aku, kamu, and sex

Aku takkan meninggalkanmu.



Aku takkan meninggalkanmu.

0DOR     
0

DOR     

DOR     

Terdengar berkali-kali bunyi tembakan, Jelita yakin Rey sudah tiba di lokasi.     

""Rey, dia sudah datang."     

"Rey?"     

"Aku mengirimkan sinyal SOS pada Rey." Jelita menunjukkan jam tangannya pada Ronald.     

Yah, Ronald hampir melupakan bahwa kedua adiknya ini ahli dalam bidang IT, perkara mudah bagi mereka untuk membuat alat semacam itu.     

Asap putih masuk lebih banyak melalui celah di bawah pintu.     

"Pasti ada seseorang yang menarik baju kak Ronald yang tadi aku pasang di celah pintu, Sialan."     

UHUK     

UHUK     

Ronald dan Jelita terbatuk akibat asap yang bertambah banyak.     

"Tiarap Jelita." Perintah Ronald.     

Keduanya tiarap dan mengarahkan hidung mereka ke lantai hanya itu cara mereka bertahan agar tetap dapat menghirup oksigen.     

"Berapa lama kita akan mampu bertahan?"     

"Bertahanlah Jelita, berjanji padaku, kau akan bertahan."     

"Berjanjilah kakak juga akan bertahan."     

"Aku tak akan meninggalkanmu, Jelita."     

Jelita menyobek kedua ujung jilbabnya dan memberikan nya pada Ronald, kemudian menyobek lagi dan ia gunakan untuk menutup hidungnya.     

Sementara diluar, Rey susah payah masuk ke dalam rumah besar itu saat polisi dan anak buah Danil saling baku tembak, berjalan menyusuri setiap ruanagan yang ada di rumah itu. Sinyal SoS Jelita berhenti pas di depan rumah mewah itu, maka dia harus mencari dimana lokasi Jelita di sekap.     

Sesekali Ronald harus berhadapan dengan anak buah James yang menghalangi jakannya, itu perkara mudah karena Rey ahli dalam bela diri, namun satu hal yang Rey belum mampu melakukannya yaitu menembak.     

"Sial, hampir seluruh ruangan sudah aku jelajahi tapi belum juga ketemu dimana Jelita." Rey berpikir sejenak.     

'Apa di rumah ini punya ruang bawah tanah?' Pikir Rey.     

kembali ia berjalan menyusuri rumah mewah itu dan akhirnya ia menemukan ruangan disamping dapur dan terdapat tannga ke bawah. REy menyusuri tangga itu dan menemukan pintu yang tertutup rapat dan didepannya terdapat tabung yang lumayan besar yang menghadap ke pintu.     

Rey bergegas berlari menuju tabung itu dan memutar penutup tabung agar gas itu berhenti keluar.     

"Jelita!!"     

"Jelita!!     

"Kak Ronald!!"     

Rey terus berteriak namun tak ada sahutan, akhirnya dia mengambil ancang-ancang dan     

DUUUAAAKKK     

Satu tendangan Rey langsung meruntuhkan pintu kayu didepannya, terlihat Ronald dan Jelita yang telungkup dan membekap hidung masing-masing.     

Rey tercekat. perlahan masuk ke ruangan itu setelah asap yang berada di ruangan berkurang.     

"Jelita, Kak Ronald, bangun kak."     

Rey mengambil ponsel yang terselip di saku celananya, dan segera menghubungi Danil.     

"Danil, cepat kemari aku sudah menemukan Jelita dan Ronald, tapi kondisi mereka sangat lemah."     

"Aku segera kesana, kamu dimana."     

"Di samping dapur ada ruangan bawah tanah aku berada disana, cepatlah danil."     

Danil mematikan telponnya, dan berlari masuk ke dalam rumah sambil sesekali menembak para anak buah James yang mengdangnya.     

Ditengah langkahnya Danil bertemu dengan James, sekali lihat Danil tahu bahwa ini adalah ulah James, dia mengenalnya sebagai rekan bisnis Ronald.     

"Danil, lama tidak berjumpa, bagaimana kabarmu?"     

"Jangan berbasa-basi denganku, jika terjadi sesuatu pada istriku dan Ronald, aku takkan pernah mengampunimu." Ucap Danil sambil menarik kerah baju James.     

"Dia istrimu? bagaimana dia begitu peduli pada Ronald jika ternyata dia adalah istrimu?"     

"Diam kau Bangsat!!"     

