aku, kamu, and sex

Penggerebekan



Penggerebekan

0"Semua siap diposisi masing-masing!!" Perintah Arka.     
0

Arlita memasukkan beberapa peluru pada pistol yang ia pegang, kemudian memasukkan pada sarung pistol yang ada di pinggangnya.     

"Siap Arlita?" Tanya Arka.     

"Hm." Arlita mengangguk mantap.     

"Sebentar lagi mereka akan datang." Ucap Arlita sambil mengecek tab yang tersambung pada mesin pelacak yang telah dipasang pada mobil yang dikendarai Richard Mahendra.     

"Tepat ketika mereka keluar dari mobil, Tim satu lakukan tindakan penyergapan, Tim dua mengantisipasi keselamatan tim satu, Tim tiga mengamankan lokasi, tim empat penyisiran." Suara Arka kembali terdengar pada alat komunikasi yang sudah terpasang di telingga setiap anggota tim.     

Tak berapa lama mobil yang dikendarai Richard Mahendra memasuki gedung tua, lokasi penggerebekan sekalian pabrik narkoba terbesar dikota itu.     

Tak berapa lama suara Arka kembali terdengar, kali ini melalui pengeras suara disertai dengan keluarnya anggota dari kepolisian berseragam lengkap mengepung seluruh gedung.     

"Jangan berggerak, dan Angkat Tangan, Kalian sudah dikepung.!!" Ucap Arka tegas.     

"Brengsek!!!" Ucap Richard Mahendra.     

"Nyalakan tanda bahaya, kita harus bisa keluar dari tempat ini." Ucap Richard pada anak buahnya.     

Richard benar-benar tidak mengira jika lokasi pabrik narkoba miliknya telah terendus oleh kepolisian.     

DOR     

Polisi memberi tembakan peringatan pada Richard mahendra karena masih kukuh tidak mau mengangkat kedua tangannya.     

Perlahan Richard mengangkat tangannya namun bukan untuk menyerah, melainkan ia dengan sangat cepat mengambil pistol yang ia selipkan di pingang dan mulai menembak ke arah polisi yang mengepung mereka, maka baku tembak tak lagi terhindarkan, Arlita segera mengambil posisi untuk menembak Richard ketika dentuman keras terjadi di atas kepala mereka, dan setelah nya nampak Helikopter berputar diatas atap yang sudah bolong karena bom yang dijatuhkan dari dalam helikopter.     

Richard berlari menaiki tangga disaat para polisi dan anak buahnya berlindung dari bom, namun Arlita dengan cepat berlari mengejar Richard disusul oleh Arka yang berada di belakang Arlita.     

BUUUKKKK     

Arlita berhasil menendang pungung Richard yang membuatnya tersungkur, namun sedetik kemudian Richard mengarahkan tembakan pada Arlita, menyadari ada bahaya di depannya, Arlita segera berguling ke samping untuk menghindari tembakan itu, begitu juga dengan Arka, kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Richard.     

Pria tua itu segera bangkit dan berlari ke arah tali yang telah menjulur ke bawah dari helikopter. Arlita segera bangkit kembali dan berlari mengejar Richard yang sudah berhasil memegang tali dari helikopter.     

DOR     

Tembakan tepet mengenai perut Arlita sebelah kiri. tanpa menghiraukan rasa sakit nya Arlita segera menarik pelatuk pistol yang ia gengam dan..     

DOR     

Satu tembakan Arlita berhasil mengenai pungung Richard namun sayangnya Richard tak melepaskan pegangannya pada tali helikopter.     

Richard berhasil lolos dari penggereban walau dengan luka tembak dan pukulan dari Arlita.     

"Auhhh." Arlita meringis sambil memegang perutnya yang tertembak. Arka segera menghampiri Arlita yang sudah pucat karena menahan rasa sakit karena tembakan.     

"Arlita!" Teriak Arka histeris, kemudian merengkuh tubuh Arlita kedalam pangkuannya.     

"Bertahanlah, kau akan baik-baik saja." Arka segera bangkit dengan Arlita berada dalam gendongannya, dia sedikit berlari menuruni tangga, di luar gedung sudah ada ambulance yang berjaga di sana, segera saja Arka membaringkan tubuh Arlita pada brangkar yang berada dalam Ambulance, dan tak menunggu lama Ambulance itu segera meninggalkan lokasi pebggerebekan menuju rumah sakit khusus polri.     

