aku, kamu, and sex

Kisah cinta Rey



Kisah cinta Rey

0"Jel, tadi kamu sebut nama Farida, siapa dia? Rey bilang ga mau pacaran, tapi nyatanya...?" Kata Ronald yang langsung diserobot oleh Rey sebelum Ronald melanjutkan kata-katanya.     
0

"siapa bilang dia pacarku?" Ucap Rey setelah menyeka mulutnya menggunakan tisu.     

"Bukan pacar cuma seseorang yang selalu disebut dalam doa." Ujar Jelita yang langsung mendapatkan tatapan dari orang di sekelilingnya.     

"Jangan bilang kalau kamu naksir dia tapi ga berani katakan cinta."Kata Danil sambil tersenyum mengejek.     

"Jadi calon mantu mama itu siapa? Farida apa si Artila?"     

"Siapa Artila, kok lo ga cerita ke gw si Rey?" Kata jelita protes karena selama ini Rey dan Jelita sama-sama terbuka dalam hal apapun.     

"Ga penting, makanya aku ga cerita, Jel."     

"Tapi itu penting buat mama, ayok sekarang cerita." Desak sang mama.     

Rey menghela nafas kemudian mulai menceritakan awal pertemuannya dengan Artila, dan menceritakan sosok Farida, gadis manis dan cerdas, dilengkapi dengan ilmu agama yang mumpuni, namun tetap rendah hati, dan mau bersahabat dengan Rey dan Jelita, bahkan mereka sama-sama saling menyukai tapi karena Rey ingin menjadikan dia seorang istri bukan pacar, maka Rey meminta Farida menunggunya hingga beberapa bulan yang lalu dia mendapat telpon dari Farida kalau dia dijodohkan dengan seorang putra kyai.     

Saat itu Farida meminta Rey untuk melamarnya, dan Rey datang kerumah orang tua Farida, namun sambutan yang ia terima tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, kedua orang tua Farida tidak menyetujui hubungan mereka berdua, dan akhirnya Rey menyerah dan mengikhlaskan Farida dinikahi oleh pria pilihan keluarganya, Satu hal yang Rey yakini bahwa Jodoh adalah sebuah takdir dari Allah, jika memang dia jodoh kita pasti akan bertemu jua apapun halangannya.     

"Jadi, sekarang Farida udah nikah sama pria pilihan ibunya?" Tanya sang mama.     

Rey mengangguk lemah.     

"Kog kamu ga cerita sama mama, siapa tahu mama sama papa bisa bantu kamu waktu itu, kamu gimana sih Rey, kamu ga anggep mama sama papa?"     

"Bukan gitu ma, itu sangat mendadak dan waktu itu mama sama papa lagi di luar negeri jadi Rey ga mau ganggu mama sama papa, bukan karena ga ngangep, walau kadang mama sama papa kejem kayak firaun." Ujar Rey sambil cengengesan dan dibalas jeweran dikuping oleh sang mama.     

"Tega ya kamu, ngatain mama sama papa kayak Firaun." Ujar sang mama sambil menjewer kuping Rey.     

"Ampuuunnnn.... becanda ma....! Aduhhh... kasian banget nih kuping." Kata Rey sambil mengusap-usap kupingnya yang memerah akibat jeweran dari sang mama. Sedangkan Jelita dan Danil hanya terkekeh melihat aksi ibu dan anak itu. namun berbeda dengan Ronald, auranya sendu mendengar cerita dari sang adik.     

"Maafkan aku Rey." Kata Ronald dengan wajah tertunduk.     

"Kenapa minta maaf, kakak ga salah." Ucap Rey menyentuh pundak kakak nya.     

"Orang tua Farida menolakmu karena kamu dianggap orang miskin yang tak punya masa depan, harusnya itu tidak terjadi karena kamu tidak seperti itu, dan jika aku tidak mencelakaimu kita pasti jadi keluarga yang bahagia, dan kamu tidak akan dianggap sebagai anak broken home, maafkan kakakmu ini, kakak yang tidak berguna untukmu." Perkataan Ronald yang menyayat hati membuat hati Danil menjadi terusik, selama ini tidak pernah Ronald menunjukkan sosok lemahnya pada orang lain.     

Rey merangkul pundak kakaknya, Rey tidak pernah menyalahkan siapapun akan hidupnya, dia sudah sangat bersyukur ketika bertemu dengan keluarga angkatnya,     

"Ini semua sudah takdir kak, dan aku tidak pernah menyalahkan siapapun tentang hal itu, mungkin memang Farida bukan jodohku kak, kakak tak perlu merasa bersalah."     

"Si anak bujang mama yang bijak tapi manjanya ga ketulungan, mama sayang sama kamu." Kata sang mama sambil memeluk manja tubuh kekar Rey dan Ronald, dan mencium kening kedua anak angkatnya.     

