mentalnya agar semakin tidak bertambah buruk.     

"Sayang, bagaimana kehamilanmu, apa kau tak merasa sesuatu? Atau menginginkan sesuatu?" Tanya Tuan Sanjaya pada sang putri.     

"Tidak, Pa. Bahkan kemarin waktu ketahuan hamil karena Jelita sudah telat haid terus beli tespek, ternyata positif, ya sudah terus kita kedokter, ternyata benar Jelita hamil, kami bahagia banget mah." Ucap Jelita sambil bersandar pada bahu suaminya.     

"Ini jadi penyemangat untuk Danil, agar bisa sembuh, aku ingin merasakan kebersamaan dengan anak dan istriku kelak." Ucap Danil sambil membelai perut Jelita yang masih terlihat rata.     

"Itu harus Danil, mulai dari sekarang kamu harus lebih menjaga kesehatan, setiap kamu berputus asa, maka segera ingat bayi dalam perut istri kamu." Ucap Nyonya Sanjaya pada sang menantu.     

"Iya Ma." Ucap Danil sambil merangkul Jelita.     

"Berarti kita memang benar sudah tua ya." Ucap Tuan Handoko sambil nelirik Tuan Sanjaya yang duduk di sampingnya.     

"Kamu benar, kita sudah tua. Sepertinya kita harus memikirkan waktu untuk pensiun." Tandas Tuan Sanjaya sambil terkekeh dan menatap sahabatnya Tuan Handoko.     

"Aku juga sudah memikirkannya, malah aku ingin setelah Jelita melahirkan kita sudah pensiun, cukup kita merawat cucu-cucu kita saja di rumah, biarkan usaha kita yang mengelola anak-anak kita." Tuan Handoko menerawang membayangkan jika istri tercintanya masih bersamanya dan menghabiskan waktu bersama saat usia senja seperti saat ini.     

"Tak perlu kau ingat yang sudah tiada, kita akan tetap berjalan bersama, walau tanpanya, atau kau ingin aku mencarikan istri untuk mu lagi?" Canda Tuan Sanjaya pada sahabatnya, dan mendapat imbalan sebuah pelototan tajam dari Tuan Handoko yang malah menimbulkan tawa bagi semua orang.     

"Sudah tua, untuk apa aku menikah lagi, cukup melihat anak-anakku bahagia dengan istri dan anak mereka sudah cukup untukku." Ucap Tuan Handoko.     

"Tapi jika ada perempuan yang cocok untuk ayah, Jelita ijinin kok, tak perlu bertanya Rey dan kak Ronald, aku yakin mereka sepakat dengan Jelita." Ucap Jelita menggoda sang ayah.     

"Kau ini, sama saja dengan ayahmu."     

"Yang dikatakan Jelita itu benar, lumayan ada yang bantu saya bikinin kopi untuk dua tua Bangka seperti kalian."     

"Tua bangka begini kan masih gagah, nyatanya mama ga bisa tidur kalau ga ada papa yang peluk mama."     

"Iya lah, kan sayang ada guling hidup dianggurin." Jawab nyonya Sanjaya sambil tersenyum kea rah suaminya.     

"Kalian berdua ga pernah berubah, tiap hari berantem."     

"Ga asik kalau sehari saja ga berdebat sama dia tuh, Han." Ucap Nyonya Sanjaya pada Tuan Handoko.     

"Emang gitu yah, yang kasian tuh kak Ronald sebenarnya kalau dirumah, Cuma dipamerin mereka berdua aja." Ucap Jelita sambil tersenyum.     

"Biar saja, siapa tahu lama-lama Ronald jadi kepingin, dan ingin seperti mereka."     

"Semoga aja, Yah." Ucap Danil dan Jelita bersama.     

"Sudah malam, kalian istirahatlah." Ucap Nyonya pada Jelita dan Danil.     

"Apa yang dikatakan mamamu benar, sayang. Kamu dan Danil harus sama-sama menjaga kesehatan." Ucap Tuan Sanjaya membenarkan ucapan istrinya.     

"Baiklah kalau begitu, ayah, mama, papa, kami ke kamar dulu, kalian jangan bergadang, nanti mempercepat penuaan." Ucap Jelita menggoda orang tuanya.     

"Kami justru semakin muda, karena sebentar lagi kami punya cucu." Ucap Tuan Handoko membela diri.     

"Kirain bentar lagi punya istri baru." Celoteh Jelita yang langsung ngacir ke kamarnya di susul Danil yang terkekeh berjalan di belakangnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.