aku, kamu, and sex

Kamu bukan Daddyku.



Kamu bukan Daddyku.

0Arlita sedang menyuapi Ramond dengan penuh sayang, setelah keluar dari rumah sakit, Arlita mampir ke rumah Tuan Sanjaya untuk menjenguk Ramond, bertepatan dengan kepulangan mama Jelita yang panik karena tragedi penculikan anaknya.     
0

Arlita yang memang diberi cuti untuk memulihkan diri meminta pada Mama Jelita untuk membawa Ramond bersamanya hingga situasinya membaik, karena takut merepotkan keluarga Sanjaya yang sedang tertimpa musibah.     

Dan sekarang disinilah mereka berada, apartemen yang ia sewa untuk dirinya dan Ramond. Padahal Ronald sudah menawarkan untuk membelikannya apartemen tapi ia tolak, akhirnya Ronald meminta Arlita untuk menyewa satu unit apartemen di samping kamar Arlita.     

Ronald sangat menyayangi Ramond, peristiwa yang ia alami ketika masih kecil ia jadikan pelajaran untuk mendidik Ramond. Ronald tak mau jika Ramond tumbuh kekurangan kasih sayang dan perhatian.     

"Ramond, minum susunya dulu sayang." Ucap Arlita pada sang anak yang berjalan menuju kamar tidurnya dengan wajah cemberut.     

Arlita mendesah nafas berat, Arlita paham bahwa Ramond sungguh merindukan Ronald, Oma dan Opanya terlebih pada Rey.     

"Momy tahu, ramond kangen sama daddy, tapi saat ini daddy sedang sibuk momy, Ramond ga boleh ganggu Daddy, Ramond kan anak baik." Bujuk Arlita.     

"Kenapa semua orang sibuk? apa tidak ada yang ingat dengan Ramond?"     

"Tadi Om Rey udah telpon kan? katanya sepulang kantor mau mampir kesini."     

Ramond mengangguk pelan tapi wajahnya tetap murung, lagi-lagi Arlita hanya mampu menarik nafas panjang, kalau sudah seperti ini Arlita pun sudah paham, bujukan apapun tak kan mempan untuk Ramond.     

'Apa aku harus telpon Rey ya?' Pikir Arlita sambil menerawang. Akhirnya dia menemukan cara untuk membujuk Ramond supaya mau minum susunya dan tak lagi murung.     

Buru-buru Arlita mengambil ponselnya di kamar lalu menekan nomor Rey. Setelah terdengar nada panggilan tak lama telpon itu diangkat oleh sang empunya.     

"Hallo Rey, maaf menganggu, bagaimana kabar Ronald dan Jelita?"     

"Alhamdulilah mereka sudah membaik, ada apa Arlita?" Tanya rey diseberang telpon.     

"Ehm, Ramond sedang merajuk dia rindu pada kalian, jadi aku harus bagaimana? Maaf menganggumu sepagi ini."     

"Oh tak apa, ganti panggilanmu dengan panggilan video, semua orang sedang berkumpul disini, kami akan membujuknya."     

"Baiklah." Arlita mengubah panggilannya dengan panggilan video dan mengarahkannya pada Ramond.     

Ramond yang sedang cemberut langsung tersenyum senang ketika melihat Opa, Rey dan Omanya, tak lama terlihat Ronald yang sedang berbaring di tempat tidur.     

"Daddy kenapa wajah Daddy seperti itu?"     

"seperti apa?" Tanya Ronald dengan tersenyum     

"Seperti zombie." Semua orang yang mendengar apa yang di ucapkan Ramond tertawa terbahak     

"Apa Ramond takut?"     

"Tidak, Daddy kan sayang Ramond, walau daddy berubah jadi zombie daddy ga akan memakan Ramond, ya kan Dad?"     

"Daddy akan memakan Ramond, jika Ramond tak mau makan dan minum susu."     

"Ramond mau makan dan minum susu sama Dad, sama Oma sama Opa."     

"Ga sama Om Rey?" Ucap Rey menyela.     

"Ga mau, Om Rey bukan Daddynya Ramond, lagian om Rey suka jahilin Ramond." Rey terkekeh mendengar jawaban lucu Ramond. berbeda dengan Arlita yang berubah cemberut.     

"Awas ya nanti kalau Ramond ketemu sama Om, nanti Ramond Om masukin kandang dinosaurus, biar dimakan Dinosaurus."     

"Dinosaurus tuh ga ada Om, berarti Om bohong."     

"Kata siapa Om bohong, nanti Om ajak kamu lihat dinosaurus."     

"Oke, awas lho kalo om bohong, nanti Ramond jewer."     

