aku, kamu, and sex

Perasaan Ronald



Perasaan Ronald

0Dua hari berlalu sejak kejadian penyekapan yang dialami oleh Ronald dan Jelita. Kini mereka sudah diijinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Namun Ronald sementara waktu harus tetap menggunakan kursi roda karena ada bagian kakinya yang masih bengkak.     
0

Semua keluarga sangat bahagia ketika tahu bahwa Ronald bisa berjalan memang dibalik musibah pasti ada hikmah yang tersimpan di dalamnya.     

"Kak, apa kamu ingin menemui James?" Tanya Rey hati-hati saat ia mengunjungi kakaknya yang sedang berbaring di ranjang kamarnya.     

"Dari mana Jelita bisa tahu tentang James?" Bukan menjawab pertanyaan dari Rey, Ronald justru balik bertanya pada adiknya itu.     

"Kami menyelidiki kematian salah satu teman kami yang tiba-tiba hilang, dan ketika ditemukan sudah menjadi mayat, ditubuhnya ada luka bekas pelecehan seksual, kami tahu dari salah satu keluarganya, dan ada yang melihat mobil James yang membawa teman kami itu, karena itulah aku dan Jelita sering mengintai para mafia, termasuk James, dan tebakan kami benar James pelaku pembunuhan itu namun karena uang dia bisa lolos dari jerat hukum."     

Ronald terdiam, dia berpikir apa jangan-jangan adiknya juga tahu bisnis gelap yang ia jalani? Ronald mendesah nafas berat, kemudian menjewer telinga adiknya.     

"Dasar kalian nakal."     

"Auhh!!" rey histeris sambil memegang bekas jeweran di telinganya.     

"Apa mama dan papa tahu kalau kalian senakal itu?"     

"Mungkin, papa punya seribu satu cara untuk mengertahui apa yang dilakukan anak-anaknya, kakak harus tahu itu."     

"Benarkah?"     

"Hm, papa itu melebihi detektif."     

"Pantas papa tahu kamu naksir dokter cantik itu, aku kira kau benar berpacaran dengan Arlita."     

Rey mengeleng, kemudian menatap kakaknya.     

"Aku sedang proses taaruf dengan Humaira, tapi aku belum minta ijin pada Arka, karena dia terlampau sibuk mengurusi kasus kakak."     

"Bicarakanlah dengan Arka secepatnya, aku akan mendukungmu."     

"terimakasih, kak. Ehm, Jadi kakak mau menemui James atau tidak? Karena kata Arka James ingin bertemu denganmu."     

"Jika aku sudah mampu berjalan aku akan menemuinya."     

"Baiklah kak."     

"Aku mau ke rumah Danil dulu, aku merindukan adik perempuanku." Rey langsung bangkit dari duduknya dan keluar dari kamar Ronald.     

Ronald tersenyum kecut, dia pun merindukannya, Namun dia juga tak mau menghancurkan hubungan Danil dan Jelita, Ronald memilih mengubur semua rasa yang ada, lagipula Ronald memang belum yakin jika yangia rasakan pada Jelita adalah rasa cinta layaknya laki-laki terhadap perempuan, mungkin saja karena tiba-tiba mereka menjadi dekat dan tiba-tiba jadi adik angkatnya.     

Masih saja kenaifan menguasai Ronald, bukan tanpa dasar, saat James menggodanya dan memberi rangsangan bertubi-tubi, Ronald masih merasakan gairah bercinta dengannya, lalu jika demikian pantas jika Ronald tidak mempercayai perasaannya terhadap Jelita, atau mungkinkah jika dia berubah haluan dari gay menjadi biseksual?     

Yang harus Ronald pahami adalah sebuah perubahan membutuhkan proses dan terkadang proses itu sangat panjang dan melelahkan. Keteguhan dan percaya akan hasil yang baik dari sebuah proses akan membawa kita pada semangat untuk tak kan pernah redup, maka hasil yang maksimal akan terlihat sesudahnya.     

Mungkin sebagian orang berpikir jika seorang gay tak akan bisa berubah, lalu bagaimana jika ada seseorang yang dengan sengaja mengubah dirinya sebagai seorang gay hanya untuk sebuah trend atau coba-coba?     

Seseorang seperti Ronald yang dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit yaitu penculikan, penganiayaan, serta pelecehan seksual yang berakhir dengan Ronald yang terlanjur merasakan kenikmatan saat bercinta dengan sesama jenis, apa dia tidak bisa berubah? Satu kunci yang dapat merubahnya yaitu cinta dan keteguhan hati untuk berubah.     

Banyak orang yang berpikir bahwa seorang gay tidak ingin berubah, namun tiada yang tahu Ronald sering menangis menyalahkan Tuhan, bahkan tidak mau menerima dirinya sendiri yang seorang gay, tak mau menerima masa lalunya bahwa dia pernah dipaksa menjadi budak penculik yang semuanya adalah gay. Depresi itu yang Ronald rasakan, datangnya Danil dalam kehidupannya member secercah harapan untuk ia bisa menapaki jalan hidupnya, melawan getirnya nasib yang ia jalani, tanpa Danil ia merasa lemah dan tak berarti.     

