aku, kamu, and sex

Kegilaan



Kegilaan

0Dentuaman musik yang memekakkan telinga bergema diseluruh ruangan, bau alkohol dan rokok bercampur jadi satu, lautan manusia bergoyang mengikuti musik yang mengalun dengan tempo cepat, hampir disetiap lorong bahkan di toilet berpasang-pasang manusia beradu penuh hasrat dan nafsu, bahkan mereka tanpa malu melakukannya di depan orang lain.     
0

Mereka membiarkan alkohol dan obat-obatan terlarang menguasai diri mereka, membuat mereka terbang dan melayang-layang melupakan beban permasalahan yang sedang mereka hadapi, yang mereka rasakan sekarang hanyalah kenikmatan dunia.     

Artila Dimitri wanita cantik dan seksi itu tengah asyik menggoyangkan tubuhnya ditengah meja bar. Tubuhnya yang seksi hanya berbalut gaun berwarna merah yang minim, dengan tangannya yang sesekali menyesapkan minuman beralkohol dari gelas yang dia pegang. Tatapan lapar dari mata laki-laki hidung belang mengelilinginya tanpa berkedip, namun bukan artila namanya jika tidak mengabaikan mereka semuanya. Bahkan tangan mereka ada yang mencoba meraih tubuh seksi itu untuk sekedar memgang dan mencicipi lekuk tubuh seksi milik Artila.     

Artila sengaja menggoda para pria itu, bahkan dia dengan sengaja berjongkok agar para pria itu dapat melihat dengan jelas bagaimana bentuk kewanitaannya yang terbalut celana berenda berwarna merah itu.     

Seorang pria paruh baya yang selama ini menjadi incarannya datang mendekat, dan menyentuh bokong seksi miliknya yang tengah meliuk erotis diatas meja bar, Artila dengan lembut meraih tangan itu dan digengamnya. Laki-laki paruh baya itu benar-benar terpikat oleh keseksian dan kemolekan tubuh Artila yang sudah hampir sebulan ini selalu datang mengunjungi bar miliknya.     

"Wanita nakal, apa kau mau bersenang-senang denganku, hm?" Kata lelaki itu penuh nafsu dan hasrat yang hampir tak tertahankan.     

Artila kembali berjongkok dihadapan pria itu, tangannya dengan lembut membelai rahang yang tegas dan kokoh milik pria yang tidak lagi muda itu, dan dengan sensual dia mengecup ringan sudut bibir lelaki itu dan membisikkan kata yang teramat merdu untuk sang lelaki.     

"Bagaimana aku mampu menolak untuk kau ajak senang-senang tuan?" Tanpa menunggu lama laki-laki itu membopong tubuh Artila, bak koala yang bergelayut dipohon, Artila melilitkan kaki jenjangnya pada pingang lelaki itu dan kedua tangannya memeluk leher sang lelaki dengan memberikan kecupan-kecupan kecil pada wajah lelaki mangsanya itu.     

Lelaki yang bernama Marco itu menendang salah satu pintu kamar VVIP di dalam bar, kemudian mereka masuk dan Marco menurunkan Artila ke atas ranjang king size dihadapannya, Marco melepaskan baju dan celana yang ia kenakan dengan terburu-buru, sedangkan Artila duduk dengan seksi diatas ranjang menggoda Marco yang hasratnya sudah memuncak dan harus segera dituntaskan.     

Namun apa yang diharapkan Marco tak terjadi, Artila dengan cepat bangkit dari posisi duduknya, dan berjalan ke arah belakang Marco dan mengengam keduan tangan Marco ke belakang. Kemudian.     

Cekrek.     

Kedua tangan Marco terbelengu dengan borgol yang entah dari mana asalnya Marcopun tak tahu, tak berapa lama terdengar kegaduhan diluar ruangan yang mereka tempati. Namun karena ruangan itu kedap suara Marco tidak dapat mengetahui apa yang tengah terjadi pada bar milik bosnya itu.     

"Apa yang kau lakukan gadis nakal?"     

"Aku ingin bermain-main dengan mu sayang." Jawab Artila dengan memainkan jari tangannya pada dada bidang milik Marco.     

"Umurmu boleh tua, tapi kehebatanmu luar biasa," kata Artila dengan sensual tepat didepan wajah Marco.     

"Tolong lepaskan aku gadis nakal, aku sudah tidak tahan."     

