aku, kamu, and sex

Reynald adik saya.



Reynald adik saya.

0Humaira baru saja selesai visit pasien, pintu ruang kerjanya diketuk dari luar, dengan terpaksa Humaira duduk lagi di kursinya setelah mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu masuk. Padahal tadinya dia ingin mengunjungi Danil dan Jelita yang juga sedang berada di rumah sakit yang sama dengannya.     
0

Fakhrul masuk ke dalam ruangan Humaira dengan berhiaskan senyum, kemudia ia duduk setelah Humaira mempersilahkannya duduk.     

"Ada yang bisa saya bantu, Pak Fakhrul?" Tanya Humaira sopan.     

"Ehm, begini bu dokter, saya ingin Tanya apakah atasan anda bersedia menemui om saya sebelum operasinya nanti?"     

"Ehm, sebentar saya tanyakan lagi ya." Humaira mengambil ponselnya kemudian mengetikkan pesan pada Rey. Dan tak lama ba;asan pun ia dapat.     

"Iya, beliau bersedia menemui om anda, tunggu saja di kamar nanti saya akan kesana bersama dokter Shen."     

"Baiklah bu dokter, terimakasih."     

"Sama-sama Pak Fakhrul."     

"Kalau begitu saya permisi dulu dokter."     

"Baik, silahkan."     

Humaira mendesah nafas berat, mengingat siapa sang pasien tak elak juga ada sedikit rasa cemburu terselip di hatinya, apa lagi mereka sudah bertunangan, dan sudah berencana untuk segera menikah. Beberapa saat kemudian seoranng suster masuk memanggilnya untuk mendampingi dokter Shen ke ruang perawatan Pak Syaiful. Humaira merapikan jilbabnya sebelum ia keluar dan menemui dokter Shen di ruangannya untuk bersama visit ke kamarnya Pak Syaiful.     

"Selamat pagi dokter Shen,?" Sapa Humaira ketika bertemu dokter Shen di depan ruangannya.     

"Selamat pagi dokter Humaira."     

"Baru saja saya akan mengunjungi anda, tapi ternyata anda sudah disini." Ucap HUmaira pada dokter Shen.     

"Ya, saya ingin menemuimu, ingin bertanya mengenai pasien baru bernama Danil Mahendra."     

"Oh, Pak Danil, ya beliau ada gangguan jantung, Kardiometri dan juga leukemia, mungkin itu sebabnya doketr Rahma dan Pak Ronald merekomdasikan anda untuk menjadi doter khusus jantung untuk pak Danil.     

"Beliau juga merupakan salah satu pemilik saham di rumah sakit ini, selain itu ada hubungan kerabat yang sangat dekat antara pemilikn rumah sakit dan Pak Danil."     

"Ow begitu rupanya, pantas saja Pak Danil ditempatkan di ruangan khusus."     

"Ya."     

"Apa Pak Ronald akan mengunjungi pasien kita? Kemarin saat aku visit ke kamar Pak Syarif, beliau menanyakan itu, sebelum operasi beliau ingin bertemu dengan Pak Ronald."     

"Ya, tapi sebenarnya yang merekomendasikan anda bukan Pak Ronald, tapi Pak Rey adik kandung Pak Ronald."     

"Oh, tapi yang menelppon saya asisten Pak Ronald, saya kira Pak Ronald yang menyuruhnya."     

"Bukan, itu atas permintaan adiknya, memang tidak ada yang tahu sosok Pak Rey karena beliau memang seperti itu, tidak terlalu menonjolkan diri."     

"Oh. Mari dokter Humaira kita sambil jalan ke kamar Pak Syaiful."     

"Mari dokter Shen."     

Humaira dan dokter Shen berjalan beriringan menuju kamar Pak Syaiful disertai dengan dua orang perawat yang akan membantu membantu dokter Shen, mempersiapkan pasien ke ruang operasi.     

TOK     

TOK     

"Permisi," Sapa Humaira ketika sampai di ruang rawat Pak Syaiful.     

"Silahkan masuk bu dokter." Ucap Fakhrul.     

Humaira dan dokter Shen masuk ke dalam ruang inap, disambut senyum hangat dari Fakrul, dan istri Pak Syaiful yang merupakan ibu dari Farida, Asma."     

"Bagaimana kabar anda pagi ini, Pak?" Tanya dokter Shen pada pasiennya itu, sedang Humaira hanya diam dan melihat interaksi keduanya, karena yang berwenang menangani pak Syaiful adalah dokter Shen, bukan dia, Jadi Humaira hanya mendampingi dokter Shen selama berada di rumah sakit ini.     

