aku, kamu, and sex

Pergerakan bawah tanah



Pergerakan bawah tanah

0Aku sang kejam yang membuang ketenangan dan kedamaian.     
0

Suara ratapan, teriakan, dan tangisan adalah sebuah hiburan.     

keadaban hanya sebuah naluri yang mengantarkan sebuah pedang.     

Bagai tikus yang bergerak lincah dibawah tanah tanpa takut terperosok.     

Berlari dan berkejaran dengan desingan pelurupun tak jadi soal.     

***     

Wanita cantik nan seksi berjalan anggun membelah kerumunan yang menggurita, dengan langkah pelan ia terus berjalan melengak lenggokkan tubuh seksinya, dan berhenti tepat didepan laki-laki tampan bertubuh tegap, dengan jambang tipis menghiasi rahangnya, rambut coklatnya tergerai sebatas bahu.     

"Pergilah, jangan ganggu aku." Ucap laki-laki itu, ketika sang gadis seksi mulai merayu dengan gerakan lincahnya.     

"Sampai kapan Matt? Ini sudah bertahun-tahun lamanya, kau tetap saja mengingat gadis itu." Ucap Molly sahabat Matt pemilik club malam terkenal di negara C.     

"Bukan urusan mu." Jawab Matt tanpa mengalihkan pandangannya dari segelas wine yang tinggal setengah dan ia goyang-goyangkan dengan tangannya.     

"Dia bahkan pergi tanpa memberi kabar."     

"Bukan dia yang pergi tapi aku yang meninggalkannya."     

"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?"     

Matt menengak wine dalam gelasnya hingga tandas. lalu melemparkan gelas itu asal.     

PRANNGG!!!     

"Aku akan mencari ke negara asalnya, aku yakin dia disana."     

"Negara itu sangat Luas, bagaimana kau bisa menemukan dia tanpa adanya petunjuk sedikitpun dimana gadis itu tinggal?"     

"Aku akan tetap mencarinya."     

"Bagaimana kalau dia sudah menikah?"     

"Aku akan bunuh suaminya?"     

"Kalau dia mencintainya dan telah melupakanmu?"     

"Bahkan aku tahu dia tak kan bisa melupakanku."     

"Kenapa?"     

"Karena dia mencintaiku."     

"Kamu gila, Matt. Waktu dapat merubah segalanya, termasuk hati seseorang."     

"Tapi tidak hati Arlita, aku sangat mengenalnya."     

"Terserah kau lah, semoga kau berhasil menemukan gadismu." Molly menepuk pundak sahabatnya kemudian pergi begitu saja, meninggalkan Matt yang duduk termenung di pojok ruangan club malam milik sahabatnya.     

Tak lama anak buah Matt datang menemuinya dengan sedikit rasa takut sang anak mulai melaporkan situasi mereka.     

"Bos kita kehilangan Roff dan Hans."     

"Siapa yang melakukannya?"     

"Tidak ada jejak, bos. Truk bermuatan senjata kita tiba-tiba saja terbakar di perjalanan dan menghanguskan seluruh truk hingga tak tersisa."     

"Selidiki, aku ingin laporanmu secepatnya."     

"Baik, Bos."     

Matt bangkit dari duduknya menuju ke ruangan lain di dalam club tersebut.     

"Ahh...lebih cepat sayang, ini sangat nikmat." Rancau wanita yang sedang terlentang tanpa busana dengan pria tampan yang menindih diatasnya, menghentakkan pinggulnya tanpa jeda, membuat sang wanita melenguh nikmat dibawahnya.     

Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka dari luar namun dua manusia yang sedang dikuasai birahi itu tak mempedulikannya.     

Matt duduk disofa tak jauh dari ranjang berisi dua manusia yang sedang dipuncak kenikmatan. Tanpa risih Matt menyaksikan aksi sahabatnya sambil menyesap rokoknya. Beberapa menit kemudian erangan panjang terdengar ditelingga Matt.     

Laki-laki itu turun dari tubuh sang wanita dan berjalan pelan ke kamar mandi yang ada di dalam ruangan itu. Sang wanita masih dalam posisinya, mengatur nafasnya yang masih tersengal.     

Scott duduk disofa dekat Matt berada, setelah memberikan setumpuk uang pada wanita yang baru saja ia tindih.     

"Sampai kapan kau akan terus bercinta dengan para jalang itu?" Tanya Matt pada sahabatnya, Scott.     

"Aku tidak tahu, sejauh ini tak pernah ada wanita yang berhasil membuat aku berhenti untuk bermain dengan para jalang."     

"Ada masalah Scott."     

"Masalah apa?"     

"Pasokan senjata kita hangus terbakar di jalan, dan tak tersisa sedikitpun."     

"Pasti ada yang tidak beres."     

