aku, kamu, and sex

Calon Mantu??



Calon Mantu??

0Pagi ini Mama Jelita tampak sibuk di dapur, dengan semangat ia sengaja memasak semua makanan untuk sarapan seorang diri tanpa mau dibantu oleh asisten rumah tangganya, memang sudah rahasia umum di kalangan para asisten rumah tangga di rumah besar yang bertuankan Tuan dan nyonya Sanjaya kalau sang nyonya besar selalu menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya tanpa bantuan asisten rumah tangga. memang Nyonya sanjaya ini tipe ibu rumah tangga tulen dan penyayang keluarga sejati.     
0

Namun kali ini, Nyonya Sanjaya tidak memasak untuk sang suami ataupun untuk anak bujang mereka, melainkan memasak khusus untuk Ronald yang sedang semangat terapi. Sang mama ingin anak angkat keduanya ini akan lebih bersememangat menjalani terapinya dengan kasih sayang dan perhatian yang ia dan suami berikan. Bagaimanapun Ronald adalah kakak kandung Rey, jadi itu artinya dia juga anak angkat dari mereka berdua.     

Dan Ronald selama ini santai-santai aja dan kesenengan malah selalu dapat perhatian dari keluarga adik angkatnya ini. Yah, itung-itung obat patah hati paling mujarab, kalau di sebuah lagu nenekku pahlawanku kalo untuk Ronald Mama angkatku pahlawanku ciyyeeee.... Ronald benar-benarv menikmati peran dia sebagai seorang anak yang dimanja, sekaligus kakak yang jahil untuk adiknya.     

Kembali ke sang Mama yang sedang memasak, dapur yang luas dan dilengkapi dengan perlengkapan memasak yang lengkap dan modern, si leha sang pembantu yang cerewetnya melebihi burung beo tiba-tiba datang dari arah ruang tamu dengan suara yang melengking dan lari tergopoh-gopoh, habis melihat bidadari turun dari pelangi katanya.     

"Nyonya ... Nyonya ...!!"     

Nyonya Sanjaya yang di panggil sontak saja menoleh ke sumber suara sambil bertolak pingang. kesal karena acara memasaknya di ganggu oleh sang asisten yang super cerewet untungnya rajin dan baik hati jadi ga dipecat tuh sama si nyonya.     

"Ada apaan sih, Leha?! Ganggu aja tau ga, suara kamu melengking dah kayak toa masjid tauk?!"     

"nyonya di depan ada ..." Kata-kata si Leha terjeda karena dia sibuk menetralkan nafasnya yang tersengal akibat lari yang unfaedah.     

"Ada apa? Ha!! Ada setan? hantu??" Ucap mama Jelita yang penasaran karena Juleha masih setia mengibas-ibaskan tangannya didepan wajahnya sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.     

"Terus apa?"     

"Itu... ada cewek..."     

"Cewek?"     

"Iya, Nyah, cantik banget, nyari Mas Rey."     

"Rey?!"     

"Iya, Nyah.."     

"Tumben ada orang nyariin Rey, cewek pula." mama Jelita langsung mematikan kompor di sampingnya kemudian berjalan ke teras, di ikuti si Leha di belakangnya.     

"Hallo, Tante ... " Saya Artila ketika melihat sosok perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik walau tak lagi muda.     

"Hallo, cari siapa ya nak?"     

"Maaf tante, apa benar ini kediaman Reynal?"     

"Ya, benar ... saya mamanya? kamu ini pasti pacarnya Reynald, memang itu anak nakalnya kebangetan, dari dulu mau ngenalin cewek tapi kog ga jadi terus, eh, sekarang ceweknya datang sendiri, atau jangan-jangan Rey berbuat sesuatu ya sama kamu?"     

"Oh, tidak tante, bukan begitu, itu semalem..."     

"Semalem? kalian ngapain semalem?"     

"Bukan begitu tante, kami ga ..." Artila belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ketika melihat mama Jelita berdiri dan menatap sebuah mobil yang masuk ke halaman rumah besar itu, dan Artila masih mengingat plat mobil itu, dan benar ternyata Rey yang keluar dari dalam mobil.     

Rey menghampiri mamanya mencium tangan serta kedua belah pipi wanita itu kemudin bergelayut manja dengan meletakkan kepala di bahu wanita yang telah membesarkannya kedua tangannya memeluk tubuh wanita paruh baya itu lewat samping, dan mengajak masuk ke teras tanpa ia sadari bahwa ada mata asing yang mengamati kelakuannya.     

"Rey, kamu ga malu apa? Masih manja-manjaan sama mama padahal udah punya pacar."     

Rey menghentikan langkahnya, terpaksa mamanya juga berhenti melangkah karena tubuhnya masih dalam kendali Reynald.     

"Pacar?" Tanya rey sambil mengerutkan dahi.     

"Iya pacar, lha itu..." Ucap mama Jelita sambil menunjuk pada sosok gadis cantik berrambut panjang yang berdiri di teras menunggu mereka.     