Artila tersenyum, dan menatap benda yang sedang mangantung dan berdiri tegak dibawah sana, Artila tersenyum samar.     

"Tidak semudah itu untuk tidur denganku, tuan."     

Artila menekan jam tangannya dari sisi samping, kemudian tak lama masuklah beberapa orang berbadan tingi tegap berseragam polisi lengkap masuk ke dalam ruangan itu dan memberi hormat pada Artila.     

"Bawa dia."     

"Siap Komandan."     

Marco tak dapat berkutik ketika tubuh telanjangnya dibawa paksa oleh petugas kepolisian.     

"Wanita sialan, awas saja kau, akan ku balas nanti."     

"Katakan itu setelah sampai dikantor polisi, sayang." Kata Artila dengan tersenyum manis.     

"Cepat bawa dia."     

"Siap'" jawab anak buahnya.     

"Seluruh bar ini sudah digeledah?"     

"Sudah komandan, dan apa mereka sudah ditangkap?"     

"Sudah komandan."     

"Bagus, kalian kembali ke Markas, dan lanjutkan penyelidikan, kita harus tahu siapa pemilik bar ini sesungguhnya, dengan begitu kita dapat segera menangkap pengedar barang haram ini."     

"Siap Komandan."     

"Saya harus pulang sekarang, besok pagi saya baru kekantor."     

--------------     

"Apa? bar kita digrebek polisi dan Marco ditangkap?"     

"Siapa polisi yang berani menghancurkan pesta di dalam bar ku?"     

"Tenang tuan Richard, kita pasti bisa menyelesaikan masalah ini, menurut saya sekarang tuan tinggalkan negara ini untuk sementara waktu sampai situasi ini stabil."     

"Baiklah, kau cepat uris semuanya."     

"Baik Tuan."     

------------     

Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari, Artila memacu mobilnya di jalanan yang sepi dan hanya beberapa mobil saja yang melintas, karena kondisinya yang sudah teramat lelah setelah hampir 20 jam melakukan segala aktifitasnya ditambah alkohol yang sempat dia konsumsi, membuat konsentrasi Artila sedikit memudar, hingga saat melewati tikungan ia tidak sengaja menabrak mobil yang sedang melaju perlahan di depannya.     

BRUUUUKKKK     

Artila kaget setengah mati, dia segera berhentikan mobilnya, dan segera keluar dari mobil untuk melihat kondisi penumpang yang ada di dalam mobil yang ia tabrak.     

"Oh Ya Tuhan... apa yang aku lakukan." Artila sedikit berlari untuk mencapai mobil didepannya.     

Tuk..Tuk..Tuk..     

"Hallo tuan, tolong buka pintu mobilnya, apa anda tidak apa-apa, atau anda terluka?"     

Kaca mobil disamping kemudi, perlahan turun, memperlihatkan sesosok wajah tampan, dengan jambang tipis yang menghiasi rahangnya.     

"Apa anda yang menabrak saya?"     

"I...I...Iya Tuan, maafkan saya, sungguh saya tidak sengaja."     

"Mulutmu bau alkohol, dan ya salam..." Rey mengambil jaket yang mengantung d jok mobil yang dia duduki kemudian memberikannya pada Artila.     

"Pakailah, sebelum anda masuk angin." Setelah mengatakan itu, Rey menutup kembali kaca mobilnya dan hendak pergi dari lokasi itu, namun lagi-lagi kaca mobilnya di ketuk oleh Artila.     

"Tapi ini jaketnya?"     

"Buat kamu saja, saya masih punya banyak dirumah."     

"lalu mobil anda?"     

"Saya bisa membetulkan mobil saya sendiri, nona dan tolong menyingkir karena saya harus segera ke rumah sakit untuk menemani kakak saya."     

"Tapi saya yang menabrak anda, jadi biarkan saya yang bertangung jawab."     

"Tidak perlu."     

"Tapi perlu untuk saya."     

"Terserah. sekarang saya harus pergi."     

"permisi." Tanpa menunggu jawaban Artila, Rey kembali menyalakan mesin mobilnya dan melaju dijalanan dengan bamper mobil belakang yang penyok akibat di tabrak mobil Artila. Sedang artila hanya terbengong, melihat mobil yang dikendarai oleh Rey melaju di dan menghilang dari hadapannya. Namun tak lupa dia mencatat plat mobil Rey didalam memori otaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.