aku, kamu, and sex

Makan bersama



Makan bersama

0Danil merangkul pundak Jelita sambil berjalan di koridor rumah sakit, sedangkan tangan satunya Ia gunakan untuk membawa makan siang mereka. Tangan Jelita memeluk pingang Danil erat, walau sangat kentara perbedaan tinggi badan mereka, namun tetap saja mereka terlihat sangat manis.     
0

Setelah beberapa menit berjalan mereka telah sampai di ruangan VVIP tempat Ronald menginap.     

"Assalamualaikum."     

"Waalaikumsalam."     

Pintu dibuka dari arah dalam, terlihat wanita paruh baya dengan jilbab berwarna navy menyambutnya dengan hangat.     

"Mama... Jelita kangen." Jelita memeluk mamanya erat kemudian mencium kedua pipi wanita yang sudah melahirkannya. Diikuti Danil mencium tangan Mama mertuanya.     

"Ayo masuk, kalian lama sekali, untung aja mama ga pingsan karena nahan laper."     

"Lebay, mana mungkin mama di rumah sakit akan diem aja dan ga bawa cemilan, mustahiiilll.." Ujar Jelita menimpali perkataan mamanya.     

"Apa kabar Kak Ronald?" Sapa Jelita ketika sampai di sisi ranjang tempat Ronald duduk bersandar di kepala ranjang.     

"Alhamdulilah baik, bagaimana denganmu?" Jawab Ronald berusaha santai walau sebenarnya dia sedang menutupi rasa perih dihatinya melihat Danil dan Jelita yang tampak bahagia.     

"Hai Ronald." Sapa Danil     

"Hai, Dan.. bagaimana kabar pembangunan apartemen kita yang di pulau B?" Tanya Ronald, mereka memang sedang terlibat kerjasama pembangunan apartemen di pulau B.     

"Semuanya lancar, semoga saja tidak ada kendala yang berarti selama pembangunan, jadi bisa cepat terrealisasi pembangunan apartemennya." Jawab Ronald sambil mendudukkan pantatnya di samping Jelita.     

"Ngomonginnya bisnisnya nanti lagi, sekarang kita makan dulu, mama udah laper." Protes sang mama.     

"Alah, dari tadi mama makan terus Jel, mana mungkin dia kelaperan." Kata Ronald berusaha mengakrabkan diri dengan Jelita.     

"Sudah Jelita duga kak." jawab Jelita mencoba melakukan hal yang sama.     

"Ya sudah kamu siapkan dulu makanannya, aku sholat dulu sebentar."     

"Ya udah kamu sholat dulu Dan, biar mama yang nyiapin makanannya, kamu ga ikut sholat Jel?"     

"Jelita udah sholat dikantor ma, tadi waktu nungguin mas Danil."     

"Oya udah."     

"Mas Danil sholat disini aja." Kata Jelita saat melihat Danil hendak keluar dari ruangan, Jelita mengkhawatirkan Danil, dia takut jika ada seseorang yang mengikuti mereka sampai ke rumah sakit.     

"Iya, kamu bisa sholat disini, tak perlu keluar, mama bawa alat sholat disebelah sana, kamu bisa pakai sajadah mama." Kata Mama Jelita sambil menunjuk tempat di dekat ranjang Ronald.     

"Iya sholat lah disini." Kata Ronald     

"Baiklah." Danil berbalik dan berjalan menuju toilet di kamar Ronald untuk berwudhu, tak lama kemudian dia keluar dari toilet dengan wajah yang lebih segar karena sudah tersapu air wudu.     

Danil menunaikan sholat dzuhur dengan khusuk, Jelita dan mamanya menyiapkan makan siang mereka, setelah itu sang mama berjalan ke arah Ronald untuk membantu Ronald turun ke kursi Roda agar bisa menikmati makan bersama di sofa yang ada di dalam ruangan itu.     

Ronald merasakan betul perubahan Danil, Danil yang dulu jauh dari agama, kini sudah berubah menjadi manusia yang taat akan ajaran Tuhan, dilihat dari cara Danil sholat, Ronald tahu Danil benar-benar telah berubah, Lalu bagaimana dengan dirinya yang masih belum move on dari Danil? walau dia juga berusaha untuk mengubur kenangannya bersama Danil, dan entah kapan dia bisa kembali menjadi layaknya laki-laki normal.     

Ronald menghela napas panjang kemudian tatapannya beralih pada perempuan paruh baya dengan jilbab yang menjuntai indah membalut tubuh tua perempuan itu, ada kesejukan dan kedamaian ketika dia menatap wajahnya, dia kembali merasakan kasih sayang seorang ibu, alasan satu-satunya dia ikut terapi psikologi adalah karena dia ingin wanita itu bahagia, dengan dia tidak lagi mencintai menantunya, dan satu lagi yang menjadi sumber kekuatan dia adalah ayah dan adiknya.     