"Itu pasti."     

"Apa yang akan kita lakukan?"     

"Membeli pasokan senjata baru."     

"Tapi aku sudah tidak percaya dengan pemasok lama kita."     

"Aku punya yang baru, sepertinya pabrik senjata ini sangat berhati-hati dalam menerima pelanggan."     

"Bagaimana kau tahu?"     

"Mereka sedang menyelidiki kita."     

"Bagaimana bisa?"     

"Alat mereka lebih canggih dari yang kita miliki."     

"Berarti kita bisa sekaligus membeli peralatan canggih dari mereka."     

"Kau benar sekali."     

"Baiklah, kapan kira-kira kita bisa bertemu dengan bos pemilik pabrik itu?"     

"Setahuku, pemilik pabrik itu tak pernah menampakkan diri, bahkan anak buahnya saja tak pernah mengetahui wajah asli sang bos itu seperti apa."     

"Menarik."     

"Betul sekali."     

"Matt, apa kau masih ingin mencari Arlita?"     

"Tentu saja."     

"Bagaimanapun keadaannya?"     

"Ya, walau dia sudah bersama orang lain."     

"Bahkan aku bisa membuatnya kembali kepadaku."     

"kau benar-benar gila Matt Gordon."     

****     

"Arlita, aku mendapatkan pesanan senjata dari sebuah gengster di negara C, apa menurutmu mereka terlibat jaringan yang sedang menjadi targetku?" Tanya Ronald saat sesi ramah tamah di rumah Humaira.     

"Mungkin saja, Ronald. Apa nama gengsternya? mungkin aku bisa membantumu mencari tahu, lali aku dengar anakmu membakar pasokan senjata yang dikirim oleh pabrik sainganmu?"     

"Kau benar Arlita."     

"Senjata itu pasti akan mereka gunakan untuk saling membunuh, lebih baik aku bakar saja."     

"Kau benar-benar mengerikan Ronald."     

"Ya, dosaku terlalu besar Arlita."     

"Kau menyelamatkan nyawa banyak orang, Ronald. Mungkin jika senjata itu sampai ditangan para gengster itu, banyak warga di negara itu akan terbunuh dengan sia-sia."     

Ronald terkekeh, lalu meminum teh hangat yang tadi dibawakan oleh Arlita.     

"Kau harus berhati-hati, Ronald."     

"Hm, aku tahu itu."     

"Lalu, bagaiman dengan Richard? Lanjut Ronald.     

"Sedang menunggu info dari tim cyber kami, mereka sedang melacaknya."     

"Oh, kalian harus segera menemukan mereka, Aku tak ingin nyawa adikku terancam karena dia."     

"Baiklah, aku akan segera memberi kabar padamu jika ada perkembangan."     

"Oke Arlita."     

"Ronald, boleh aku tanya sesuatu yang agak pribadi?"     

"Tentu, mau tanya perihal apa?"     

"Kenapa kau belum juga menikah?"     

Ronald mendesah berat. "Belum menemukan perempuan yang cocok aja kali."     

"Benarkah?"     

"Kau keren, tinggi dan kaya, aku yakin banyak cewek yang rela antri dibelakangmu."     

"Ya, aku sebenarnya aku ada seorang wanita yang aku suka, tapi dia sudah menikah, ya sudahlah mau apa lagi?"     

"Benarkah? aku senang mendengarnya, berarti kau pernah patah hati." kemudian Arlita tertawa, diikuti kekehan dari Ronald.     

"Aku tidak mau berurusan dengan wanita selama aku masih berurusan dengan dunia hitam, Arlita, mereka akan dalam bahaya jika bersama ku."     

"Bahkan kini kau memiliki keluarga Ronald."     

"Ya. semoga Allah menjaga seluruh anggota keluargaku."     

"Amiiin."     

"Kau benar-benar laki-laki yang bertanggung jawab Ronald, andai saja Matt seperti dirimu."     

"Masih saja kau mengingatnya Arlita?"     

"Bagaimana aku bisa lupa, jika duplikat Matt ada disini, bersamaku."     

"Apa Ramond sangat mirip dengan Matt?"     

"Ya, matanya, hidung, rambut, sama persis seperti Matt."     

"Dan sedikitpun kau tak memberi tahu perihal Matt pada Ramond?"     

"Tidak. cukup kamu saja yang dia kenal sebagai Daddynya, tak perlu orang lain."     

"Baiklah jangan salahkan aku, jika aku mengajarinya macam-macam?"     

"Apa maksudmu dengan macam-macam, Hah?!"     

"Ya adalah pokoknya, perempuan tak perlu tahu, ini rahasia kaum lelaki." Ucap Ronald kemudian meninggalkan Arlita yang masih terbengong karena ucapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.