aku, kamu, and sex

Pembicaraan dua lelaki



Pembicaraan dua lelaki

0"Assalamualaikum, Ma." Ucap Rey setelah menggeser tombol berwarna di layar ponselnya.     
0

"Jelita dan Ronald sudah sadar, Alhamdulilah kalau begitu, nanti kalau urusan di kantor polisi sudah selesai, Rey akan langsung balik ke rumah sakit." Lanjut Rey pada sang mama.     

"Oke, makasih ya ma, salam buat semua yang ada disitu. Ehm . . . Iya .. .. Ma.. . Ehm, Waalaikumsalam warahmatullah." Rey memasukkan kembali ponsel pada saku celananya setelah menutup telpon dari mamanya.     

"Bagaimana keadaan mereka?" Tanya Arka yang sedang menyetir di samping Rey.     

"Alhamdulilah mereka sudah sadar dan baik-baik saja." Jawab Rey sambil tersenyum ramah dan sesekali menatap Arka yang sedang menyetir.     

"Syukurlah kalau begitu." Ucap Arka, dan di jawab anggukan oleh Rey.     

"Ehm, Rey. Boleh aku tanya sesuatu?"     

Rey menoleh pada Arka, dan dengan mantap menganggukakan kepalanya sambil menjawab. "Tentu, kamu mau tanya apa, Ka?"     

"Seberapa jauh hubunganmu dengan adikku?"     

"Maksudmu?"     

"Ehm, maaf Rey, aku lihat kalian semakin akrab, aku hanya mengkhawatirkan adikku saja."     

"Oh, kamu kakak yang baik," Ucap Rey kemudian menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya.     

"Aku dan Humaira sejauh ini kami berteman baik, itu saja sih?"     

"Lalu Arlita?" hati-hati Arka bertanya hal ini dia tak mau dianggap lancang karena ingin mengetahui urusan orang, namun ia juga penasaran dan inginj tahu hubungan Rey dan Arlita seperti apa.     

"Aku dan Arlita hanya berteman, karena pertemuan yang tidak disengaja lalu secara kebetulan dia teman kak Ronald, itu saja, kamu memang sangat berkompeten menjadi seorang polisi, Ka. Kita belum sampai di kantor polisi tapi kau sudah menginterogasiku." Tukas Rey sambil bercanda.     

"Sorry, Sorry, aku ga maksud apa-apa, hanya saja aku khawatir dengan adikku, karena selama ini dia tak pernah dekat dengan lelaki manapun."     

"Benarkah?"     

"Ya, dulu ada teman kecilnya dan juga sempat menjadi tunangannya, tapi tiba-tiba laki-laki itu memutuskannya, dan menikah dengan perempuan lain, sejak saat itu Humaira seolah enggan untuk membuka hati pada pria manapun, hingga akhirnya bertemu denganmu."     

"Ya Allah, sungguh Ka, aku tak tahu jika Humaira mempunyai kisah yang menyedihkan seperti itu, Tapi kamu harus percaya padaku, tak ada niat sebutir pasirpun aku untuk menyakiti Humaira, andaipun suatu hari nanti aku benar jatuh cinta pada adikmu, maka aku akan langsung melamarnya padamu."     

"Aku pegang kata-katamu, Rey."     

"Oke. Siap. Oh, ya tadi kamu menanyakan hubungan ku dan Arlita? Ehm... Jangan-jangan kamu sedang cemburu?" Ucap Rey sambil melirik Arka.     

Tiba-tiba Arka jadi salting, Arka mengaruk tengkuknya yang tak gatal, hal itu tak luput dari pengamatan Rey, dan seketika Rey tertawa terbahak.     

"Ternyata benar, kau cemburu padaku,." Ucap Rey telak pada Arka yang mendadak wajahnya berubah merah. Rey tambah terbahak melihat wajah Arka yang sudah merah seperti cabai rawit yang ketuaan.     

"Sebenarnya, aku menyukai Arlita sudah sejak lama, tapi sama halnya dengan Humaira dia terlalu rapat menutup hatinya, hingga dia bertemu denganmu."     

"Tapi bukannya Arlita sudah menikah dan punya anak?"     

"Ya, Arlita memang sudah punya anak, tapi dia belum menikah?"     

Seketika Rey menoleh, "Maksudnya?"     

"Apa Arlita tidak pernah menceritakan padamu?"     

"Kami bahkan tidak terlalu dekat."     

"Tapi waktu itu kau menjenguknya."     

