aku, kamu, and sex

Rena Zakariya



Rena Zakariya

0Dengan susah payah Rena berusaha menutup rolling dor toko bunga miliknya, akhirnya kini ia bernafas lega setelah berhasil menutup toko bunga miliknya.Dan kini ia duduk di bangku diantra bunga-bunga miliknya. menelungkup kan wajahnya diantara dua kaki yang ia tekuk diatas bangku panjang, air matanya luruh tak dapat ia cegah.     
0

'Bunda, Ayah, Rena kangen sama bunda dan ayah' gumam Rena dengan terisak.     

'Rena ingin ikut kalian berdua, bagaimana bisa kalian meninggalkan aku seorang diri disini? tanpa siapapun,'     

Rena terus saja menangis, hingga ia tertidur di bangku diantara bunga-bunga miliknya. Hingga pagi menjelang dia mengucek matanya pelan, namun tiba-tiba ia mengingat sesuatu.     

'Semalam perasaan aku di toko bunga, kok sekarang ada di kamar ? ga mungkikan aku ngigau terus jalan sendiri ke kamar,' Rena berbicara cukup keras seorang diri hingga mengagetkan orang yang tidur beralaskan kasur lantai di bawah ranjangnya.     

"Berisik banget sih kamu, Ren." Rena terjingkat kaget mendengar ada suara lain di kamarnya terlebih itu adalah suara cowok.     

Rena menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut tebal miliknya.     

'Aduh, jangan-jangan itu suara penagih utang yang mau ngejual aku karena ga bisa bayar utang, aduh gimna nih.' Rena ketakutan setengah mati. Apa lagi tiba-tiba ia merasakan selimut yang ia kenakan di tarik oleh seseorang     

'Ampun, ampun Rena jangan dijual, Rena janji akan segera bayar lunas utangnya, tapi jangan jual Rena.' Rena Teriak-teriak seolah ada bahaya yang mengancamnya.     

"Siapa juga yang mau beli tubuh krempeng kecil kayak kamu. Hm. ayo buka selimutnya." Teriak Ronald     

"Jangan jual saya, ampun pak ampun." Rena masih saja histeris ga jelas, membuat Ronald menjadi semakin gemas dan segera menarik selimut Rena dengan kasar.     

Sreeeettt!!!!!     

Ronald tersenyum bahkan hampir terbahak melihat Rena meringkuk ketakutan, wajahnya ia tutup menggunakan bantal saking takutnya.     

"Hey, Ren... lihat siapa aku, mana mungkin aku akan menjualmu, punya hutang saja tidak buat apa aku menjualmu. Ren...Ren... ayo buka matamu." Ucap Ronald sambil bersedekap.     

Perlahan Rena menyingkirkan bantal yang membekap kepalanya dan perlahan ia mulai membuka matanya untuk melihat siapa sesungguhnya yang berada di kmarnya. Dan dia menarik nafas lega setelah melihat bahwa yang berada di kamarnya adalah Ronald bukan para rentenir penagih hutang.     

"Syukurlah, ternyata om Ronald yang datang, aku kira siapa?" Ucap Rena penuh kelegaan     

"Dikira aku rentenir yang mau nagih utang kamu ya? ?memang berapa hutan kamu sama rentenir itu?"     

"Sembilan jutaan om, itu sudah sama Bunganya." jawab Rena     

Ronald berdiri mengambil jasnya yang ia gantung di belakang pintu kamar kemudian merogoh saku jas dan mengambil satu ikat uang senilai sepuluh juta rupiah.     

"Nih, bayar hutang kamu sama rentenir itu, anggap aja ganti rugi karena kecelakaan kemarin." Ucap Ronald sambil menyodorkan uang itu pada Rena.     

Rena melongo terkejut dengan apa yang ia lihat, uang sepuluh juta tunai, Rena memandang ke arah Ronald dan berganti ke arah uang yang disodorkan padanya, Ronald memberi isyarat agar Rena mengambil uang ditangannya.     

"Tapi . . ."     

"Tapi apa, kamu mending dibawa sama rentenir itu untuk di bawa ke lokalisasi?Huh?"     