Begitulah Ramond dan Rey yang selalu bertengkar namun jika lama tak bertemu akan saling merindukan satu sama lain.     

"Daddy kapan pulang? Ramond kangen. Ramond janji Ramond ga akan nakal lagi dan rajin sholat sama ngaji, kan sekarang di panti yang ngajarin ngaji tuh cantik, Ramond suka."     

"Jangan genit kamu ya,"     

"Siapa yang genit, Om Rey tuh yang suka genit kalau ada bu guru cantik."     

"Eh!!" Rey melotot.     

"Ups! Kelepasan."     

Semua yang mendengar tertawa terbahak karena ulah Ramond dan Rey, akhirnya Arlita memutuskan untuk menutup telpon saat ada dokter yang akan memeriksa Ronald.     

Akhirnya Ramond kembali ceria dan mau meminum susunya, membuat Arlita tersenyum lega.     

Bel apartemen berbunyi, Arlita segera berjalan ke pintu kemudian membukanya, terlihat Arka yang sudah berdiri dengan tegap, di tangannya membawa tentengan yang entah apa isinya, Arlita pun tak tahu.     

"Apa aku menganggu?"     

"Tidak, masuklah, Ka."     

"Trimakasih."     

"Ramond, lihat siapa yang datang sayang." Teriak Arlita pada putra kecilnya.     

"Siapa mommy?" Tanya Ramond sambil keluar dari kamarnya.     

"Hai jagoan." Sapa Arka.     

"Om Arka." Ramond berlari kecil dan memeluk Arka.     

"Om bawa sesuatu buat Ramond."     

"Apa om?"     

"Coba buka."     

Ramond membuka papper bag yang diberikan oleh Arka, kemudian tersenyum dan memeluk Arka karena saking bahagianya.     

"Terimakasih Om. Ramond seneng hadiahnya."     

"Sama-sama sayang."     

"Apa itu Ramond."     

"Ini itu buku cerita tentang rasulullah, nanti bu guru cantik di panti, Ramond suruh bacain, biar temen-temen ikut denger ceritanya ya Om."     

"Iya sayang."     

"Om, ayo main lego."     

"Oke, mana legonya, mari kita main."     

Ramond mengambil mainannya di kotak mainan dan mengambil satu tas lego dan mengeluarkannya di karpet depan televisi tempat Arka dan Arlita sedang duduk.     

"Om, ga nangkep penjahat?"     

"Penjahatnya sudah om tangkep kemarin."     

"Oh, Om hebat."     

"Ramond juga hebat."     

"Ka, apa pelaku penculikan itu berhubungan dengan paman Danil?"     

"Tidak, pelakunya lain, ini murni karena dendam pelaku pada Ronald, James adalah rekan bisnis Ronald dulunya."     

"Ow gitu."     

"lalu hubungannya dengan Jelita?"     

"Jelita melihat Ronald di bawa menggunakan mobil, karena curiga lalu dia mengikuti dari belakang, namun sayangnya aksi Jelita diketahui anak buah James, akhirnya ia ikut disekap."     

"lalu bagaimana kamu tahu lokasi penyekapannya, hingga tak butuh waktu lama untuk menemukan mereka?"     

"Jelita mengirimkan sinyal sos pada Rey, melalui alat bikinan mereka, dari situ Rey memberitahu Danil, dan kami langsung meluncur ke lokasi, untung kami datang tepat waktu, kalau tidak mereka berdua sudah mati karena keracuan gas."     

"ya ampun. Kejam sekali mereka."     

"ya, wajah Ronald sampai tak berbentuk saat kami bebaskan, dia mengalami penganiayaan yang parah, begitu juga dengan Jelita."     

"Ya, tadi aku telpon Ronald, aku melihat wajahnya masih terlihat sedikit bengkak dan memar-memar."     

"Ya, mungkin nanti siang aku akan ke sana untuk menginterogasi Jelita dan Ronald sebagai korban."     

"Hm."     

"Oya, Arlita, Kata Humaira . . . kamu mau belajar tentang agama? kenapa?"     

"memang ga boleh aku tahu tentang agamamu?"     

"Ya boleh-boleh saja, tapi maksud ku, apa semua itu karena__Rey?"     

Arlita tersenyum kecil, kemudian menggeleng.     

"Memang Rey yang membuka mataku tentang agama, tapi niatku mengenal agammu bukan karena dia, itu sungguh dari dasar hatiku."     

"Alhamdulilah kalau begitu, aku ikut senang, hidayah Allah menuju padamu."     

"Amiin."     

Arlita dan Arka kemudian bermain bersama dengan Ramond hingga waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, Arka pamit untuk ke rumah sakit menjenguk Jelita dan Ronald sekaligus meminta keterangan dari mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.