aku, kamu, and sex

Sarapan Pagi



Sarapan Pagi

0"Eugghhhh...." Jelita menggeliat merengangkan tubuhnya yang kaku, namun kemudian dia berhenti menggerakkan tubuhnya saat menyadari bahwa bukan tubuhnya yang kaku tapi bagian tubuhnya yang dipeluk dengan erat oleh seseorang, dan satu lagi...     
0

"Mas Danil ngapain?" Jelita menatap Danil yang terbaring miring disampingnya sambil memeluk tubunya erat dan apa yang sedang Danil lakukan selain memeluk tubuhnya itu yang membuat di terkejut dan membangunkan ia dari tidur lelapnya.     

"Lagi sarapan sayang... Eumm... Eum..." Danil semakin liar menghisap pucuk dada Jelita, seperti bayi yang kehausan setelah lama tertidur.     

"Mas Danil.. Eugh..." Jelita kembali merasakan gairah Danil dari cara memeperlakukan kedua bukit kembarnya, karena tidak hanya mulut dia yang bekerja, kini tangannya pun ikut meremas sebelah gundukan yang tepat berada di depannya.     

"Mas Danil udah... ahhhhh"     

"Aku belum kenyang, sebentar lagi.." jawab Danil kemudian melancarkan lagi aksinya, mengulang pergulatan panas seperti yang sudah mereka lakukan tadi malam.     

Jelita merebahkan tubuhnya diatas dada Danil. nafasnya masih terengah setelah beberapa kali merasakan kenikmatan yang Danil berikan, sedangkan Danil membelai kepala Jelita penuh sayang dan sesekali mencium pucuk kepala Jelita.     

"Lelah?"     

"He'em... Mas Danil sih ga kira-kira."     

"Habis kamu enak sih.." Jawab Danil sambil tertawa.     

"Mandi yuk.."     

"Mas Danil duluan aja."     

"Bareng.."     

"Ga mau.."     

"Bareng.."     

"Ga mau, nanti Mas Danil macem-macem lagi.."     

"Mas Danil janji ga macem-macem, cukup satu macem aja."     

"Tuh kan.."     

"Maksudnya satu macem itu ya cuma mandi aja..."     

"Beneran?"     

"Bener."     

"Ya udah sana Mas Danil dulu yang masuk kamar mandi."     

Jelita bangkit dari posisi rebahannya, kemudian duduk sambil menarik selimut untuk menutupi tubunya, namun yang tak disangka Jelita adalah Danil langsung mengangkat tubuh Jelita dan membawanya ke kamar mandi."     

"Ya Allah mas Danil..." Jelita terkejut saat tiba-tiba tubuhnya diangkat ala bridal ke kamar mandi, setelah membuang selimut yang Jelita kenakan ke atas sofa kamar.     

Danil memutar kran air hangat yang suhunya sudah dia atur sebelumnya ke dalam bathup, setelah merebahkan tubuh Jelita disana, kemudian Danil ikut merebahkan tubuhnya di belakang Jelita, membiarkan dadanya sebagai sandaran untuk istri mungilnya itu.     

"Hari ini kamu tidak usah masuk kantor, istirahat saja di rumah." Kata Danil disela-sela acara berendam mereka.     

"Kenapa? hari ini banyak sekali yang harus aku kerjakan."     

"Biarkan wahyu yang mengerjakan, aku ga mau kamu terlalu capek."     

"Aku ga mau kamu kecapean." Ucap Danil sambil membelai perut rata Jelita.     

"Semoga Allah segera memberikan kita momongan, aku ga sabar punya anak yang lucu-lucu dari kamu."     

"Amiin... aku juga mas, Maafin aku ya, karena baru sekarang bisa menjalankan kewajibanku, itupun karena kenakalan Mas Danil."     

"Itu juga karena salahku, karena membuatmu merasakan trauma yang dalam, tapi Alhamdulilah sekarang udah sembuh kan?"     

"Oh iya ya... aku sembuh ya, Mas Danil juga."     

"Sebenarnya Mas Danil ga terlalu parah yang paling parah adalah Ronald, karena dia berawal dari trauma yang sangat dalam, tidak seperti aku yang karena merasakan rasa bersalah yang berkepanjangan."     

"Semoga Kak Ronald juga bisa sembuh ya Mas."     

"Amiin."     

Pagi itu Danil benar-benar menepati ucapannya, dia memandikan Jelita dengan telaten, kemudian mengangkat tubuh Jelita kembali kedalam kamar setelah dililitkan handuk pada tubuhnya, mengambilkan baju untuk Jelita, dan memakaikannya. Barulah dia memakai bajunya sendiri, walau dibantu juga oleh Jelita.     

