aku, kamu, and sex

Kasih dan sayang



Kasih dan sayang

0"Rinduku tak berujung, cintaku tak bertepi, nyaring suaramu, tak memupus rasa rindu yang kian bergejolak di hatiku, wahai catikku, tak kan pernah habis kata cinta untuk ku memujamu, takkan habis kata pujangga untukku rangkai sebagai penyempurna ungkapan rasa sayangku. Wahai sholihahku, apa kamu sudah makan?" Ucap Danil sambil menghadap kea rah kamera ponselnya.     
0

"Kirain masih ada lanjutannya tuh puisi, tahunya nanyain udah makan apa belum?" Jawab Jelita di seberang telpon.     

"Bagaimana pekerjaanmu hari ini sayang? Jangan terlalu capek, pokoknya habis makan siang kamu harus langsung pulang, Ronald sudah bisa bekerja di kantor jadi Rey pasti balik ke kantor kamu kan?"     

"Iya, udah dari pagi dia disini. Oke nanti aku pulang sehabis makan siang, Mas Danil sudah makan?"     

"Sebentar lagi, Yogi sudah memesan makanan untuk ku, kamu jangan khawatir."     

"Oke, aku tak kan khawatir, aku tahu kau bisa jaga diri dengan baik." Jawab Jelita dengan senyum yang mengembang membuat Danil gemas ingin mencium pipinya.     

"Jangan lupa minum vitamin yang diberikan dokter." Ucap Danil.     

"Iya, sayang, nih udah aku siapin." Jelita menunjukkan vitamin di kamera ponselnya.     

"Ya sudah kamu makanlah, habis itu lekas pulang, dan tunggu aku di rumah."     

"Oke."     

"Aku mencintaimu, Jelita."     

"Aku juga mencintaimu, Mas Danil."     

"Assalamualaikum, sayang."     

"Waalaikumsalam."     

"Ehm, belum ada sehari aja udah kangen-kangenan." Ujar Rey yang tiba-tiba masuk ke ruangan Jelita sambil menenteng box makanan dan menaruhnya dimeja.     

"Biarin. Paling yang ngomong juga gitu. Cuma malu mau ngaku." Tuduh Jelita yang tepat sasaran.     

"Ya, gimana ya . . . "     

"Ya gitu deh." Jelita mencibir.     

"Arlita apa kabar?" Tanya Jelita yang membuat Rey mengerutkan dahi.     

"Kenapa bertanya padaku?"     

"Memang ga boleh?"     

"Bukan ga boleh, tapi kurang tepat."     

"Oh, aku kira sejak dia jadi muallaf, kamu makin dekat sama Arlita."     

"Biasa aja, kamu ga bermaksud mincing aku kan?"     

"Mancing apa coba?"     

"Membuat bimbang hatiku."     

"Berarti benar kamu dulu pernah tertarik pada Arlita sebelum kenal Humaira."     

"Sebagai laki-laki normal lihat cewek cantik, siapa yang ga tertarik, tapi masalahnya hanya dengan Humaira aku merasa benar-benar nyaman, dan bisa menceritakan apapun yang aku rasakan tanpa mengkhawatirkan tentang sesuatupun."     

"Ya, Humaira sangat manis, lembut dan baik hati, kamu harus hati-hati pasti banyak cowok yang naksir dia."     

"Makanya aku mau buru-buru lamar dia."     

"Itu bagus. Jadi kapan rencananya?"     

"Minggu depan, kamu sama Danil harus ikut."     

"Pastilah, ini takkan terulang dua kali, jadi aku harus ikut."     

"Oke, sekarang ayo kita makan."     

"Siap, akupun sudah lapar, kamu beli makan siang apa kali ini Rey?"     

"Buka aja, yang jelas semua kesukaanmu."     

"Oh, kamu baik sekali, makasih ya."     

"Sama-sama adik kuhh."     

Jelita terkekeh mendengar ucapan Rey, akhirnya mereka berdua makan dengan lahap dan setelah makan siang Jelita pulang ke rumahnya sesuai dengan perintah Danil.     

Dirumah sakit besar dan mewah, Humaira sedang sibuk mendampingi dokter Shen yang sedang memeriksa pasien jantung.     

"Pak Syarif, ini dokter shen dari rumah sakit Singapura yang direkomendasikan oleh atasan kami untuk menangani operasi anda."     

"Dokter, ini Pak Syarif pasien khusus yang anda tangani."     

Humaira mengenalkan keduanya, kemudian mereka saling berjabat tangan.     

"dokter Humaira, atasan anda sangat baik hingga merekomendasikan dokter khusus untuk saya." Ucap Pak syarif.     

"Tentunya anda pun orang baik, hingga atasan kami memberikan fasilitas terbaiknya untuk anda." Ujar dokter Shen.     

"Saya bahkan tidak mengenal beliau,." Tandas Pak Syarif.     

"benarkah?" Ucap dokter Shen tak percaya.     

"Benar, tapi beliau adalah sahabat dari keponakan saya."     

"Oh, begitu rupanya." Jawab dokter Shen.     