Semua anak buah Richard tertangkap, berikut bukti-bukti kejahatan Richard.     

"SHIITT!!! Polisi brengsek, awas saja, aku akan membuat perhitungan dengannya." Richard menggerutu akibat tembakan yang Arlita berikan.     

"Kembali ke Markas." Titah Richard, pada anak buahnya.     

"Maaf boss, kita tak bisa kembali ke markas, karena semua sudah di kepung oleh polisi." ucap salah satu anak buahnya.     

"Kita ke pulau." Titah Richard akhirnya.     

"Baik, bos."     

Helicopter itu langsung menuju ke sebuah pulau terpencil yang tidak banyak diketahui orang, disanalah tempat persembunyian Richard selama ini.     

______     

"Dia lolos lagi." Gumam wanita ayu yang sedang berada di depan laptopnya. Rambut panjangnya ia gulung ke atas, duduk manis diatas kloset sambil memangku laptop dan peralatan canggih miliknya.     

"Aku harus bisa tahu dimana tempat persembunyian Richard." Wanita mungil nan ayu itu terus bergumam, sambil jari lentiknya terus mengetik diatas keyboard laptop dengan dengan rentetan kode dan kata sandi. Namun belum selesai ia memasukkan kode, terdengar ketukan pada pintu toilet.     

TOK     

TOK     

TOK     

"Sayang, kamu ga apa-apa? lama sekali dikamar mandi?" Tanya seseorang diseberang pintu.     

"Iya mas sebentar, aku ga apa-apa kok, cuma sedikit sakit perut." Ucap Wanita itu, segera saja dia mematikan laptop dan membereskan peralatannya ke dalam tas kemudian ia sembunyikan diatas langit-langit toilet.     

Buru-buru ia merapikan diri, dan keluar dari toilet.     

"Maaf mas, kelamaan ya?" Tanya Jelita, ya wanita itu adalah Jelita. Tak ada yang mengetahui jika selama ini ia bergabung dengan tim Cyber kepolisian untuk membantu melaacak dan menghack para penjahat dari kelas teri hingga kelas kakap.     

"Kamu kog gugup, kamu sakit?" Tanya Danil.     

"Ga kog, cuma ga enak aja sama mas Danil, kelamaan nunggu." Jawab Jelita sambil nyenyir.     

"Tidur lagi yok mas, takut kelewatan subuhnya nanti kalo kita begadang."     

"Ya udah, ayo tidur, aku kira kamu kenapa, habis lama sekali kamu ke kamar mandi."     

"Kog mas Danil tahu aku ke kamar mandi, tadi kan mas Danil masih tidur."     

"Mata ini akan segera terbangun kalau kamu ga ada di sisiku."     

"Alah gombal."     

"Yang penting cintaku buka gombal, bwek.."     

"Udah ayok bobo."     

Danil menarik tubuh Jelita ke dalam dekapannya. Memeluk tubuh mungil istrinya dengan erat seakan takut jika ia akan ditinggalkan. Jelita memejamkan matanya, namun pikirannya terus berkelana memikirkan tempat persembunyian Richard, karena ini pasti akan menimbulkan baya untuk ia dan Danil.     

Dilain tempat Rey pun tak kalah sibuk setelah mendapatkan kode dari Jelita, ia langsung mengetikkan kode-kode itu pada alaptopnya, dan berusaha melanjutkan melacak keberadaan Richard namun setelah beberapa waktu ia masih saja gagal untuk melacak arah helicopter itu.     

"Huh!!! Helicopter itu keluar dari radar." Gumam Rey, kemudian mematikan laptopnya dan menggulingkan tubuhnya ke samping. Telungkup dan tidur.     

Malam ini Rey memang sengaja tak pulang ke rumah mamanya, ia memilih tidur di apartemen untuk menyelesaikan misinya dengan Jelita. Dua saudara tak sekandung namun sama dalam hal kecerdasan. Pantas lah jika perusahaan yang mereka pegang dapat berkembang dengan pesat karena memang mereka sangat handal dalam mengelola dan memimpin perusahaan.     

Namun sebelum tertidur, Rey teringat senyum manis dokter cantik yang baru ia kenal.     

"Astagfirullah." Rey terus beristighfar untuk menghilangkan bayangan gadis cantik berjilbab dengan senyumnya yang menawan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.