aku, kamu, and sex

Paginya Mama



Paginya Mama

0"Selamat pagi, Ramond sayang," Sapa Mama Jelita pada anak laki-laki yang berumur sekitar empat tahunan.     
0

"Selamat pagi, ehm . . . " Ramond bingung harus memanggil Mama Jelita siapa, karena semalam ketika dia sampai di rumah keluarga Sanjaya dia sudah tertidur karena lelah menunggu ibunya yang tak kunjung datang, tapi malah ia dijemput oleh seorang sopir.     

"Panggil Oma, sayang."     

"Selamat pagi, Oma." Sapa Ramond pada Mama Jelita.     

"Mama ini masih jam berapa, tapi mama sudah berisik masuk ke kamar Ramond." Ujar Ronald sambil menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.     

"Ini udah pagi, udah sana ke kamar mandi, terus siap-siap sholat subuh." Ujar mamanya.     

Ya, semalam Ronald minta untuk tidur di kamar Ramond, karena takut jika Ramond bangun dia akan bingung jika sendirian.     

"Bentar lagi, ma. . . " Ucap Ronald sambil membenamkan wajahnya kedalam bantal.     

"Oma, sholat itu apa?" Tanya Ramond dengan wajah lugunya.     

"Sholat itu sama dengan berdoa sayang, apa orang tuamu belum mengajari kamu sholat?"     

Ramond menggelengkan kepala pelan.     

"Ma, Mamanya Ramond non muslim."     

"Oh, maafkan oma ya sayang, oma ga tahu."     

"Oma, apa Ramond boleh ikut sholat bareng Daddy?"     

"Daddy?"     

"Iya, Daddy Ronald."     

"Hah!! Ronald! Kamu Daddynya Ramond?"     

"Mama, jangan salah paham, sejak dia lahir dia hanya kenal aku dan mamanya, dan dia menganggap aku sebagai Daddynya, dan aku tidak mempermasalahkan itu."     

"Oh, kasian sekali nasibmu sayang."     

"Oma, apa Ramond boleh ikut sholat?" Tanya Ramond lagi, membuat mama Jelita bingung untuk menjawabnya.     

"Tentu saja boleh." Jawab Ronald sambil membalik tubuhnya menjadi terlentang.     

"Ronald, apa yang kamu katakan? bagaimana kalau ibunya tahu?"     

"Ibunya tak kan marah, Ma." Jawab Ramond santai.     

"Benarkah?"     

"Hm, mama jangan khawatir. " Ucap Ronald sambil berpindah ke kursi roda yang tersedia di samping ranjang, kemudian mengarahkan kursi rodanya keluar kamar, namun sebelum itu dia berpamitan dengan Ramond terlebih dahulu.     

"Ramond, Daddy ke kamar daddy dulu ya, kamu biar di temani sama oma, lekas mandi kalau mau ikut daddy." Ucap Ronald tegas.     

"Siap, Dad." Ucap Ramond yang membuat mama Jelita dan Ronald tersenyum sambil menatapnya.     

"Ramond mandi dulu, kemudian nanti Oma ajarin wudhu ya." Ucap Mama Jelita sambil membelai rambut tebal Ramond.     

"Iya Oma," Sahut Ramond kemudian turun dari ranjang dan lari ke kamar mandi yang ada di dalam kamar.     

Mama Jelita mendesah nafas berat, tatapan lembutnya tertuju pada pintu kamar mandi yang baru saja tertutup, hatinya trenyuh melihat Ramond yang hanya mengenal Ronald sebagai daddynya, tanpa mengenal siapa dan bagaimana sosok daddy kandungnya, dia pun tak dapat membayangkan bagaimana mamanya Ramond bisa membesarkan anaknya seorang diri tanpa ada seorang suami disampingnya.     

Kembali, suara desahaan lolos begitu saja dari bibir paruh baya itu, mengingat mamanya Ramond tak pernah memberi pelajaran agama pada putra kecilnya ini, lagi-lagi mama Jelita berpikir keras bagaimana bisa seorang mama yang non muslim justru menitipkan putranya di yayasan muslim yatim piatu. Sepertinya dia harus segera bertemu dengan mamanya Ramond, agar tahu wanita seperti apa mamanya Ramond ini.     

"Oma, Ramond udah selesai mandi." Ucap Ramond yang berdiri di depan pintu kamar mandi hanya dengan lilitan anduk di pingangnya.     

"Oh, Oke... Oma ambilkan baju dulu untuk Ramond."     

Mama Jelita mengeluarkan satu pasang baju bersama dalamannya dari tas Ramond. Kemudian memakaikankan pada Ramond.     

"Sekarang udah ganteng cucu oma, Sekarang kamu ke mushola disana ada Opa, nanti Daddy juga kesana, Oma mau ke kamar mandi dulu, nanti Oma susul."     

"Iya Oma."     

Ramond berlari menuju mushola yang berada di samping ruang keluarga, disana sudah ada Papa dan Ronald yang sedang mengaji sambil menunggu mama Jelita datang. Ramond duduk dipangkuan Ronald kemudian ikut melafalkan bacaan basmalah, tak heran jika Ramond sudah pandai menghafal, karena selama ia tinggal dipanti ia sudah sering ikut belajar mengaji pada Rey. Tak lama kemudian mama Jelita datang dan mereka segera melaksanakan sholat berjamaah, tapi sebelum itu Mama dengan telaten mengajari Ramond belajar wudhu dan belajar membaca niat sholat.     

Baru satu malam Ramond menginap di rumah keluarga Sanjaya, sudah membuat seisi rumah merubah kebiasaan mereka terutama di kala pagi, seperti saat ini, Setelah Sholat subuh, biasanya mama akan sibuk di dapur dan papa akan setia menemani dengan duduk di kursi dekat dapur sambil membaca majalah atau koran pagi.     