"Operasi anda akan dilaksanakan besok, selahkan anda menghubungi keluarga anda, Pak Syarif."     

"Baik dokter, nanti keponakan saya yang akan menghubungi anak dan istri saya."     

"Dimana keponakan bapak? Karena saya harus menyampaikan beberapa hal terkait operasi anda besok." Tanya Humaira.     

"Saya keponakannya, dokter." Jawab Fakhrul.     

"Oh ya, nanti ikut ke ruangan saya sebentar."     

"Baik, dokter."     

"Kami permisi perlu ya pak, sampai ketemu besok." Ucap dokter Shen pada Pak Syarif.     

"Baik dokter."     

Humaira melangkah beriringan dengan dokter Shen dan Fakhrul menuju ruang kerja Humaira.     

"Dokter Humaira, bagaimana kabar Pak Ronald katanya kemarin beliau sempat terkena musibah."     

"Itu benar, dokter. Tapi Alhamdulilah sekarang kondisinya sudah baik, dan bisa berangkat bekerja."     

"Sepertinya anda sangat dekat dengan beliau."     

"Ya begitulah, dokter."     

"Atau jangan-jangan kalian memang ada hubungan special mungkin?" Dokter Shen sedikit menggoda Humaira, dan dibalas senyuman manis gadis itu.     

"Wah saya terlambat berarti, baru saja saya mau melamar dokter Humaira untuk jadi istri saya." Ucap Fakhrul, lagi-lagi Humaira hanya tersenyum menangapi apa yang di ucapkan Fakhrul.     

"Sayang sekali, Pak Fakhrul anda kurang cepat rupanya." Tandas dokter Shen.     

"Pak dokter betul sekali."     

Tak berapa lama mereka sudah sampai di ruangan Humaira, dan Fakhrul dipersilahkan duduk oleh Humaira, sedangkan dokter Shen masuk ke kantor nya untuk melanjutkan visit pasien rujukan untuk dirinya.     

"Jadi apa yang bu dokter ingin sampaikan pada saya?" Tanya Fakhrul.     

"Ini hanya menyangkut prosedur saja, silahkan and abaca surat persetujuan operasinya kalau sudah selesai boleh langsung ditanda tangani saja."     

"Oke, siap bu dokter."     

Saat fakhrul sedang sibuk, ponsel Humaira berbunyi kemudian meminta ijin untuk menerima panggilan telpon itu pada Fakrul.     

"Assalamualaikum, Rey." Sapa Humaira.     

Fakhrul mendongak ketika mendengar nama Rey disebut. Dan melihat wajah Humaira yang sedang tersenyum dan bersemu merah walau sambil memalingkan wajahnya.     

"Kamu sedang apa,Ra? Apa aku menganggu?" Tanya Rey dari seberang telpon.     

"Aku sedang ada tamu diruanganku, untuk persetujuan operasi besok."     

"Oh, Bagaimana Pak Syarif?"     

"Ini sedang di tanda tangani surat persetujuannya untuk operasi, dan akan di laksanakan besok jam sepuluh."     

"Kenapa?"     

"Tidak apa-apa, sekedar bertanya."     

"Ehm."     

"Kamu marah?"     

"Tidak, untuk apa aku marah?"     

"Karena tetap membantu keluarga seseorang di masa laluku,"     

"Sudah kewajiban kita untuk membantu sesama kan?"     

"Aku jadi ga sabar ingin segera menikahimu.'     

"Pinter gombal sekarang."     

"Serius, oya ingat minggu ini keluargaku akan datang ke rumah mu, jangan lupakan itu."     

"Siap, bos."     

"Oke bu dokter cantik, nanti aku sambung lagi, karena aku harus lanjut kerja untuk mengumpulkan banyak uang dan segera menikahimu."     

Humaira terkekeh, "Oke, selamat bekerja semoga lekas dapat uang banyak untuk menikahiku."     

"Assalamualaikum."     

"Waalaikumsalam."     

"Sudah saya tanda tangani dokter." Ucap Fakhrul saat Humaira memasukkan ponselnya kedalam saku jas putihnya.     

"Oya, terimakasih."     

"Maaf dokter, kenapa disini tidak ada rincian biaya untuk biaya operasi dan perawatan, bahkan saya Tanya ke bagian administrasi katanya tidak ada tagihan atas nama Om saya."     

"Memang itu perintah langsung dari atasan, untuk membebaskan seluruh biaya administrasi Pak Syarif hingga beliau sehat kembali."     

"Alhamdulilah, terimakasih banyak dokter, apa saya bisa menemui atasan anda?"     

"Sayang sekali untuk saat ini tidak bisa, karena sedang tidak ada di kantor."     

"Oh, Tolong bantu saya untuk bertemu dengan beliau,"     

"Baiklah, akan saya sampaikan permintaan anda pada atasan saya, dan saya akan mengabari anda besok."     

"Baik lah bu dokter. Kalau begitu saya permisi dan trimakasih banyak atas bantuannya."     

"Silahkan pak, sama-sama."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.