aku, kamu, and sex

Wahai wanita pujaan



Wahai wanita pujaan

0Wahai wanita yang bersemayam dalam hayalku.     
0

Wahai wanita yang selalu hadir sebagai bunga tidurku.     

Aku telah lama menunggumu.     

Ku ucap sebuah nama dalam sebuah doa.     

Merangkai kata dengan berbalut ketulusan kasih nan suci.     

Hati ini merindu untuk selalu kau dekap.     

Jangan biarkan aku terengkuh dosa karena rasa cinta     

Dengarlah wahai wanitaku,     

Menikahlah denganku,     

Mengikat janji suci dengan nama sang Ilahi.     

Wahai wanitaku, aku mencintaimu . . .     

Danil memeluk sang istri dari belakang, berulang-ulang mengecupi pundak, leher hingga pipi chabi istrinya. Dibalas erangan kecil dari bibir sang istri.     

"Ehm…Mas Danil…ah." Jelita mengangkat bahunya untuk menghindari serangan bibir Danil yang mulai menggila.     

"Udah sana mandi. Ini bajunya." Ucap Jelita sambil membalik tubuhnya dan menaruh baju sang suami ke dadanya.     

"Mandi…Bau." Ucap Jelita lagi, namun masih tak ada jawaban dari mulut Danil, yang ada hanya senyum jahil sang suami yang menghiasi wajah tampannya.     

"Hai nyonya, kenapa semakin hari kau semakin mengairahkan, hm?" Goda Danil.     

"Apa sih mas Danil?"     

"Jawab dulu pertanyaanku nyonya."     

"Kenapa kau semakin menggairahkan. Hm? Membuat aku selalu ingin bercinta denganmu?" Danil mempererat pelukannya. Membuat Jelita mendesah nafas panjang.     

"Mas Danil udah sana mandi."     

"Aku tak kan mandi sebelum kau jawab pertanyaanku?"     

"Oke, Oke. Akan aku jawab, tapi lekas itu kau janji harus mandi."     

"Baik aku janji, jadi apa jawabannya nyonya?"     

"karena aku telah mengirim guna-guna supaya kau jatuh cinta padaku, dan tergila-gila padaku, Tuan Danil Mahendra."     

"Begitukah nyonya, kalau begitu guna-gunamu sangat manjur, dan kini aku tergila-gila karena mu nyonya, dan terimalah kegilaan dariku." Setelah selesai mengatakan itu Danil membopong tubuh Jelita menuju kamar mandi.     

"Mas Danil!." Jelita memekik kaget karena ulah sang suami, sedangkan Danil hanya tersenyum menangapi pekikan dari Jelita.     

Danil menurunkan Jelita disamping bathup dan berbisik mesra di telingga sang istri. "Mandiin aku sayang." Jelita meremang mendapat bisikan Danil, dan bahkan Jelita tak menyadari jika Danil telah menurunkan zipper dress yang ia gunakan. Dan meloloskan tubuh indah Jelita dari balutan dress selutut yang Jelita gunakan hanya untuk dikamar saja.     

Danil mencium bibir mungil istrinya dengan lembut membuat Jelita terlena dan mengalungkan kedua tangannya pada leher sang suami. Ciuman yang menghanyutkan dan begitu dalam mereka rasakan hingga kini kedua tangan mereka tak ingin tinggal diam, bahkan Jelita yang dulu malu untuk memulai sekarang justru ia yang menebar bara di sesi percintaan mereka, dengan lihai Jelita melepas satu persatu apa yang suaminya kenakan, dan Danil menikmati itu. Bahkan disela-sela ciumannya Jelita dengan berani menggoda sang junior dibawah sana menggunakan jemari lentiknya. Memainkannya sesuka hatinya dan permainan Jelita terbalas dengan remasan yang mengukir desahan.     

Entah berapa lama mereka saling memanjakan satu sama lain, hingga sesi mandi yang sewajarnya hanya lima belas hingga tiga puluh menit kini menjadi hitungan jam.     

Dengan iringan desahan dan erangan mereka menuju kenikmatan dunia yang mereka cipta, merasakan cinta yang berkobar diantara keduanya. Danil mencium bibir Jelita sekilas setelah mencapai kenikmatannya, walau tangannya masih setia di dada sang istri yang terlentang di dalam bathup.     

"I love you, my wife."     

"I love you more my precious husband."     

"Jadi jam berapa kita ke rumah mama? Hari ini acara lamarannya Rey kan?"     

"Iya, nanti setelah ashar kita berangkat ke rumah mama, acaranya kan jam delapan malam, kita bisa sholat jamaah di rumah mama dulu."     

"Oke, seperti yang kau minta, kita akan berangkat setelah ashar, berarti kita masih bisa sekali lagi dong."     

"Hmmpmm…" Bibir Jelita kembali dibungkam dengan lembut menggunakan bibir Danil, dan mereka kembali menyatukan tubuh dan cinta mereka berdua.     

