aku, kamu, and sex

Antara gairah, dan cinta.



Antara gairah, dan cinta.

0"Terimakasih Regan, kau memang tahu apa yang aku butuhkan." Ucap Scot yang langsung memeluk pingang ramping seorang perempuan muda berbaju seksi yang berjajar rapi menyambut kedatangan mereka.     
0

"Sialan kau Regan, kau asik-asik disini, dan membiarkan kami hampir tertangkap."     

"Maaf boss, tapi nyatanya boss tidak tertangkap kan?"     

"Brengsek kau." Umpat Matt yang langsung berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya.     

Sedangkan Matt hanya tersenyum dan asik mencumbu para gadis muda di sekitarnya.     

"Regan, apa kau tak ingin salah satu dari mereka?" Ucap Scoot sambil melirik pada beberapa gadis yang mengelilinginya.     

"Silahkan untuk kau saja, bos." Namun yang tak disangka oleh Matt adalah kehadiran laki-laki tampan yang langsung mencium mesra bibir Regan.     

Scoot melotot tak percaya dengan apa yang ia lihat, pantas saja selama ini Regan tak tertarik dengan wanita-wanita yang ada di club malam dan memilih menyendiri di apartemennya, kini Scoot tahu alasannya, ternyata Regan memang tak berhasrat pada wanita.     

Scoot memilih masuk kedalam sebuah kamar yang tersedia untuknya bersama perempuan cantik dan langsung menyerangnya dengan sebuah ciuman yang kasar dan dalam, tangan Scoot memainkan pucuk dada sang gadis muda hingga gadis muda itu melenguh nikmat akan aksi Scoot. Scoot menurunkan Ziper gaun yang dipakai gadis muda itu, mata Scoot langsung takjub melihat pemandangan di hadapannya, tanpa menunggu lama ia kembali mencium gadis muda itu, dan membelai dua gundukan didepannya dengan lembut, semakin lama ia menurunkan ciumannya pada leher jenjang gadis itu dan beralih pada lumatan dan hisapan pada dada si gadis.     

Scoot semakin bersemangat mendengar desahan dari bibir merah muda sang gadis, mulutnya semakin lihai bermain di puncak dada, sedang tangannya merambah ke bawah sana mencari benda mungil yang menjadi pusat kenikmatan.     

Di kamar yang berbeda Regan sedang mengocok batang pusaka milik kekasihnya, sedang mulutnya bermain dengan lidah manis sang kekasih, lenguhan dandesahan tak mampu terhindarkan lagi, Regan mempercepat kocokannya pada batang jantan sang kekasih, dan tak lama terdengar lolongan panjang ungkapan kepuasan yang tiada tara, Kini berganti Regan yang memasukkan batang perkasanya pada sang kekasih setelah mengolesi lubang belakang dengan gel pelumas.     

Tak pernah ada yang mengira jika apa tujuan Regan masuk dalam kelompok gangster ini, tak jauh berbeda dengan Ronald, Regan adalah korban penculikan untuk dijadikan budak nafsu sex para laki-laki gay karena ketampanannya, dari kecil dia sudah terpisah dengan orang tuanya akibat peristiwa penculikan itu, semenjak itu dia dibesarkan bersama anggota gangster dank arena kenikmatan yang sedari kecil ia sudah rasakan jika bermain dengan sesame laki-laki hingga kini ia tetap menjadi seorang gay yang hanya menginginkan laki-laki sebagai pemuas hasratnya.     

Matt menatap kosong jalanan depan kompleks, bersandar pada besi balkon kamarnya ingatannya melayang saat ia bertemu dengan Arlita, wanita yang amat ia cintai namun sang wanita menolak saat ia ingin memeluknya.     

'Kau cantik dengan kerudung itu Arlita, aku menyukainya.' Gumam Matt sambil tersenyum sinis.     

'Jika Ramond adalah anak kita, berarti kau masih menyayangiku Arlita, buktinya kau membesarkan dia, dan tak membuangnya. Ramond sangat tampan dan cerdas, apa kau tahu Arlita___dia tak malu padaku, dia tak takut padaku, dia menghafalkan pelajarannya entah apa aku tak tahu, tapi aku yakin itu sesuatu hal yang penting.' Ramond tersenyum kecut, mengingat bagaimana hubungannya dengan Arlita kini dan sangat sulit pasti untuknya bertemu dengan sang anak.     