"Mereka kakak beradik, wajar jika Jelita peduli padanya?"     

'Jadi Ronald tidak berbohong?' Pikir James.     

Tanpa memberi waktui untuk James berbicara lagi, Danil mendaratkan pukulan padanya.     

Danil tidak berhenti akhirnya mereka bertukar pukulan satu sama lain, James membalas serangan Danil dengan membabibuta dan Danil tak pernah menyerah tebtang hal itu.     

Pada saat itulah anak buah James datang dan menodongkan senjatanya ke arah Danil.     

Anak buah Danil serta beberapa orang dari kepolisian juga datang dari pintu yang berlainan.     

Terjadilah jalan buntu. kedua belah pihak saling mengarahkan senjata pada lawan masing-masing untuk melindungi bos mereka.     

Namun beberapa detik kemudian, terdengar tembakan yang langsung mengenai kaki James dan anak buahnya.     

Danil mengambil kesempatan itu untuk segera berlari untuk menyusul Rey. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih pada Arka saat Danil melintas di sampingnya.     

"Tangkap mereka!"Perintah Arka pada anak buahnya. Dan segera berlari menyusul Danil.     

James dan anak buahnya yang tersisa di bekuk oleh anggota kepolisian.     

"Rey!!" teriak Danil.     

"Kenapa kau lama sekali, cepat angkat Jelita."     

Tanpa menjawab Rey, danil langsung mengangkat Jelita dan membawanya dalam gendongannya.     

"Bertahanlah sayang." Ucap Danil sambil berlari sekuat tenaga menuju mobil yang telah di sediakan anak buahnya di halaman.     

Rey mencoba mengangkat tubuh Ronald tapi berat badan mereka tak sebanding, untung saja Arka segera datang dan membatu Rey mengangkat tubuh Ronald.     

"Bertahanlah, Kak. aku mohon, Aku mohon bertahanlah, Kak."     

"Dia akan baik-baik saja. tenanglah Rey."     

Rey dan Arka langsung melesatkan mobilnya menyusul Danil yang sudah terlebih dahulu membawa Jelita ke rumah sakit.     

"Andi suruh perawat dan dokter untuk menunggu di depan pintu masuk, sebentar lagi Danil akan datang membawa Jelita, dia menghirup banyak gas." Ucap Rey melalui sambungan telpon pada asisten Jelita.     

"Baik Pak Rey." Sahut Andi di seberang telpon.     

"Bertahanlah kak Ronald, kau tak boleh meninggalkan aku, aku janji tak kan marah padamu jika mama lebih sayang padamu, bahkan aku rela kehilangan apapun asal jangan dirimu, Kak. Sudah cukup kita terpisah selama 20 tahun, aku tak mau berpisah denganmu lagi." Ucap Rey sambil terus mengengam erat tangan Ronald,     

"Bertahanlah kak, aku mohon."     

"Rey, kuatkan dirimu, aku yakin Ronald akan baik-baik saja, sebentar lagi kita akan sampi dirumah sakit."     

Rey mengangguk pelan, berdoa dalam hati apa yang dikatakan Arka menjadi kenyataan, semuanya akan baik-baik saja.     

Tak berbeda dengan Rey, Danil terus menciumi kening jelita yang ada dalam pangkuannya, air matanya sudah mengalir tanpa dapat ia cegah.     

Hatinya sakit melihat wajah Jelita yang penuh lebam, sudut bibirnya pecah dan ada bekas darah yang mulai mengering. Danil tak dapat membayangkan bagaimana Jelita menghadapi serangan itu. Ada bekas ikatan di tangan Jelita, Danil yakin ikatannya begitu kuat sampai meninggalkan bekas di tangan istri kesayangannya.     

"Bertahanlah sayang, kau sudah janji padaku akan menemaniku sampai kapanpun."     

"Kau sudah berjanji untuk melahirkan anak-anakku, kau belum menepati janji itu, maka bertahanlah sayang, karena sedang menagih janjimu."     

Mobil yang membawa Jelita masuk di halaman rumaha sakit, beberapa perawat dan dokter telah menunggu mereka, dan ketika mobil berhenti jelita langsung dipindah ke brankasr dan dibawa ke IGD untuk segera mendapatkan pertolongan, dan tak berapa lama mobil yang membawa Ronald pun tiba dan segera diambil alih oleh perawat dan dokter yang kemudian menanganinya di IGD yang bersebelahan dengan Jelita.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.