aku, kamu, and sex

Dia, Calon Mantu?



Dia, Calon Mantu?

0Setelah sarapan bersama mama Jelita segera mengapit lengan sang anak bujangnya, menuju halaman rumah.     
0

"Papa, berangkat ke kantor sendiri ya, mama mau ikut Rey ke sampai rumah sakit."     

"Ya udah kalo gitu, kamu sama mama hati-hati ya Rey, kabari papa kalo sudah sampai dirumah sakit."     

"siap pa, papa juga hati-hati ya.."     

Papa Jelita mengangguk setelah berpamitan, Papa sanjaya berangkat ke kantor dengan diantar sopir, sedangkan Rey dan sang mama berangkat bersama memakai mobil mama Jelita,     

"Leha, nanti ada orang asuransi dan orang bengkel mau ambil mobil kesini, tolong kasih kuncinya nanti ya, kuncinya ditempat biasa."     

"Siap Mas Rey."     

"leha, jaga rumah, kami berangkat dulu." Ucap Mama Jelita sambil masuk ke dalam mobilnya di ikuti Rey yang langsung duduk di kursi kemudi, tak lama kemudian mobil yang mereka tumpagi sudah meluncur ke jalanan kota yang padat.     

---------     

"Jelita sayang, aku berangkat dulu ya, kamu hati-hati nanti ke kantornya." Kata Danil sambil memeluk pingang Jelita dan sesekali mengesekkan hidung mancungnya pada hidung milik sang istri.     

"Nanti makan siang bareng ya, nanti aku jemput kamu dikantor."     

"Siap, Pak Bos, tapi nanti kita ke rumah sakit ya, katanya mama hari ini datang ke rumah sakit, mau nemenin Ronald terapi."     

"Oke, tapi aku ga bisa lama-lama di rumah sakit, karena ada meeting intern di kantor."     

"Ya udah ga apa-apa, nanti aku biar di jemput Pak atmo aja atau pulang sama mama."     

"ya udah, sampai ketemu nanti siang ya sayang."     

"Iya, kamu hati-hati ya mas, kabari aku kalau udah sampai kantor."     

"He'em." Jawab Danil sambil mengecup bibir mungil istrinya.     

Danil keluar menuju carport disana sudah ada Yogi menunggu dideket pintu mobil yang sudah ia buka untuk Danil.     

"Aku berangkat ya, Assalamualaikum."     

"waalaikumsalam."     

Jelita kembali masuk ke dalam rumah, namun baru beberapa langkah ponselnya berbunyi, namun tidak ada nama pemanggil disana. karena penasaran dia lalu mengangkat panggilan dari orang tak dikenal itu.     

"Hallo."     

"Hallo nyonya Mahendra, kau bisa tersenyum bahagia kali ini, namun tak lama lagi ku pastikan senyuman mu akan berubah jadi air mata."     

"siapa kamu?"     

"kamu tidak perlu tahu siapa aku, yang perlu kamu tahu, kamu hanya perlu mengingat ancaman dari ku."     

"Dengar baik-baik, siapapun kamu, aku tidak takut dengan ancaman mu, dan berhati-hatilah, karena bisa jadi ancaman itu akan berbalik padamu."     

TUT TUT TUT     

Panggilan diakhiri sepihak oleh sang pemanggil yang tak bernama, Jelita menghela napas panjang, entah apa lagi yang akan terjadi, selama ini dia tidak tahu apakah Danil punya musuh atau tidak, atau hanya sekedar orang yang iri dengan kesuksesan Danil. Jelita akan menanyakan pada Danil ketika mereka bertemu nanti. Tapi sekarang dia harus memastikan Danil dalam keadaan aman. Jelita menekan tombol panggilan setelah menemukan nama suaminya di layar ponsel.     

"Assalamualaikum, Mas?"     

"Waalaikumsalam sayang."     

"Mas Danil sampai mana? Mas Danil ga apa-apa kan?"     

"Ya, Aku baik-baik aja, kamu kenapa nadanya khawatir gitu?"     

"Ga apa-apa mas, nanti kabari aku ya, kalo udah sampai kantor."     

"Iya sayang."     

Perasaan Jelita menjadi lebih tenang setelah menelpon suaminya, dia kembali melangkah menuju kamarnya, untuk bersiap-siap berangkat ke kantor.     

"Pak Atmo siapkan mobil, kita berangkat sekarang."     

"ya, Nyah." Jawab Atmo dari arah dapur.     

--------------------     

"Assalamualaikum, selamat pagi sayang."     

"Waalaikumsalam, Mah."     