'Dia kan? Ya Allah, ngapain cewek itu kemari?' gumam Rey dalam hati.     

"Ayok temuin dia dulu, mama bikinkan minum buat kalian dulu."     

Rey mengangguk, kemudian mama Jelita berjalan terlebih dulu masuk ke dalam rumah, namun bukan bikin minum malah dia teriak-teriak ga jelas memanggil suaminya.     

"Leha, bikinkan minum buat calon mantu sama anak bujang, cepetan. Papah... papah!! cepetan turun, didepan ada calon mantu.!"     

Rey Tercekat, apa yang tadi mamanya bilang? Calon mantu? Ya Ampun, Rey menghela nafas panjang, kemudian mempersilahkan Artila duduk. Rey duduk agak jauh dari Artila, memang sudah menjadi kebiasaan untuk dia, ketika bersama dengan seorang wanita yang bukan bagian dari keluarganya, maka dia akan mengambil jarak dengan wanita itu, terlebih kesan pertama Reynald pada wanita itu sangat buruk.     

"Dari mana kau tahu alamat rumahku?"     

"Dari Plat mobilmu."     

"Oh, jadi kau melacak ku."     

"Maafkan aku, hanya itu salah satu cara untuk bisa menemukanmu."     

"Kenapa kau harus menemukanku?"     

"Karena, aku harus mengembalikan jaketmu, dan bertangung jawab atas mobilmu."     

"Aku sudah bilang itu tidak perlu."     

"Tapi itu perlu untuk ku Rey."     

"Wow, apa lagi yang kau tahu tentang aku?"     

"Tidak ada, kecuali kau adalah anak dari Tuan Sanjaya, itu saja."     

"Kau seperti polisi saja."     

Artila tersenyum, tak lama Leha mengantarkan minuman teh hangat untuk mereka berdua.     

"Silahkan minumannya mas Rey."     

"Makasih, Leha..."     

"Sama-sama Mas rey." Leha kembali ke dalam rumah meninggalkan dua orang di teras.     

"Silahkan diminum Nona.." Ucap Rey sambil mengernyitkan dahi menatap ke arah Artila.     

"Artila.. Artila Dimitri."     

"Silahkan diminum nona Artila Dimitri." Rey berkata dengan sopan , membuat Artila semakin kagum dengan pribadi Rey.     

"Trimakasih, cukup panggil Artila aja."     

"Oke."     

"Jadi, apa maumu Artila?"     

"Aku ingin megembalikan jaketmu, dan biarkan aku yang membayar perbaikan mobilmu."     

"Sebenarnya itu tidak perlu, aku bahkan sudah mengatakan padamu semalam."     

"tapi itu salahku."     

"itu kecelakaan, lagi pula aku juga salah, karena menyetir dijalur cepat dengan kecepatan dibawah standar."     

"Itu tidak salah, karena semalam jalanan memang sudah sangat sepi, jadi sah-sah saja kau menurunkan kecepatanmu, karena mungkin kau juga dalam kondisi yang lelah."     

"Itu juga berlaku untuk mu, karena kondisi kamu mabuk dan waktunya memang sudah sangat larut, jadi wajar kau menyetir dengan kecepatan tinggi karena kondisi jalanan memang lengang."     

"Kau pandai mematahkan ucapanku."     

"Hahahaha... Itu kenyataan bukan?"     

Artila mengangguk. betapa menariknya pria di hadapannya ini.     

"Begini saja, kita anggap masalah selesai, untuk mobilku, biar nanti asuransi yang mengurusnya, jadi kamu tak perlu ganti rugi apapun, Bagaimana?"     

"Baiklah kalau begitu, tapi paling tidak kau mau makan malam dengan ku kapan-kapan, sebagai penebus rasa bersalahku."     

"Baiklah, aku akan kabari kamu nanti, kalau aku ada waktu sengang, karena belakangan ini, aku harus bergantian dengan mamaku, untuk menemani kakakku di rumah sakit."     

"Oh, tidak masalah, ini kartu namaku." Artila mengeluarkan kartu dari dalam dompet, dan menyerahkannya pada Reynald.     

Rey menerima kartu yang disodorkan pada Artila, dan menyimpannya ke dalam dompet miliknya.     

"Baiklah, saya permisi dulu, saya harus segera berangkat ke kantor." Kata Artila sambil beranjak dari duduknya, dan menjulurkan tangannya mengajak Rey bersalaman, namun Rey hanya menangkupkan tangannya didepan dada. hal itu jujur mengejutkan Artila. Lagi-lagi rasa kagum Artila bertambah berkali lipat pada sosok Reynald yang baru di kenalnya.     

"Senang bertemu kembali denganmu Artila."     

"Oh, ya.. kalau begitu saya permisi."     

"Silahkan."     

Artila melangkah keluar dari teras menuju mobilnya yang terparkir di luar pagar rumah keluarga Sanjaya.     

"Rey, mana calon mantu mama?"     

"Calon Mantu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.