aku, kamu, and sex

Dia adikku, James!



Dia adikku, James!

0Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, saat pasangan muda itu melangkah keluar dari rumah mereka untuk langsung menuju ke dokter kandungan. Danil sudah membuat janji dengan dokter kandungan kenalannya yang berada di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit tempat Ronald terapi. Rumah sakit milik keluarga Ronald.     
0

Flashback On     

"Mas Danil mandi dulu ya, aku mau siapin baju mas danil dulu."     

"Kita mandi bersama."     

"Enggak!! nanti ga cuma mandi ujung-ujungnya."     

Danil terkekeh, karena yang di katakan istrinya memang lah sebuah kebenaran, pasti akan terulang kembali kegiatan yang baru saja mereka lakukan.     

"Udah sana mandi."     

"Oke . . . Oke . . ."     

Danil melangkah menuju kamarmandi, setelah melihat Danil menutup pintu kamar mandi, Jelita segera meraih laptopnya dengan waktu singkat Jelita sudah menemukan pa yang ia cari.     

'James.' Gumam Jelita.     

Jari lentiknya kembali menari diatas keyboard laptop, hingga muncul sebuah peta dan ada sebuah titik yang menyala. Jelita segera menyusuri titik tersebut.     

'Dia di kota ini rupanya. Kak Ronald dalam bahaya.' Gumam jelita, kemudian mengetikkan semua informasi yang ia dapatkan pada Rey.     

Jelita buru-buru mematikan laptopnya stelah beberapa menit berkutat dengan benda itu, menyimpannya kembali ke atas meja nakas, lalu buru-buru menuju ke Almari baju Danil, untuk menyiapkan pakaian suaminya.     

Flashback Off     

Danil dan Jelita memasuki area rumah sakit, kemudian menuju ke Poli Kandungan dan duduk sebentar di ruang tunggu, tak lama kemudian mereka berdua di persilahkan masuk oleh asisten dokter.     

"Bagaiman dokter?" Tanya Danil pada sang dokter setelah selesai melakukan pemeriksaan.     

"Kalian berdua sehat, dan peluang punya anak terbuka lebar." Jawab sang dokter.     

"Apa yang harus kami lakukan untuk cepet dapat momongan."     

"Ehm, Terapkan pola hidup sehat, pastikan istri kamu mengonsumsi sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, susu rendah lemak, makanan berprotein dan kaya kan zat besi, Ehm... apa lagi ya, nanti aku resepkan vitamin untuk istri kamu."     

"Itu aja?"     

"Ya, karena kalian berdua sama-sama sehat, tidak ada masalah dengan reproduksi, nanti vitaminnya di minum setiap hari, apa lagi selama promil harus mengonsumsi asam folat 400mcg setiap hari."     

"Baiklah, trimakasih banyak dokter Karin." Ucap Jelita.     

"Tak perlu sungkan, kau bisa telpon aku kalau mau menanyakan sesuatu tentang kehamilan, aku pasti akan membantumu. Aku dan Danil sudah bersahabat sejak lama."     

"Trimakasih, kalau begitu kami pamit dulu, salam untuk suamimu Karin."     

"Oke Danil, nanti aku sampaikan."     

Danil dan Jelita keluar dari ruang periksa, dan menuju lobi rumah sakit.     

"Kamu tunggu di depan saja, biar aku yang tebus resepnya."     

"Baiklah."     

Jelita menyusuri koridor rumah sakit yang lumayan ramai pada siang itu, sampai di lobi rumah sakit, Jelita tersenyum lebar melihat mama dan Ronald memasuki rumah sakit.     

"Sayang." Sapa sang mama pada Jelita kemudian memeluk dengan hangat putri semata wayangnya.     

"Kamu ngapain disini sayang?" Tanya sang mama.     

"Aku sama Mas Danil habis ketemu dokter, untuk program hamil." Mendengar itu mamanya tersenyum lebar, berbeda dengan Ronald yang tersenyum kecut seraya menundukkan wajahnya.     

"Mama seneng mendengarnya, semoga kalian cepat dikasih ,omongan, mama udah ga sabar menimang cucu dari kamu."     

"Iya Ma, semoga aja ya Ma."     

"Iya sayang."     

Ekor mata Jelita menatap Ronald yang menjauhkan kursi Rodanya keluar rumah sakit sambil mengangkat telpon.     

"Mungkin Ronald sedang ada telpon penting." Ujar sang mama.     

"Iya,. Ma."     

"Jelita, mama temui resepsionis dulu, mau tanya dokternya sudah datang apa belum."     

"Iya ma, Jelita tunggu disini."     

"Oke."     

Sepeninggal sang mama, Jelita perlahan mengikuti Ronald yang makin keluar area rumah sakit, Jelita yakin ada yang tidak beres, Ronald tengok kanan kiri seolah mencari seseorang, Dan tak lama ada mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan Ronald, dan langsung mengangkat Ronald masuk ke dalam mobil, terlihat Ronald berusaha memberontak, namun apa daya kondisi tubuhnya tak memungkinkan melakukan perlawanan.     

