aku, kamu, and sex

Kesana-kemari ketemunya om-om



Kesana-kemari ketemunya om-om

0Ronald membawa piring bekas makannya ke dalam tempat cucian piring, lalu mencucinya hingga bersih.     
0

"Taruh saja disitu piringnya om, biar nanti Rena yang mencuci piringnya nanti." Ujar Rena yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil membawa pakaian kotor dan langsung ia masukkan ke dalam mesin cuci disamping dapur.     

"Ga apa-apa aku sudah biasa cuci piring sendiri." Jawab Ronald enteng tanpa melirik kearah Rena.     

"Ya udah om, lagian Rena Cuma basa-basi aja kok, he…" Tandas Rena sambil nyengir kuda.     

"Dasar kamu," Ronald duduk di kursi tempat dia makan tadi sambil memperhatikan Rena yang sedang mengoperasikan mesin cucinya.     

"Oya Om, kok om tadi malam bisa masuk ke rumah Rena?" Tanya Rena sambil menunggu air dimesin cuci agak banyak.     

"Kamu tledor ga ngunci pintu, semalam ada orang yang mengantarkan sepedamu, tapi dipanggil-panggil kamu tak jawab, pintumu agak terbuka jadi mereka masuk, dan melihatmu tidur di bangku ditengah toko bunga."     

"Ow gitu, pantesan aku bangun tidur kaget kenapa tiba-tiba aku ada di dalam kamar ku, padahal sebelumnya aku ingat aku masih di dalam toko."     

"Besok lagi jangan teledor, jangan lupa mengunci pintu, bagaimana kalau yang masuk itu orang jahat?" Ucap Ronald sambil meminum air putih yang tadi telah disiapkan oleh Rena.     

"Iya om, iya. Lagian tuh ya om, semalam rena capek banget, terus ampe ketiduran di toko, bukan sengaja tidur di toko."     

"Alasan aja kamu, ya udah aku mau pergi dulu, kamu hati-hati jaga tokonya."     

"Ya om, terimakasih."     

"Hm."     

Ronald pergi begitu saja dari rumah Rena dan langsung ke apartemennya untuk mandi dan siap berangkat ke kantor.     

SEdangkan Rena merapikan kamarnya melipat kasur lantai yang tadi malam digunakan oleh Ronald untuk tidur.     

'Om Ronald baik juga ternyata walau agak cuek sih orangnya.' Gumam Rena sambil tangannya terus bekerja merapikan kamarnya. Tangan Rena berhenti kala matanya melihat jas Ronald yang tergantung di belakang pintu kamarnya.     

'Sendirinya aja pelupa, pake acara ngatain orang lain pelupa.' Gerutu Rena, dan kembali melipat selimut dan merapikan bantal.     

'Kenapa semalam om Ronald tidur di kamarku ya, ga dikamar sebelah aja kan kosong, dasar orang aneh.' Gerutu Rena lagi, tak berapa lama ia mendengar seseorang mengedor pintunya dengan keras, namun Rena tetap santai berjalan dengan tongkatnya dan membukakan pintu untuk orang yang mengedor pintu rumahnya pagi-pagi.     

"Mana uang untuk bayar hutang kamu, kamu sudah janji untuk bayar hari ini, kalau kamu ga bayar, kamu tahu konsekuensinya." Ucap laki-laki yang kemarin menagih hutang pada Rena.     

"Sebentar, akan saya ambilkan uangnya." Jawab Rena sambil masuk ke dalam rumah untuk mengambil uang yang diberikan oleh Ronald tadi.     

"Ini uangnya, sepuluh juta. Lebih dari hutang saya." Ucap Rena dengan menatap tajam pada kedua laki-laki bertubuh kekar tersebut.     

"Bagus, pinter juga kamu cari duit, dapat dari mana kamu bisa dapat uang segini banyak dalam waktu semalem. Jual diri kamu ya?"     

"Ga usah banyak Tanya saya dapat uang dari mana, yang jelas saya udah lunasin hutang saya, jadi kalian silahkan pergi dari rumah saya."     

"Beri juga kamu ngusir kami."     

"Udah sana pergi, saya mau buka toko, uang saya sudah habis untuk bayar hutang ku pada kalian." Ucap Rena ketus. Dan dua laki-laki itupun langsung pergi begitu saja dari hadapan Rena.     

"Alhamdulilah, lunas juga hutang aku." Kata Rena sendiri.     

