aku, kamu, and sex

Jelita Penghias Sukma



Jelita Penghias Sukma

0Tepat jam sembilan malam pesawat yang membawa Jelita dan Danil sampai di negara A dengan selamat, Kedunya sudah di jemput sopir yang akan membawa mereka ke rumah yang sudah Danil beli sebelumnya dengan bantuan ayah Ronald.     
0

"Akhirnya kita sampai sayang." Ucap Danil sambil mengandeng tangan Jelita mesra.     

"Mas Danil pasti capek, nanti langsung istirahat aja ya. biar Jelita yang beresin baju-baju Mas Danil."     

Danil tersenyum dan mengecup dahi istrinya, mereka terlalu asyik berdua hingga tak menyadari seseorang telah berdiri didepan pintu menyambut kedatangan mereka.     

"Selamat datang, Danil, Jelita." Ucap Tuan Handoko yang tak lain adalah ayah kandung Ronald dan Rey.     

"Ayah,"     

"Om."     

Sahut mereka bersamaan, mereka langsung menghampiri ayah Ronald yang sudah merentangkan tangannya lebar-lebar untuk memeluk mereka berdua.     

"Apa kabar kalian?" Tanya Tuan Handoko, setelah mengurai pelukan mereka.     

"Alhamdulilah kami baik, ayah." Ucap Jelita dengan senyum hangatnya.     

"Ayo masuk, ayah sudah menyiapkan makan malam untuk kalian,"     

"Aku kira ayah, tak jadi kesini."     

"Tentu saja ayah akan meluangkan waktu ayah untuk putri ayah yang cantik ini." Ucap Tuan Handoko yang telah menganggap Jelita sebagai anaknya sendiri.     

"Danil, aku sudah berkoordinasi dengan pihak rumah sakit, untuk keperluan pengobatanmu."     

"Terimakasih om,"     

"Panggil saja ayah seperti Jelita memanggil ayah."     

"Baiklah. Terimakasih ayah."     

"Sama-sama Danil."     

"Ayo masuk, udara malam tak baik untuk kalian, terutama kamu Danil."     

Mereka duduk di meja makan menikmati makan malam penuh dengan keakraban, hingga setelah selesai makan malam, Tuan Handoko pamit untuk pulang setelah memberikan kunci rumah, mobil dan memperkenalkan asistent rumah tangga pada mereka.     

"Kirain ayah cuma akan membantu kita membelikan rumah ini, tak tahunya ayah menyambut kita dengan luar biasa, bahkan ayah sudah mencarikan asisten rumah tangga dan mobil juga." Ucap Jelita pada sang suami yang sedang mendekapnya erat di atas ranjang king size milik mereka.     

"Ayah itu orang yang sangat baik, aku mengenalnya dulu karena aku sering main ke rumah Ronald, ayah selalu membuatkan makanan untuk kami, walaupun kelihatannya cuek tapi sebenarnya dia sangat penyayang."     

"Iya,"     

"Jelita ?"     

"Ya, terimakasih kau selalu mendampingiku, dan tak meninggalkan aku apapun keadaanku."     

"Itu sudah kewajibanku mas, dan ga ada alasan juga untuk aku ninggalin mas Danil."     

"Sholehaku sayang, Jelitaku penghias sukma, aku menyayangimu."     

"Aku juga menyayangi mas Danil."     

"Sekarang tidurlah, kamu pasti capek kan, dipesawat hampir tiga belas jam pasti kamu lelah."     

"Mas Danil juga istirahat."     

Danil dan Jelita saling berpelukan menghangatkan suhu tubuh mereka karena memang cuaca disana sedang musim dingin.     

Pagi menjelang, terlihat dari jendela salju turun dengan intensitas ringan, Jelita menatap takjub pemandangan dari balik jendela kamarnya.     

"Sepertinya hari ini kita belum bisa ke rumah sakit," Ucap Danil yang ikut duduk di samping Jelita yang sedang menikmati salju dari dalam kamar mereka.     

"Kenapa?"     

"hari ini akan ada badai salju, kalau kita menerobos jalan itu akan membahayakan, lagi pula tubuh kita sedang mulai beradaptasi dengan musim dingin, aku takut nanti kamu malah jadi sakit jika kita ke rumah sakit saat suhu ekstrim seperti ini." Danil menyodorkan coklat hangat kesukaan Jelita.     

"Ya, bener juga, aku ga masu sakit, aku ga mau membuat mas Danil sedih, lagi pula kalau aku sakit, siapa nanti yang akan merawat mas Danil."     