"Itu karena kakakku yang minta supaya aku menjenguknya, dan memastikan kondisinya, kakakku dekat dengan Arlita dan anaknya."     

"Sebegitu dekatnya kah mereka?"     

"Ya, Kak Ronald adalah ayah angkatnya Ramond."     

"Laki-laki yang disebut Ramond Daddy itu kakakmu? Ronald?"     

"Yap. Betul sekali, apa sekarang kau merasa punya saingan?" Tembak Rey pada Arka.     

"Aku baru tahu kalau ternyata hubungan mereka sangat erat."     

"Tapi kau harus bernafas lega, karena kakakku tak tertarik dengan Arlita."     

"Benarkah?"     

Rey mengangguk karena Rey yakin kakaknya masih belum sepenuihnya kembali pada kodratnya, namun tak mungkin juga ia memberi tahu Arka akan penyimpangan seksual yang dialami kakaknya.     

"Apa kakakmu sudah punya wanita lain,?" Tanya Arka pelan.     

"Sepertinya, hanya saja kakakku tipe orang yang tertutup tentang kehidupan asmaranya,"     

Arka hanya mengangguk dan berpikir sama dengan Rey karena sejauh ia mengenal Ronald, dia sangat paham bagaimana watak Ronald yang selalu ramah namun tak pernah berdekatan dengan perempuan, Arka hanya mengenal dua orang yang paling dekat dengan Ronald yaitu Danil dan Arya sang asisten kepercayaan Ronald.     

"Kalian berdua sangat rukun, bahkan antara kau dan Jelita juga sangat dekat aku lihat."     

"Iya lah kami kan bersaudara bagaimana ga dekat?"     

Arka mengernyitkan dahi, karena memang tak mengerti seluk beluk keluarga Rey.     

"Aku dan Jelita saudara sepersusuan, dan kami dibesarkan bersama, kalau kak Ronald adalah kakak kandungku, tapi dia dibesarkan oleh ayah sejak ibu kami meninggal, sedang aku yang pada waktu iyu masih butuh asi dititipkan pada keluarga Jelita." Cerita Rey panjang lebar, supaya Arka tidak bingung.     

"Oh, begitu, tak kusangka hidupmu tak semulus yang aku duga. Aku kira orang kaya seperti kalian dan terlihat harmonis selalu baik-baik saja tak pernah ada cerita menyedihkan."     

Rey terkekeh mendengar ucapan Arka, dalam hati dia berbisik 'andai kau tahu begitu banyak peristiwa yang kami lalui hingga mencapai di titik ini, mama dan papa sudah pernah merasakan bagaimana hampir kehilangan Jelita, dan bagaimana aku hampir mati dibunuh oleh kakakku sendiri.'     

Hidup memang penuh misteri, penuh rahasia yang tersembunyi, kadang kita merasa bahagia akan sesuatu hal namun beberapa saat kemudian kita bagai dihempas ke dasar jurang yang membuat kita merasa remuk redam dan bahkan mati rasa.     

Kadang ujian berat kehidupan harus kita lalui, dengan segala kesanggupan walau sebenarnya tidak, namun kita tak perlu berkecil hati apa lagi menangis, jika diluar sana masih banyak yang lebih menderita dari diri kita? patut kah kita untuk mengeluh sedangkan banyak diantara kita hilang kata mengeluh untuk lebih tabah dan kuat berjuang untuk menyelesaikan ujian, bukankah pelangi akan hadir setelah adanya hujan yang lebat?     

Rey menghembuskan nafas berat, mengingat bagaimana perjuangan dia, Jelita dan keluarga angkatnya untuk bangkit dari keterpurukan. Dia selalu ingat dengan apa yang dikatakan oleh papa anfkatnya, bahwa ia bukanlah seekor burung yang berani terbang tanpa takut merasa jatuh, dia manusia biasa yang mempunyai rasa itu namun satu hal jika ia jatuh maka orang yang akan menangkapnya terlebih dulu adalah papa.     

Kata-kata sederhana yang memberikan ketenangan dan kasih sayang dari seorang papa pada anak laki-lakinya kala sang anak takut melangkah untuk menghadapi kegagalan di masa depan.     

Rey sangat menyayangi kedua orang tua angkatnya, bagi Rey mamanya adalah sosok perempuan yang penuh kasih sedangkan papa adalah sosok yang tegas memberi motivasi dan arahan luar biasa pada Rey dalam hidup. Ditambah dengan Jelita yang melengkapi kebahagiaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.