Rena membuka Roling dor toko bunganya dan menata bunga-bunga itu semenarik mungkin. Tak berapa lama dia membuka toko, datang seorang pria dan seorang wanita menghampirinya.     

"Misi kak, saya mau cari bunga untuk hiasan meja kantor sebanyak dua puluh ikat sekalian sama vasnya, ada?" Tanya sang wanita pada Rena.     

"Rena melihat kea rah persediaan Vas bunga di dalam rak kemudian menjawab, "Kakak milih aja vasnya disana, nanti saya siapkan bunganya."     

"BIsa diantar ga?"     

Rena berpikir sejenak kemudian mengangguk tegas. "Bisa mba, habis ini saya packing langsung saya antar, alamatnya mana kak?"     

Sang pembeli perempuan itu langsung menyodorkan sebuah kartu nama pada Rena. Kemudian dengan tersenyum Rena menerima kartu tersebut dari tangan sang pembeli.     

"Oke, kak habis ini langsung saya antar."     

"Baiklah kalau gitu, saya permisi dulu ya. Trimakasih."     

"Sama-sama kak."     

Rena tersenyum bahagia karena mendapat pesanan yang banyak, dia lalu membungkus bunga pesanan beserta vasnya ke dalam kardus, kemudian menutup tokonya untuk mengantarkan pesanan bunga ke kantor yang tertera di dalam kartu nama sang pembeli.     

Setelah selesai membereskan semua pesanan Rena kembali masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian, setelah itu menyetop taksi untuk membawanya ke kantor si pemesan.     

"Kita sudah sumpai, dik." Kata sopir taksi yang mengantarkan Rena, kemudian Rena membayarkan uang pada sopir taksi dan meminta tolong untuk menurunkan barang bawaannya.     

Tepat saat dia ingin menemui resepsionis dia melihat Ronald berjalan hendak keluar dari lobi kantor.     

"Om Ronald." Sapa Rena, sontak Ronald terkejut kenapa bisa gadis kecil ini berada di kantornya?     

"Ngapain kamu disini Ren?" Tanya Ronald.     

"Nganterin pesanan om, mbak-mbak di kantor ini tadi memesan bunga dan vas dari toko Rena, terus minta di antar, ya sudah karena pesanan banyak jadi Rena antar."     

Ronald menarik nafas panjang, kemudian menatap resepsionisnya tajam.     

"Ambil pesanannya, dan Rena kamu ikut saya."     

"Om kerja disini?"     

"Hm,"     

Sang resepsionis langsung mengambil bunga dan vas yang tadi diantarkan oleh Rena, sambil melirik takut kea rah bos nya.     

"Om, kita mau kemana?"     

"Nganterin kamu pulang."     

"Ga usah om, Rena bisa pulang sendiri, serius, tadi aja Rena datang kesini sendirian."     

Tatapan Ronald semakin tajam menatap Rena, membuat tubuh Rena menjadi seakan mengigil karena tatapan tajam Ronald.     

"Ya sudah kamu ikut saya kerja kalau ga mau saya antar pulang."     

"Ha?"     

"Ayok," Ronald menarik tangan kecil Rena dan mengajaknya kea rah lift di lobi, semua karyawan yang emlihat aksi Ronald mengandeng perempuan yang masih sangat belia menjadi penasaran, siapa sebenarnya gadis kecil yang dibawa oleh bos mereka itu, tapi tak satupun yang berani bergunjing tentang bosnya kalau tidak mau kena tegur atau paling parah mereka akan langsung dipecat jika ketahuan mengibah sang bos.     

"Wah, kantor om bagus banget, pasti gaji om gede ya, uang sepuluh juta aja gampang banget kayak nya buat om, dalam waktu semalam aja om langsung punya uang sepuluh juta." Kata Rena yang tgak mendapat tanggapan apapun dari mulut Ronald.     

Dalam hatinya Ronald pun bertanya-tanya, kenapa dia bisa bersikap seperti itu pada Rena? Karena biasanya dia akan cuek-cuek saja, jika ada perempuan yang mendekatinya, tapi ini kebalikan justru Ronald yang selalu member perhatian pada Rena. Mungkin ini hanya sebatas rasa kasian dan iba Ronald terhadap gadis kecil yang hidup sebatang kara. Atau mungkin dia mulai bisa tertarik dengan perempuan lain selain Jelita? Kita tunggu saja pemirsah kira-kira apa yang terjadi pada Ronald dan gadis itu selanjutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.