"Aku merepotkanmu ya,"     

"Tentu tidak sayang, tidak sama sekali, aku senang melakukannya untuk kamu."     

"Kamu sudah menelpon mama dan papa?"     

"Sudah, tadi saat mas Danil menelpon ke rumah sakit, aku telpon ke rumah, semuanya baik-baik saja, mama terhibur karena ada Ramond, mungkin papa minggu depan akan menyusul kesini, karena ada keperluan bisnis juga sih."     

"Oh, baguslah, ajak papa menginap disini saja jangan di hotel."     

"Oke,"     

"Mas Dani . . . . aku lagi minum lho." Ucap Jelita ketika Danil berbaring dipangkuannya namun tangannya bergerilya menjelajahi tubuh Jelita.     

"Mas..." jelita sedikit mengeram, ketika merasakan bibir Danil mencium perut ratanya.     

"Hm." Jawab Danil santai sambil terus menciumi perut istrinya.     

Jelita meletakkan gelas berisi coklat hangat yang tadi ia sesap, merasakan gejolakn rasa yang di timbulkan akibat perbuatan sang suami membuat ia tak sadar bahwa justru kini ia mencondongkan tubuhnya ke arah danil.     

Danil tersenyum penuh kemenangan. menarik bra sang istri keatas, hingga memunculkan dua bilah kenyal yang membuat Danil mabuk kepayang di buatnya, seperti bayi yang kehausan Danil mengulum dan memainkan puncak dada sang istri dalam mulutnya. Sebelah tangannya memainkan gundukan yang lain.     

Jelita melenguh nikmat merasakan permainan suaminya pada kedua dadanya. Mata sayu Jelitamenatap Danil yang sedang asyik mengulum buah dadanya, Gairah Jelita semakin memuncak melihat bagaimana aksi Danil pada payudaranya, Kini giliran tangan Jelita yang tak tinggal diam, perlahan tangan kirinya menyelusup pada piyama yang digunakan sang suami, menerobos segitiga yang menghalangi jalannya menuju ke sebuah benda yang sudah menegak dan membuatnya selalu ingin merasakannya kenikmatannya.     

Danil mengeram nikmat ketika jari lentik sang istri memainkan benda pusakanya dengan lihai. entah siapa yang memulai terlebih dahulu, kini mereka berada di ranjang empuk dan memainkan sesi percintaan yang melunturkan cuaca dingin di luar sana.     

Berkali-kali Danil dan Jelita bergantian melenguh merasakan nikmat tiada tara yang mereka rasakan, memang selama Danil sakit mereka tidak melakukan ritual itu hanya sekedar ciuman saja, karena kondisi Danil yang tak memungkinkan untuk melakukannya, maka ketika mereka mendapat kesempatan seperti ini, tak kan pernah mereka tahan untuk saling memuaskan dan melepaskan hasrat mereka.     

Danil mencium bibir istrinya dalam setelah sesi percintaan yang begitu membara.     

"Nikmat." Ucap Danil, yang membuat sang istri ikut tersenyum dibuatnya.     

"Ini juga nikmat, membuat aku ingin selalu merasakan kenikmatannya." Ucap Jelita sambil meremas milik suaminya pelan, membuat Danil kembali melenguh nikmat.     

"Kamu nakal ya."     

"Mas Danil yang ngajarin."     

"Berarti sekarang udah pinter."     

Jelita tertawa dan kembali mencium bibir sang suami, entah kenapa sejak Danil sakit Jelita lebih agresif dari sebelum-sebelumnya. Danil merasakan benar tentang hal itu, namun hal justru hal itu membuatnya semakin bahagia, karena ini adalah sebuah bukti bahwa cinta Jelita begitu besar terhadapnya.     

Danil tersenyum dan membalas ciuman istrinya penuh kelembutan, dia membiarkan Jelita mendominasi setiap permainannya kali ini. Memberi kesempatan pada sang istri mengeksplor tubuhnya semaunya, dengan begitu Danil dan Jelita sama-sama menikmati kebersamaan mereka, rasa saling memiliki yang terpupuk semakin dalam, dan membuat rasa cinta dan kasih sayang mereka semakin besar.     

Salju diluar sana semakin menebal karena turunya pun semakinlebat, namun Danil dan Jelita tak merasakan dingin sedikitpun bukan karena penghangat ruangan yang ada di kamar mereka tetapi karena kehangatan cinta keduanya yang makin membara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.