Di rumah Rey dan Ronald sedang sibuk membantu sang mama mempersiapkan segala perlengkapan yang akan mereka bawa ke rumah Humaira, segala macam hantaran dengan berbagai macam barang telah mereka siapkan dengan begitu detail.     

"Rey, kamu yakin semua sudah ga ada yang kurang?"     

"Ga ada ma, semua sudah komplit udah Rey cek semuanya."     

"Untuk mas kawinnya besok kamu mau kasih apa ke Humaira?" Kini Ronald yang bertanya.     

"Nanti aku Tanya ke Humaira, biar dia sendiri yang milih."     

"Oke, aku juga mau kasih sesuatu ke adik ipar nanti."     

"Apaan tuh?" Tanya Rey penasaran.     

"Ada deh, mau tahu aja." Ronald beranjak dari duduknya dan beralih pada sang mama yang sedang sibuk membantu si Encum menyiapkan makanan di dapur.     

"Ma,"     

"Hm. Ada apa anak bujang senior?"     

"Kok bujang senior sih, ma." Ronald tak terima di katain bujang senior oleh sang mama.     

"Lha terus apa? Nyatanya emang gitu. Kamu terlalu lama menjomblo. Ampe lumutan."     

Ronald nyengir kuda sambil mengaruk tengkuknya yang tak gatal.     

"Mana lumutnya ma?"     

"Kamu itu ya…"     

Tak lama suara bel rumah berbunyi, dan masuklah Jelita dan Danil dengan senyum bahagia yang terukir di wajah keduanya.     

"Katanya mau datang cepet, Jel. Kenapa jam segini baru sampai?" hardik Rey pada Jelita yang sedang mencium tangan sang mama dan papa bergantian.     

Danil duduk disamping sang papa mertua bersama Rey yang asyik memakan keripik kentang dari toples dalam dekapannya.     

"Selamat ya Rey," Ucap Danil.     

"Makasih. Ngomong-ngomong kapan ponakan aku datang nih."     

"Doakan aja, bentar lagi…"     

"Makanya ngebut, kalau perlu produksi tiap malam." Goda sang papa.     

"Emangnya apaan ngebut?" Celetuk Jelita yang duduk di meja makan bersama Ronald yang sedang mencoba kue bikinan mama.     

"Kalian pergi honeymoon aja, cari suasana baru, siapa tahu langsung… Dunggg." Ucap Ronald tanpa menatap siapapun perhatiannya ia alihkan pada kue yang ia sendok dikit demi sedikit.     

"Mau bayarin?" Tantang Jelita.     

"Oke." Jawab Ronald sambil menatap wajah cantik di dekatnya. Danil tersenyum melihat interaksi keduanya, meski tak ada yang tahu dua pria yang sama-sama tersenyum sedang bersama pula memendam luka.     

"Siap, Mas Danil kita Honeymoon di bayarin kak Ronald." Teriak Jelita.     

"Jangan tangung-tangung, urus juga perusahaan aku selama aku honeymoon, Oke.?" Tandas Danil pada Ronald dan dijawab ajungan jempol dari Ronald tanpa mampu menatap Danil.     

"Ya udah atuh siap-siap terus berangkat, nanti kita telat sampai rumah Humaira." Tegur sang mama.     

Akhirnya semuanya bersiap dan tak lama mobil yang mereka kendarai sudah meluncur ke jalanan menuju rumah Humaira.     

Humaira mematut wajahnya dicermin, melihat kembali riasan wajahnya yang terlihat natural namun ada sisi anggun disana.     

Arlita menahan kesedihan kala rombongan keluarga laki-laki yang ia cintai hadir di tengah-tengah keluarga Arka dan Humaira. Namun ia mencoba untuk tetap tersenyum dan tak ingin menunjukkan kesedihannya pada siapapun.     

Di lain sisi, Rey terpaku menatap Humaira yang datang menemui mereka, wajah cantik nan anggun terlihat begitu nyata dihadapannya.     

Acarapun dimulai dengan sang papa yang mengutarakan niatnya untuk melamar Humaira sebagai pendamping putranya. Ronald sibuk mengarahkan ponselnya pada Rey dan Humaira agar sang ayah dapat melihat anak dan calon menantunya, Rey sengaja video call dengan sang ayah agar sang ayah bahagia walau ia tak bisa datang sendiri untuk melamar Humaira untuk putranya, namun ia mengirimkan hadiah untuk Humaira yang langsung ia kirimkan ke alamat rumah Humaira sendiri.     

"Nak Humaira, maukah kau menerima pinangan putraku? Untuk menjadi pendampingnya? Dan menerima dia apa adanya?" Ucap sang papa pada Humaira. Dan dijawab dengan anggukan yang mantab dari Humaira.     

Sang mama yang memang duduk berdekatan dengan Humaira langsung mengambil cincin yang ada di sakunya dan menyematkannya pada jari manis Humaira, kemudian menyematkan cincin dengan model yang sama pada jari anak lelakinya."     

"Alhamdulilah, kini sah jadi calon mantu." Ucap Ronald yang membuat semua tertawa bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.