'Kembalilah padaku Arlita, maka aku akan member segalanya padamu, walau kau menyuruhku untuk meninggalkan semua bisnis ku yang kau sebut haram, akan aku lakukan jika itu bisa membuatmu kembali padaku, Arlita.'     

Layar ponselnya menyala menandakan sebuah notifikasi atau adanya panggilan masuk, diliriknya ponsel yang menyala itu, tertera nama 'Moly' disana.     

"Hai Moly." Sapa Matt ketika menerima panggilan video dari Moly sahabatnya.     

"Hai Matt, gimana? Sudah ketemu dengan Arlita?" Ucap Moly sambil melepaskan gaun yang ia pakai, saat ini ia ingin berendam di bathup pribadinya, sesuatu hal yang biasa jika Matt diperlihatkan pemandangan seperti itu, bahkan Matt tak menampik pernah merasakan tubuh perempuan itu untuk pertama kalinya. Namun setelah bertemu Arlita Matt tak pernah bermain dengan wanita manapun tak terkecuali Moly walau seribu cara digunakan oleh Moly untuk menggodanya, seperti saat ini, namun Matt tak tergoda sedikitpun.     

Yang ada dalam ingatannya adalah tubuh indah Arlita serta lenguhan dan desahannya yang menggema di telinga hingga kedasar hatinya.     

"Aku bahkan sudah punya anak dengan Arlita, Mol." Ucap Matt santai.     

Molly na,pak terkejut namun dengan santai ia memasukkan tubuh telanjangnya pada bak yang sudah berisi busa sabun.     

"Kau bercanda, Matt." Ucap Moly dengan senyum mengoda.     

"Aku serius." Ujar Matt kemudian menyesap rokoknya.     

"Bagaimana kau seyakin itu, jika dia adalah anakmu." Tanya Moly pada Matt yang Nampak menerawang.     

"Bibirnya, matanya, hidungnya, semua sama sepertiku, kau masih memiliki foto kita waktu masih kecil kan? Seperti itu lah dia, namanya Ramond, dia sangat pintar, seperti Arlita." Matt berbinar kala mengatakan itu pada sahabatnya, tanpa dia sadari ada hati yang retak kini jauh di Negara sana mendengar apa yang baru saja dia ceritakan.     

"Oh, selamat kalau begitu, Matt. Kini kau adalah seorang ayah, berarti aku mempunyai keponakan yang lucu sekarang?" Ucap Moly sambil mengosok tubuhnya yang tertutup busa.     

"Ya, kau punya keponakan, namanya Ramond. Nama yang ingin aku dan Arlita berikan jika kami punya seorang anak, dan kini itu semua terwujud, kami memiliki Ramond."     

"Kau bahagia?"     

"Hm, tentu. Tentu aku bahagia, siapa orang yang tak bahagia mempunyai seorang anak yang lucu dan cerdas seperti Ramond?"     

"Lalu bagaimana kabar Arlita? Apa dia masih menunggumu?"     

"Arlita kini menjadi seorang muslim, kau tahu Moly? Pertama kali aku melihatnya aku__aku terkejut, aku terpesona, bahkan mungkin aku jatuh cinta untuk kesekian kalinya pada perempuan yang sama, dia sangat cantik, rambut pirangnya tertutup kerudung, tubuh indahnya tertutup oleh baju panjang yang ia kenakan, tapi entah mengapa justru saat itu aku ingin sekali menciumnya, bahkan aku ingin memeluknya erat agar kami tidak lagi berpisah, tapi aku menghargai apa yang sudah menjadi keputusannya untuk menjadi seorang muslim."     

"Kau harus mengikuti ajarannya jika kau ingin menikahi Arlita."     

"Aku tahu itu, apapun akan aku lakukan demi dia dan Ramond, aku akan lakukan segalanya, kau tahu Moly segila apa diriku ketika aku kehilangannya, dan aku tak ingin itu terjadi lagi."     

"Bagaimana jika dia tetap menolakmu, Matt."     

"Bahkan aku akan membuatnya hamil anakku untuk kedua kalinya, agar dia tak ada alasan untuk pergi dariku."     

"Kamu gila, Matt. Dia akan semakin membencimu, dasar pria bodoh, sudah lah selamat mengejar cintamu, Matt. Semoga berhasil mendapatkannya kembali." Ucap Moly kemudian mematikan sambungan telponnya.     

Matt tersenyum, Moly, sahabat perempuan satu-satunya yang ia punya sedari ia kecil hingga sekarang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.