Pagi ini, mama sibuk di dapur di bantu asisten rumah tangga, sedangkan papa dan Ronald berada di halaman belakang, papa sedang balapan renang dengan Ramond, sedangkan Ronald menjadi suporter bagi Ramond.     

"Ayo Ramond, sedikit lagi!!" Teriak Ronald di tepian kolam.     

"Yeeee!!!!! Aku menang!!!!" Teriak Ramond sambil memegang tepian kolam, melihat kebelakang terlihat sang Opa yang kepayahan berenang mengejar dirinya.     

"Hah!!Hah! Opa kalah." Kata Sang Opa.     

"Aduh Opa payah, masak sama Ramond aja kalah." Ujar Ronald.     

"Awas saja kamu nanti kalau sudah sembuh, papa pingin lihat bisa apa ga kamu ngalahin Ramond."     

"Kecil itu mah..."     

"benar ya Dad, Daddy harus cepet sembuh, Ramond ingin lomba renang sama Daddy."     

"Ramond, siapa yang mengajarimu berenang?" Tanya Papa.     

"Mama Ramond, Opa."     

"Mama Ramond hebat, bisa ngajarin Ramond berenang sampai sehebat ini."     

"Mama Ramond memang yang terbaik, Opa."     

"Papa Ramond dimana?"     

"Kata mama, papanya Ramond sedang bekerja ditempat yang jauh, jadi ga pulang-pulang." Kata Ramond sambil duduk ditepi kolam, diikuti oleh papa.     

"Ramond ga kangen sama Papanya Ramond?"     

"Ramond kangen sama Daddy, kalau Daddy ga datang-datang ke rumah, Opa."     

"Anak pintar." Ucap sang papa sambil mengusap-usap kepala Ramond.     

"Siapa yang pintar?" Ketiga pria beda usia itu mengalihkan pandangan ke sumber suara.     

Ternyata mama membawa satu gelas teh hangat, dan dua gelas susu.     

"Ramond yang pintar, Oma." Kata papa pada istrinya kemudian tangannya mengambil nampan dari tangan istrinya.     

"Trimakasih sayang." Ucap Mama Jelita pada suaminya.     

"Sama-sama cintaku." Jawab papa sambil mencium pipi istri tercintanya.     

Ronald tersenyum bahagia melihat kemesraan kedua orang tua angkatnya.     

"Anak pintar itu, selalu minum susunya sampai habis." Ucap mama Jelita sambil menyodorkan satu gelas susu pada Ramond, dan satu gelas lagi pada Ronald.     

"Trimakasih Oma,"     

"Sama-sama sayang."     

"ma, . . . Ini ga salah? Ronald suruh minum susu? tadi malam kan udah?" Protes Ronald karena selama ini dia tidak pernah minum susu dipagi hari, bahkan sarapan jika tidak bersama Danil, maka dia tidak akan pernah sarapan. Itulah Ronald yang selama ini hidup tanpa kasih sayang dan perhatian keluarga.     

"Itu bagus untuk tulang kamu, sudah cepat diminum ga usah banyak protes, atau mau mama tambah susunya?" ancam mama Jelita.     

"Jangan ditambah! Iya Ronald habisin." Ucap Ronald sambil menatap nanar segelas susu yang ia pegang.     

"Udah habis oma," Senyum mama merekah kala menatap Ramond yang telah menghabiskan segelas susu buatannya.     

"Ini baru anak pintar," Ucap Mama sambil mengelus kepala Ramond.     

"Nih, Ramond aja sudah habis, kamu dari tadi cuma dilihatin aja, udah buruan diminum, atau beneran mama tambah nih susunya."     

"Iya, iya ma, Ronald habissin." Segera saja Ronald meminum susu yang ia pegang hingga habis. Sungguh kadang perhatian sang mama membuat dia bahagia tapi disisi lain kadang membuat dia tersiksa dengan kebiasaan hidup sehat yang harus Ronald ikuti.     

"Nih Ma, dah habis tuh." Ronald mengoyang-goyang kan gelas ditangannya di depan sang mama.     

"Nah gitu dong," Ucap Mama sambil melangkah hendak meninggalkan mereka bertiga tapi kemudian dia menghentikan langkahnya membuat ketiga pria beda usia itu kembali menoleh kepadanya.     

"Sia anak bujang tumben belum pulang jam segini, coba di telpon atuh pa."     

"si mama ini, Rey udah besar lagi pula dia ga mungkin macam-macam diluar sana, tenang aja bentar lagi dia juga pulang." Ucap Sang papa kemudian menyeruput secangkir teh hangat.     

"Si Papa ih.... mama kan khawatir." Ucap mama sambil cemberut.     

"Rey pulang ke apartemen karena semalam dia lembur di kantor, dan sudah terlalu capek untuk pulang ke rumah katanya, terus tadi pagi aku suruh dia untuk menemui Arlita."     

"Memangnya kenapa sama Arlita, mereka bukan muhrim, gimana bisa kamu nyuruh adik kamu nemuin Arlita sepagi ini."     

"Ada Accident kecil yang menimpa Arlita tadi malam, jadi aku minta tolong Rey untuk melihat kondisinya."     

"Oh begitu, terus gimana kondisi Arlita sekarang."     

"Mama kenapa, Dad?"     

"Mama?" Papa dan Mama Jelita saling pandang tak mengerti dengan maksud Ramond menyebut Arlita sebagai mamanya.     

"Iya Ramond adalah anak dari Arlita."     

Mama dan Papa Jelita sangat terkejut dan tidak menyangka jika Arlita adalah ibu dari Ramond.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.