Jelita yang melihat hal itu langsung berlari mengejar Ronald, namun mobil itu telah melaju kencang, Jelita memberhentikan taksi untuk dapat mengejar mobil yang membawa Ronald, buru-buru ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Danil.     

"Hallo, kamu dimana Jelita?" terdengar suara orang terkasihnya dengan nada khawatir.     

"Aku di jalan mengejar kaka Ronald."     

"Ada apa?"     

"Kak Ronald di culik."     

"Posisi kamu dimana?"     

"Aku memasang GPS di ponselku, Mas Danil bisa melacaknya."     

Panggilan terputus. Danil ingin segera berlari namun terdengar suara di belakangnya, Yap. Dia hampir melupakan mama mertuanya yang juga sibuk mencari kedua anaknya.     

"Mama kembali ke rumah sekarang, Ronald di culik dan Jelita sedang mengejarnya, tolong mama tenang, dan ikuti omongan Danil, semuanya akan baik-baik saja, Danil akan membawa mereka kembali."     

Mama Jelita Terkejut mendengar apa yang disampaikan menantunya, dia segera mengangguk tegas, dan berjalan menuju parkiran tempat dimana sopirnya menunggu. Ini bukan kali pertama mama Jelita menghadapi peristiwa seperti ini, sebisa mungkin dia tetap tenang dan mengikuti saran Danil untuk segera kembali ke rumah.     

Danil menyalakan Tabnya yang ia tinggalkan dimobil, kemudian mengikuti arah gerakan yang ada di dalam GPS, Danil menghubungi anak buahnya untuk segera ikut dalam pengejaran.     

Ronald telah menduga ini perbuatan James, laki-laki itu duduk dengan jumawa di samping Ronald.     

"Apa kabar sayang?"     

"Apa maumu?"     

"Dirimu."     

"Bos sepertinya taksi dibelakang sedang mengikuti kita." Ucap anak buah James yang sedang memegang setir dengan sesekali menengok kaca spion melihat pergerakan taksi yang dinaiki Jelita.     

"Bereskan."     

"Baik Bos." Sang sopir langsung mengganti plat mobil yang ia kendarai kemudian mobil yang lain tiba-tiba dengan cepat menyalip taksi yang ditumpangi oleh Jelita.     

"Maaf mba, seperti kita kehilangan jejak, tanpa diduga oleh sopir taksi tersebut, mobil yang menyalip Jelita membanting stir kesebalah kiri, Sopir taksi dengan sibak melakukan pengereman mendadak. Mobil keduanya sama-sama berhenti, dan keluarlah tiga orang berbadan tegap menghampiri taksi itu, mengedor pintu penumpang.     

Jelita membuka pintu mobil perlahan namun tiba-tiba saja dia ditarik paksa oleh dua orang disamping pintu tanpa sempat mengambil tas yang ia taruh di sampingnya.     

Jelita dibawa masuk ke dalam mobil, dan didudukkan secara paksa di apit oleh dua pria bertubuh kekar.     

Danil melihat GPS yang tidak ada pergerakan, posisinya puntak terlalu jauh, Danil memeprcepat laju mobilnya, untuk menjangkau titik dimana letak GPS berhenti. Setelah beberapa menit berlalu, Danil berhasil menemukan letak terakhir GPS Jelita. Danil segera keluar dari mobil dan menghampiri taksi yang terparkir dipinggir jalan, dengan pengemudi yang masih duduk bersandar di jok mobil sambil memegang dadanya.     

"Jelita!!!Jelita!!" Danil berteriak memanggil Jelita, sopir taksi itu segera membuka pintu kemudi, lalu bertemu muka dengan Danil.     

"Dia dibawa oleh tiga orang bertubuh kekar, tas nya tertinggal disini." Ucap Sang sopir.     

"Sial!!!" Danil mengeluarkan dompet kemudian membayar sopir taksi lalu mengambil tas milik Jelita yang tertinggal di dalam taksi.     

"Perempuan itu sangat menyayangi mu Ronald, buktinya ia sampai mengikutimu hingga membahayakan nyawanya." James memperlihatkan foto yang dikirim oleh anak buahnya pada Ronald.     

"Jangan sentuh dia!" Tegas Ronald.     

"Kau sungguh mencintainya? Ayolah Ronald sekali gay tetap saja gay, tak mungkin bisa berubah."     

"Jangan sentuh dia aku bilang."     

"Aku tak kan menyentuhnya, asal aku bisa menyentuhmu." Ucap James sambil membelai wajah Ronald. Ronald memalingkan wajahnya acuh dengan yang di lakukan oleh James.     

"Dia begitu spesial untukmu rupanya, sampai bisa merubahmu untuk membenciku."     

"Dia adikku, James.! Lepaskan dia!"     

"Adikmu? Bahkan dulu kau bilang kau tidak mengenalnya, bagaimana sekarang dia menjadi adikmu? Jangan bercanda Ronald."     

"Aku tidak bercanda, Dia benar adikku."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.