"Ya ga lah, om. Maksud Rena tu, kalau ini sebagai ganti rugi kecelakaan kemarin tapi itu kecelakaan karena keteledoran saya, bukan karena kesalahan om,"     

Ronald jadi gemas sama Rena, ingin sekali dia mencubit pipinya, tapi pipinya kelewat tirus jadi yang ada dia cuma bakal nyubit tulang dan kulit saja. Tidak seperti Jelita yang mempunyai pipi chabi. Kembali, Ronald mengingat Jelita yang saat ini sedang di perjalanan menuju ke Negara A.     

Ronald menarik kursi belajar tak jauh dari ranjang, kemudian duduk dengan jumawa kedua tangannya bersedekap, dan kedua kakinya bersilang, tatapannya tajam membuat Rena menunduk seketika.     

"Lalu mau kamu apa sekarang?" Tanya Ronald dengan tatapan horornya.     

Rena mengaruk pelipisnya sambil berpikir, sesaat kemudian dia menjentikan jarinya, lalu menatap Ronald dengan tersenyum. Ronald mengerutkan dahi, "Jadi?" Tanyanya kemudian.     

"Gini, om. Kan dulu Rena pinjam uang itu buat modal jualan bunga, jadi kalau sekarang Rena mengambil uang itu berarti Rena berhutang sama Om, setiap bulan Rena akan mengangsur utang Rena ke Om tapi sesuai omset Rena, jadi jumlahnya terserah Rena, gimana?"     

Ronald menatap Rena tanpa bersuara, 'Gadis keras kepala,' Gerutu Ronald. Tapi disisi hatinya, Ronald benar kagum dengan gadis kecil di depannya ini, benar-benar gadis yang mandiri dan tak mau menyusahkan orang lain. Perlahan Ronald mengangguk setelah terdiam beberapa saat, "Oke, aku setuju. Deal?" Ucap Ronald dan mengulurkan tangannya pada Rena, mereka bersalaman sebagai bentuk kesepakatan.     

"Aku laper, Ren, punya makanan apa kamu di dapur?" Tanya Ronald.     

"Cuma mie instant sama telor, om." Ronald yang sudah melangkah hingga ke pintu kamar mendadak berhenti karena jawaban dari Rena yang mengagetkannya.     

"Pantas kamu kurus, cuma itu makananmu." Setelah mengatakan itu Ronald melangkah ke dapur, mencari kopi gula dan sejenisnya yang bisa dia buat sebagai penyegar dipagi hari ini.     

'Benar-benar anak itu, bagaimana dia bisa tumbuh besar, kalau makan nya cuma mie instant, payah.' Gerutu Ronald sambil membaca cara membuat mie instant dibalik kemasan mie.     

Seumur-umur baru kali ini dia makan mie instant bahkan ini pertama kali dia menyentuh makanan ini, Ronald pencinta masakan rumahan.     

Ronald masih sibuk memperhatiakan kemasan mie instan dan membaca instruksi pembuatan, ketika tiba-tiba tangan mungil Rena mengambil mie yang Ronald pegang.     

"Sini biar Rena saja yang bikin, gini aja ga bisa." Ujar Rena sambil berjalan dibantu tongkat milik mendiang ibunya, mengambil panci kemudian mengisinya dengan air, menyalakan kompor setelahnya dia duduk di kursi makan yang tak jauh dari kompor.     

Ronald hanya mengamati apa saja yang di lakukan oleh Rena, dalam kondisi seperti itupun Rena masih bisa melakukan segala aktifitasnya, benar-benar gadis yang luar biasa batin Ronald.     

"Duduk, Om." Rena melihat Ronald yang hanya berdiri dan memperhatikannya.     

"Hm." Ronald duduk di kursi makan sebrang Rena.     

Rena bangkit mengambil mangkok dan juga sendok kemudian menuangkan mie instant bersama telur dan bumbunya ke dalam mangkok, mengaduknya sebentar dan memberikannya pada Ronald. Rena menuangkan air putih hangat untuk Ronald dan meletakkan disamping mangkok mie instant.     

"Kenapa kamu ga makan?bukannya masih ada mie didalam lemari?" Tanya Ronald.     

"Rena belum lapar om, nanti saja Rena makannya, Rena mau mandi dulu."     

Ronald tak menjawab hanya melirik Rena kembali ke kamarnya, kemudian Ronald melanjutkan sarapannya.     

'Enak juga ternyata' ucap Ronald lirih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.