"Anak mama, udah segeran nih, apa yang kamu rasain? kemarin kamu terlalu memaksakan diri sampai kaki kamu bengkak, sekarang gimana? masih bengkak ga?"     

"ga kok ma, Sudah kempes dan udah baikan cuma agak nyeri dikit."     

"Syukur deh, kalo gitu, sekarang kamu sarapan dulu ya."     

"Iya, ma... makasih ya ma."     

"sama-sama sayang."     

"Mama diantar siapa kesini?"     

"Diantar Rey, tadi pagi dia dari sini terus langsung pulang ke rumah, terus mama nebeng deh, dia sekarang dah berangkat ke kantor."     

"Ow, "     

"Mama suapin ya..."     

"Iya Ma."     

TOK TOK TOK     

"Siapa ya? Mama buka pintu dulu ya," Ucap Mama Jelita sambil beranjak dari duduknya kemudian meletakkan piring di atas nakas, Ronald memeprhatikan mama Jelita yang berjalan menuju pintu, Ronald juga penasaran siapa gerangan tamu yang datang pagi-pagi begini. pada awalnya dia berpikir bahwa asistennya lah yang datang untuk mengantar berkas, namun tidak disangka ternyata...     

"Eh, Calon mantu Kog tahu tante disini?"     

"Lho, kok tante disini?"     

"Iya, ini kamar rawat inap kakaknya Rey, memangnya kamu cari siapa?"     

"Oh, Tapi yang saya tahu ini kamar Pak Ronald."     

" Ya, Ronald itu kakaknya Rey."     

"Siapa yang datang ma?" Tanya Ronald penasaran.     

"Ini pacarnya Rey,"     

"Pacarnya Rey, sejak kapan dia suka pacaran?" Gumam Ronald lirih sambil mengaruk hidungnya yang sebenarnya tak gatal.     

"Ayo, silahkan masuk cantik."     

"trimakasih."     

Setelah Artila masuk betapa terkejutnya Ronald, Hah Yang benar saja, Artila pacarnya Rey, sejak kapan mereka pacaran, selama Ronald kenal dengan Artila tak pernah dia melihat Artila dekat dengan seorang pria manapun kecuali rekan kerjanya di kepolisian.     

"Selamat pagi Ronald."     

"Pagi artila."     

"Jadi kalian udah saling kenal?"     

"Iya, mah ... dia teman Ronald."     

"Oh, pantesan dia kenl Rey, pasti kamu yang kenalin dia ke Rey ya, aduh anak mama memang pinter pilih calon mantu."     

"Hah!! Dia ... !! calon mantu?"     

"Iya.. kan cantik."     

"Aduh, tante salah paham, saya dan Rey ...." Artila mencoba menjelaskan namun kalimatnya belum usai dia ucapkan sudah dipotong dengan ucapan dari mama Jelita, akhirnya dia hanya mampu menatap ke arah Ronald sambil mengendikkan bahu, tak tahu harus berbuat apa.     

"Udah ga usah malu-malu gitu."     

Ronald terbengong dengan kelakuan sang mama angkatnya ini, sebegitu inginnya kah dia memiliki calon mantu, sebentar-sebentar, Ronald jadi penasaran bagaimana adik kecilnya bisa kenal dengan Artila? Dan tunggu kalau Artila menemuinya, berarti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan, tapi situasi sekarang menjadi rumit. Ronald menjadi bingung harus bagaimana menghadapi situasi ini.     

"Tadi pagi kenapa buru-buru pulang, kan tante mau ajak kamu sarapan bareng?"     

Lagi-lagi Ronald terbengong, jadi Artila dari rumah keluarga Sanjaya, apa benar dia ada hubungan dengan Rey? Ronald tidak tahu apa ini sebuah kebaikan atau keburukan jika adiknya benar-benar adiknya berpacaran dengan polisi cantik ini.     

Artila memang tidak pernah menggunakan seragam kepolisian, kecuali memang ada meeting dikantornya atau ada acara resmi kantor. Artila seorang kepela intelijen yang dikenal handal dalam menghandel masalah besar, bahkan jaringan dan anak buahnya sudah menyebar hingga keluar negeri, karena dia juga bekerja sama dengan intelijen internasional untuk mengungkap kasus kelap kakap.     

Ronald memang bekerja sama dengan Artila untuk memecahkan permasalahan penculikan dirinya, dan dengan sengaja membuka bisnis senjata ilegal untuk memancing penjahat itu keluar, Ronald dan Artila yakin dalang penculikan dan mafia kelas kakap yang diincar Artila adalah orang yang sama.     

Kini yang Ronald pikirkan, bagaimana jika Artila dan adiknya benar-benar pacaran?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.