Danil telah seleai mengerjakan sholat, dan kini ia kembali duduk disamping Jelita, sedangkan Ronald duduk disamping Mama Jelita.     

"Ayo kita makan, Ronald mau makan sendiri atau mama suapi?"     

"Suapin." Kata Ronald manja, namun hal itu membuat Jelita dan Danil terkejut, bahkan Danil yang sedang menengak minuman mineral langsung tersedak karenanya.     

"Uhuk Uhuk.."     

"Pelan-pelan mas minumnya." Kata Jelita mengingatkan Danil.     

"Sejak kapan kamu jadi manja kayak gini, huh?" Tanya Danil pada Ronald dengan nada mengejek.     

"Sejak kamu jatuh cinta sama Jelita,kau tidak ingat kalau kau punya sahabat yang sedang sekarat, dan butuh perhatian, untung saja ada mama coba kalau tidak." Jawab Ronald sambil menahan perasaannya yang sakit, mungkin jika orang lain yang melihat kata-kata Ronald adalah kata-kata protes pada sahabatnya namun tidak untuk Jelita, dan Danil mereka tau betul maksud dari perkataan Ronald.     

"Aku sibuk mengurusi proyek dari mu, asal kau tahu itu." jawab Danil sinis     

"Ya sibuk, asal kau tidak melupakan Jelita karena kesibukanmu." Jawab Ronald tak kalah sinis.     

"sudah kalian makan dulu, nanti bertengkarnya sesudah makan." Kata Mama Jelita menengahi, sambil memasukkan sesendok nasi dan lauk pada mulut Ronald.     

Sedangkan Jelita hanya menatap kedua pria itu bergantian, ada perasaan lega ketika melihat Danil sibuk mengambil makanannya tanpa memperhatikan Ronald yang sedang menatapnya.     

Jelita mengerti dengan perasaan Ronald yang tak kan mudah menghilangkan sosok Danil dari hatinya, namun Jelita juga tak ingin jika kedua pria itu kembali bersama, Jelita ingin Ronald bisa menemukan perempuan yang benar-benar mencintainya, dan Ronald pun mencintai perempuan itu. hanya doa yang selalu ia panjatkan untu Ronald dan suaminya agar tidak kembali menjadi gay.     

Ketika mereka sedang menyantap makan siang bersama, tiba-tiba pintu terbuka, dan muncullah wajah tampan dari balik pintu.     

"Assalamualaikum."     

"Waalaikumsalam." Jawab mereka bersamaan.     

"Eh, si anak bujang, kamu siama siapa kesini?"     

"Ya sendirilah ma." Jawab Rey sambil mencium tangan mama angkatnya dan mencium kedua pipi mamanya itu. Kemudian dia mengambil ayam goreng dari atas meja, namun saat akan memakannya ayam itu sudah berpindah tangan.     

"Cuci tangan dulu, kebiasaan."     

"Tega amat si lo Jel... Ga tau orang lagi kelaperan apa?" Kata Rey sambil melangkah menuju wastafel yang tak jauh dari tempat mereka duduk.     

"Emang kebiasaan kamu Rey, udah punya calon istrik masih aja jorok."     

"Apaan sih ma?" elak Rey.     

"Calon Istri? lo udah Move On dari Farida, jadi sekarang udah punya cewek baru?"     

"Farida siapa lagi tuh? kog mama ga tau."     

"Itu cewek yang pernah deket sama Rey ma, tapi sayangnya cewek itu dijodohin sama orang tuanya."     

"Kamu sih kurang gercep." Kata Mamanya.     

"Jadi pernah patah hati juga?" Tanya Ronald sambil mengunyah makanannya.     

"Terus siapa nih yang bakal jadi kakak ipar Danil?" Tanya Danil sedikit menggoda.     

"Kalian itu apa-apaan sih? Udah makan yang anteng ga usah julid deh," Kata Rey sewot dan langsung merebut piring yang dipegang Jelita.     

"Lo apa-apan sih Rey, itu makanan gw tau.!"     

"Bodo amat, gw laper." Jawab Rey kemudian menyendokkan makanan dari piring yang berhasil dia rebut dari tangan Jelita.     

"Udah yang, kita barengan ya, biar itu buat si babang Rey aja."     

Rey menjulurkan lidahnya ke arah Jelita, dan dibalas tatapan tajam dari adik angkatnya itu, sedangkan mamanya hanya geleng-geleng kepala karena memang seperti itulah mereka berdua, bahkan kalau di rumah Rey dan Jelita tak segan-segan untuk makan satu piring berdua. memang adik kakak yang romantis.     

Danil menyuapi Jelita dengan telaten, lagi-lagi hal itu membuat hati Ronald kembali merasakan sedih, walau disisi lain hatinya dia bersyukur Danil telah mampu menerima Jelita, gadis yang selalu dicintai Danil sejak masih kecil.     

Entah sampai kapan Ronald harus berjuang untuk menghilangkan rasa cintanya pada Danil, Ronald hanya berharap semoga Danil dan Jelita selalu bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.