Jika sampai Ronald dulu sampai ingin membunuh Jelita bukankah itu sesuatu yang wajar? Walau kini nasib kembali seolah mempermainkan Ronald, Jelita adalah gadis mungil yang berhasil membuatnya tersentuh untuk pertama kali, sekaligus gadis itu yang mengambil cahaya dalam hidupnya yaitu Danil. Dan kini cintakah yang ia rasakan pada Jelita? Sungguh nasib seperti berputar dan mempermainkan Ronald buan?     

Kehadiran sosok mama dan papa serta adiknyalah yang mampu membuatnya bertahan dari pusaran takdir yang seolah tak berpihak padanya. Satu harapan Ronald, ingin kembali hidup normal dengan cinta dari keluarganya. Dia kehilangan cinta Danil tapi dia mendapatkan cinta yang lalin, cinta yang sangat ingin ia rasakan dan dapatkan. Yah, Cinta dan kehangatan sebuah keluarga.     

'Ya Allah bisakah aku merasakan cinta layaknya seorang laki-laki normal lainnya, mempunyai seorang wanita yang dicintai dan juga mencintaiku? Sama seperti halnya adikku, ia mencintai seorang perempuan yang sholihah dan dicintai wanita sholihah, "Gumam Danil tanpa menyadari sang mama berdiri diambang pintu dan mendengarkan segala yang ia gumamkan.     

"Kamu bisa sayang." Ronald terkejut saat menyadari sang mamasudah berjalan kea rah ranjangnya.     

"Kemarilah." Ucap sang mama seraya duduk bersandar di kepala ranjang, Ronald dengan cepat mengeser posisinya mendekat pada sang mama, dan merebahkan kepalanya di pangkuan sang mama.     

Bahunya mulai bergetar, menangis. Ya, Ronald menangis menumpahkan segala kesedihan dan rasa sesak didadanya. Sang mama diam tanpa berbicara, mengusap pelan tubuh yang bergetar di pangkuannya. Dari luar pintu yang terbuka terlihat papa yang melihat Ronald menagis di pangkuan istrinya,menarik nafas panjang dan ia memilih duduk di sofa, mengusap setitik air yang menetes dari sudut matanya.     

Tuan Sanjaya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa, memikirkan dua anak laki-lakinya yang mempunyai dua takdir yang bertolak belakang, ada sedikit rasa penyesalan yang bergelayut di hatinya, jika saja ia dulu ikut membawa Ronald ke rumahnya, mungkin Ronald tak akan seperti ini sekarang, namun apa daya dia harus menyelamatkan Rey dan Jelita, serta bisnis keluarga.     

Dikamar, Ronald masih saja terisak di pangkuan sang mama. "Menangislah sayang, itu akan membuatmu lebih kuat karena rasa sesak di dadamu akan berkurang dan kamu kan melangkah dengan lebih ringan. Doa mama selalu bersamamu__" Sang mama menjeda ucapannya karena tak kuasa air matanya ikut menetes di bahu Ronald.     

"Seandainya saja dulu, kamu dan Rey ikut mama dan papa, mungkin tidak akan seperti ini jadinya, maafkan mama dan papa Rey, karena tak membawa mu serta bersama kami." Ucap sang mama sambil terisak.     

"Ga, ma. Mama dan papa sudah mau membesarkan Rey dengan baik itu sudah cukup mengurangi rasa bersalah Ronald, kini Ronald pun bisa merasakan kasih sayang mama dan papa, kasih sayang yang lengkap sebagai sebuah keluarga. Mama dan papa jangan merasa bersalah, Ronald sudah bisa menerima takdir Ronald, Ma. Itu karena kasih sayang mama dan papa sama Ronald."     

"Suatu saat kamu akan menemukan perempuan yang mencintai kamu dan juga kamu cintai, percayalah sayang. Karena itu doa mama dan papa selama ini, agar semua nak-anak mama dan papa bahagia tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat."     

"Trimakasih ma."     

"Mama yang terimakasih, sudah hadir dalam hidup mama dan papa, terimakasih karena kamu mau bertahan dari kenyataan yang pahit ini, mama dan papa akan selalu ada untukmu, sayang."     

"Mama dan papa menyayangimu Ronald." Ucap sang papa yang tiba-tiba sudah ada di dekat mereka dan ikut membelai rambut lebat Ronald.     

"Papa." Ucap Ronald tercekat. Jujur Ronald merasa malu karena ketahuan menangis oleh papanya.     

"Ada kalanya laki-laki juga butuh menangis, karena papa juga seperti itu, begitupun dengan Rey, namun satu hal yang harus kamu tahu, satu keluarga itu harus saling menguatkan satu sama lain, Oke. Semua akan baik-baik saja Ronal."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.