Danil menghela nafas panjang, Jelita memeluk Danil dari samping, dan Danil membalas pelukan istri tercintanya, acara makan siang yang mengenyangkan sekaligus mengharukan. Hingga Danil melupakan acara meeting intern selepas makan siang, hingga Yogi harus kembali mengingatkan kembali dengan menelponnya.     

Jelita tak mengizinkan Danil untuk pergi sendirian ke kantor, dia meminta Rey untuk mengantar suaminya, dan Rey tak menolak karena dia pun harus kembali ke kantor menggantikan Ronald untuk sementara waktu.     

Seperti yang sudah di rencanakan sebelumnya, bahwa ia akan berada di rumah sakit sambil menemani mamanya merawat Ronald, kini hanya ada mereka bertiga di ruang rawat inap, Ronald sudah kembali duduk diatas ranjang, dan Jelita duduk di sofa sambil membaca majalah, sedangkan mamanya per5gi ke ruang dokter untuk menanyakan jadwal terapi Ronald selanjutnya.     

"Jelita, bagaimana hubunganmu dengan Danil?" Ini sungguh bukan pertanyaan yang benar, karena jawaban apapun yang akan Jelita berikan akan tetap menyakiti hatinya, namun Ronald juga bingung bagaimana cara mencairkan suasana antara dirinya dan Jelita.     

Jelita yang mendengar Ronald bertanya padanya, kemudian menutup majalahnya, dan tersenyum ke arah Ronald, sebisa mungkin Jelita tidak ingin menyakiti Ronald, Jelita sangat tahu bahwa Ronald masih mencintai Danil, namun dia juga tidak ingin membohongi Ronald.     

"Aku dan mas Danil baik-baik aja, kak." Sungguh jawaban klise tapi itu jawaban paling aman agar tidak menyakiti Ronald.     

"Syukurlah kalau begitu." Jawab Ronald singkat.     

"Kak Ronald semangat ya ikut terapi, biar kakak cepet bisa jalan lagi, maafkan aku ya kak." Ujar Jelita sambil duduk di samping ranjang Ronald.     

"Ini semua kesalahanku, kecerobohanku, kamu tak perlu minta maaf, aku dah bisa terima semua ini." Ronald menghela napas panjang kemudian menatap Jelita.     

"Termasuk terima aku jadi adik kakak?" Perkataan Jelita menyentuh hati Ronald, Perempuan yang dulu ingin dia bunuh kini duduk disampingnya dengan wajah yang manis, dan memanggilnya kakak. Ronald tersenyum kemudian menarik hidung Jelita gemas.     

"Iyalah, kamu aja mau berbagi mama sama aku, masak aku ga mau membagi kasih sayang untuk kamu dan Rey, kalian berdua adik-adik ku yang terbaik dan aku menyayangi kalian, kita mulai segalanya dari awal ya." Ucap Ronald sambil mengengam satu tangan Jelita, dan Jelita membalas gengaman kakak angkatnya.     

"Iya kak, kita mulai segalanya dari awal, makanya kakak semangat ya biar cepet sembuh." Jelita mengeratkan gengaman tangan mereka, hingga tak lama pintu terbuka, ternyata mama Jelita sudah kembali dari ruang dokter.     

"Gimana ma, kapan kak Ronald terapi lagi?" Tanya Jeliata antuas.     

"Besok siang kata dokter." Mama Jelita duduk di sisi ranjang Ronald.     

"Ya udah sekarang mama sama Jelita pulang aja dulu, besok siang baru kesini, mama istirahat di rumah, kasian papa nanti jadi kurang kasih sayang dari mama." Ucap Ronald pada sang mama.     

"Papa ga mungkin protes kalo mama lagi merawat anak-anak mama, kamu tak perlu khawatir, oya Ronald, tadi papa telpon, katanya Ayah kamu belum jadi pulang minggu ini, karen masih harus mengurus perusahaan, ada tender baru katanya."     

"Ga apa-apa ma, Ayah memang begitu, tapi Ronald tahu ayah sangat menyayangi aku dan Rey."     

"Pokoknya kamu harus tetap semangat, kan ada mama dan papa disini, juga ada Jelita, Danil dan Rey, kita semua akan selalu ada untuk kamu."     

"Makasih ya ma, Makasih Jeli." Ucap Ronald tulus.     

"Iya, tapi kog Jeli sih?"     

"Lha, Rey aja manggil kamu Jeli. kenapa kakak ga boleh?"     

Jelita memukul lengan Ronald karena kesal, sedangkan Ronald tertawa melihat kekesalan adik angkatnya yang masih saja memukul-mukul Ronald.     

Sang mama hanya geleng-geleng kepala melihat kedua anaknya yang akur dan saling sayang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.