"Kabar saya baik dok."     

"Sudah siap untuk melakukan operasi?"     

"sudah, dok."     

"Bagus kalau begitu, kondisi anda juga cukup stabil semoga operasinya berjalan lancar ya pak." Ucap Dokter Shen setelah memeriksa kondisi Pak Syaiful.     

"Amiin Pak."     

Tak berapa lama pintu kembali di ketuk kali ini sang perawat membukakan pintu untuk sang tamu, dan muncullah laki-laki tinggi tegap, dengan aura yang tegas namun matanya menyiratkan kelembutan.     

"Selamat pagi Pak Ronald." Sapa dokter Shen, Humaira dan para perawat yang ada disana.     

"Selamat pagi."     

"Pak Syaiful ini Pak Ronald atasan kami."     

Pak Syaiful tersenyum senang, dan mencoba untuk duduk namun di cegah oleh Ronald.     

"Berbaring saja Pak tidak apa-apa." Ucap Ronald Pada Pak Syaiful.     

"Saya dan keluarga saya mengucapkan terimakasih sekali atas kebaikan anda, karena memberikan pelayanan yang begitu luar biasa kepada saya, bahkan anda membebaskan biaya operasi saya."     

"Sama-sama Pak, tapi sebenarunya bukan saya yang merekomendasikan segalanya untuk anda, tapi adik saya."     

"Adik anda? Apa saya mengenalnya?"     

"Maaf Pak Syaiful saya kurang tahu soal itu, tapi jika dia sampai berbuat seperti ini pada anda, berarti anda orang yang special untuk adik saya."     

"Siapa nama adik anda?"     

"Reynald Sanjaya, apa anda mengenalnya?" Ucap Ronald santai, setengah jam yang lalu Rey menelfonnya untuk menemui pasien yang bernama Pak Syaiful yang notabene adalah seseorang yang pernah memaki adiknya dan menolak adiknya sebagai menantu karena dianggap tak mampu membahagiakan anaknya.     

Ronald hanya ingin tahu dan ingin melihat orang seperti apa yang dulu berani menolak adiknya, dan disinilah dia dengan sengaja menyebut nama sang adik untuk mengetahui respon dari Pak Syarif.     

"Maaf anda menyebut siapa tadi, Pak Ronald?" Tanya Fakhrul ingin memastikan.     

"Anda siapa?" Tanya Ronald balik.     

"Maaf saya keponakan beliau." Ucap Fakhrul sambil menunjuk kea rah Pak Syarif, sedangkan Pak Syarif sendiri berusaha untuk memikirkan nama yang baru saja di sebutkan oleh sang pemilik rumah sakit.     

"Reynald Sanjaya itu nama adik saya, apa anda mengenalnya juga?" Tanya Ronald pada Fakhrul.     

"Apa adik anda dulu tinggal dipesantren?" Tanya Fakhrul ingin lebih memastikan bahwa dia tidak salah orang.     

"Ya, kedua adik saya dari kecil tinggal dipesantren." Sementara Fakhrul diam dan hanya sekilas melirik kea rah Pak Syarif yang berwajah sendu, dokter Shen kini berkata.     

"Jadi anda punya dua adik? Saya tidak pernah melihat mereka pada acara yang diadakan rumah sakit.." Ucap dokter Shen.     

"Ya, saya mempunyai dua adikadik satu perempuan dan satu laki-laki, yang perempuan Jelita Sanjaya, dan yang laki-laki Reynald Sanjaya. Keduanya dari kecil di pesantren jadi memang hamper tidak pernah ikut acara yang diadakan perusahaan kami di cabang manapun."     

"Oh begitu rupanya."     

"Ya, begitulah."     

"Adik anda dulu pernah datang ke rumah saya, untuk melamar anak saya." Ucap Pak Syarif menyela.     

"Tapi anak saya sudah saya jodohkan dengan anak teman saya." Ucap Pak Syarif dengan nada sendu.     

"Oh, tidak-apa pak, mungkin mereka berjodoh." Ucap Ronald menanggapi ucapan Pak Syarif dengan tersenyum     

"Mungkin, tapi anak saya kemudian bercerai karena tidak mereka tidak saling mencintai."     

Ronald menaikan alisnya, kemudian berucap, "Sungguh sangat disayangkan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.