"Kamu duduklah disofa, sebentar lagi Mbok Rahmi mengantarkan makanan untuk kita." Jelita mengangguk, dan perlahan berjalan ke arah sofa, dia merasakan nyeri dan bengkak pada kewanitaannya, dan itu tak luput dari penglihatan Danil.     

Segera saja Danil mengangkat tubuh Jelita dan dia dudukkan di atas sofa.     

"Makasih Mas Danil, tapi aku bisa jalan sendiri."     

"Iya, dengan menahan sakit disini." Ucap Danil sambil menunjuk ke arah kewanitaan Jelita, dan spontan tangan Jelita menangkis tangan Danil yang dia kira akan menyentuh bagian intimnya.     

"Aduh..." Teriak Danil sambil mengibas-ngibaskan tangannya akibat serangan mendadak Jelita.     

"Lagian tangan mas Danil..."     

"Kenapa Tangan ku? aku cuma mau nunjuk, bukan mau megang, sayanggg..."     

"Ye... maaf... kirain.."     

Tok Tok Tok     

Suara ketukan pintu kamar terdengar, Danil segera menuju pintu, terlihat mbok Rahmi membawa nampan yang penuh dengan makanan dan minuman diatasnya, Danil beralih mengambil nampan tersebut, dan segera menutup pintu kamar kembali setelah mengucapkan terimakasih pada mbok Rahmi.     

"Sarapan dulu sayang"     

"Kog susunya cuma satu.."     

"Hehe... aku kan udah minum susu tadi pagi." Jawab Danil sambil nyengir dan memainkan kedua alisnya naik turun, kemudian ikut dududk di sofa disamping Jelita.     

"Jadi aku ga boleh ke kantor beneran?"     

"Ga boleh." Jawab Danil tegas.     

"Pokoknya seharian ini kamu ga boleh mengerjakan apapun, mengerti."     

"semua berkas-berkas yang harus kamu tanda tangani, biar dibawa ke kantorku, nanti akan ku bawa pulang."     

"Kenapa ga nyuruh pak wahyu atau Andi aja sih suruh antar kemari?"     

"GA B I S A"     

"Aku ga ijinin kamu terima tamu siapapun hari ini, kalau butuh apa-apa, cukup telpon mbok Rahmi suruh bawakan ke kamar, oke?"     

"Kog, jadi kayak tahanan?"     

"Aku cuma ingin kamu istirahat, kamu pasti lelah dan itu kamu masih sakit, ya kan?"     

"Kalau kamu capek, ntar malam ga dapat jatah dong, jadi sekarang kamu istirahat aja ya."     

"Oh...ada maunya to..."     

"He.... Tapi mau nya itu kan yang enak-enak jadi ga masalahkan, sayang... aku tahu kamu lagi masa subur, jadi kita harus rajin bercocok tanam."     

"Ya Allah, betapa suami hamba sangat mesum."     

"Ya Allah semoga kemesuman hamba membuahkan bayi yang mungil dan lucu-lucu"     

Jelita hanya geleng-geleng kepala melihat suaminya yang ikut menadahkan tangan berdoa kepada Allah, tapi tak urung juga Jelita ikut meng-amini apa yang Danil ucapkan tadi.     

"Ayo sarapan.."     

"Suapin."     

"Manja.."     

"Biarin aja, kan aku manjanya cuma sama istri aku yang cantik nan Jelita seperti namanya."     

"Ya deh... buka mulutnya.. aaa"     

Jelita menyuapi Danil dan dirinya bergantian, sambil kadang mereka melontarkan kata-kata pujian sekaligus lelucon yang membuat mereka tertawa bersama-sama. dua poris nasi goreng, segelas susu dan segelas jus buah akhirnya menghuni perut mereka.     

Danil bersiap pergi ke kantor, mengambil tasnya dari atas rak, dan mencium bibir serta kening Jelita sekilas, setelah Jelita mencium tangannya.     

Jelita menatap kepergian Danil hingga menghilang di balik pintu, dan tak lama terdengar deru mobil dan suara klakson meninggalkan rumah mewah itu.     

Jelita mengambil buku bacaannya dan melangkah ke balkon kamar, dan duduk diatas ayunan yang disiapkan Danil untuknya.     

Sungguh hari yang membahagiakan untuk mereka, walau siapapun tak ada yang dapat menebak apa yang akan terjadi esok hari, bahkan musuh mereka sedang mengatur strategi untuk menghancurkan kebahagiaan mereka berdua tanpa mereka sadari.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.