aku, kamu, and sex

Kecemasan Arlita



Kecemasan Arlita

0"Gimana, Ka?" Tanya Arlita di dalam rumah keluarga Sanjaya.     
0

"Matt berhasil kabur." Ucap Arka sambil menatap Arlita yang sedang duduk di dekat Mama Jelita.     

Setelah mendapat kabar suaminya, mama dan Humaira langsung menuju rumah mereka karena khawatir dengan kondisi Ramond.     

"Bagaimana bisa?" Tanya Arlita.     

"Aku rasa kamu lebih mengerti tentang Matt, Arlita." Ucap Arka dengan nada sendu, tak bisa ia pungkiri bahwa rasa cemburu telah mendominasi diri Arka kali ini. Selesai mengucapkan itu, Arka memilih untuk undur diri, karena tak mau terlarut dengan rasa cemburu yang tak beralasan. Tak ada hak sedikitpun Arka untuk cemburu pada Arlita, namun apa yang dia rasa kali ini sungguh tak mampu lagi untuk ia bending, kenyataan bahwa ada pria dari masa lalu Arlita muncul kembali dalam hidupnya membuat ia sulit mengontrol perasaannya, maka akan lebih baik jika ia pergi sekarang juga dari hadapan Arlita karena tak ingin lebih tersakiti dan menyakiti Arlita.     

"Apa maksud Arkan barusan, Lita?" Tanya Mama pada Arlita yang sedang mondar-mandir kebingungan, ditambah sikap Arka yang tiba-tiba saja cuek terhadapnya, membuat perasaannya tidak menentu.     

Belum terjawab pertanyaan dari sang mama, deru mobil masuk ke halaman, terlihat Rey sedang menutu pintu mobilnya dan berjalan cepat menuju kea rah mereka.     

"Assalamualaikum,." Ucap Rey dan mencium tangan serta pipi mama tercintanya,     

"Waalaikumsalam, sayang." Ucap sang mama.     

"Bagaimana Ramond?" Tanya Rey pada Arlita.     

"Dia sedang tidur, dia baik-baik saja, tapi Ronald?"     

"Kak Ronald baik-baik saja, setelah member keterangan pada polisi, dia akan segera pulang." Ucap Rey yang mendapat kelegaan pada hati Arlita dan sang mama.     

"Kenapa ini bisa terjadi pada Ramond? Bagaimana bisa dia menculik Ramond?" Tanya Rey penuh selidik.     

Humaira yang baru saja datang dari dapur untuk mengambilkan minum Rey, langsung menyela ucapan Rey. "Minumlah dulu, tenangkan hatimu, tak perlu pakai emosi, kita bicarakan ini baik-baik agar semuanya jadi jelas."     

Rey menatap Humaira yang duduk di dekat sang mama, wanita inilah yang selalu membuatnya tenang dan meniupkan nafas damai dalam hatinya.     

"Duduklah Arlita." Ucap sang mama lembut yang masih melihat Arlita mondar-mandir penuh kecemasan. Arlita menurut dan duduk di sofa single ruang tamu mewah itu.     

"Matt adalah ayah kandung Ramond." Ucap Arlita, mama dan Humaira saling pandang kemudian menarik nafas panjang, namun mereka tetap diam menunggu Arlita melanjutkan ceritanya.     

Sedangkan Rey menatap Arlita sekilas kemudian menatap keluar, melihat kea rah taman di halaman rumahnya. Kemudian Arlita melanjutkan ceritanya.     

"Sebenarnya aku tahu Matt datang ke Negara ini untuk mencariku, setelah Ronald mengirimkan foto saat tak sengaja ia berjumpa dengan Matt, Ronald belum pernah tahu bagaimana wajah Matt tapi Ronald mengetahui seluruh cerita hidupku antara aku dan Matt." Arlita menarik nafas panjang, wajahnya tertunduk, kemudian kembali menegak untuk melanjutkan ceritanya;     

"Sejak saat itu aku dan Arka melakukan pengintaian terhadap Matt, dan aku selalu membawa Ramond ke sini dan tak pernah aku ajak kembali ke apartemen atas usul Ronald, tapi tadi siang ketika aku sedang bersama Ramond berbelanja keperluannya di minimarket, kami bertemu Matt dan membawa kami ke sebuah restoran, tapi akhirnya Matt membawa Ramond ke apartemennya saat aku pergi ke toilet, Matt tidak memaksa atau melakukan kekerasan pada Ramond, tapi aku khawatir Matt akan membawa Ramond pergi dariku." Sampai disini air mata Arlita tak mampu ia bending, Sang mama dan Humaira menghampiri Arlita dan memeluknya penuh kasih.     

"Saat aku keluar dari restoran, Ronald melihatku melaju dengan mobil ku keluar dari restoran, karena curiga dia menelponku, dan aku bilang Matt membawa Ramond, Ronald mematikan ponselnya lalu mengikutiku menyusul Ramond dan Matt ke apartemen, sampai disana aku menemukan Ramond dan Ronald menyuruhku membawa Ramond kemari."     

"Kamu membawa ke tempat yang tepat, nak." Ucap papa dari bali pintu.     

"Lanjutkan ceritamu." Ucap sang papa melanjutkan ucapannya, Arlita melanjutkan ceritanya setelah melihat sang papa duduk di dekat Rey.     

"Aku tak tahu apa saja yang Ronald katakan pada Matt karena aku sudah pergi dari sana dengan Ramond, di perjalanan aku menelpon Arka, dan seperti yang tadi terlihat di tv, Ronald dijadikan Sandra oleh Matt untuk bisa lolos."     

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Ucap Rey.     

"Biarkan Ramond disini bersama kami, kamu selesaikan urusanmu dengan Matt, Arlita. Bagaimanapun Matt adalah ayah kandung Ramond, dia punya hak untuk tahu tentang kebenaran itu."     

"Tapi bagaimana jika Matt membawa Ramond jika dia tahu bahwa Ramond adalah anaknya."     

"Tak akan aku biarkan dia membawa Ramond, aku akan menjaganya selagi kamu menyelesaikan urusanmu dengan Matt."     

"Tidak!! Aku tak ingin Matt tahu kalau Ramond adalah anaknya, Ramond itu anakku, bukan anaknya." Ucap Ronald yang tiba-tiba saja datang dan memasang wajah marah di hadapan semua orang.     

"Ronald."     

"Pa, maaf pa, aku tidak bisa jika harus kehilangan Ramond, biarkan dia tak mengenal ayah kandungnya cukup aku saja yang jadi daddynya."     

"Ronald, dengarkan papa, nak."     

"Papa tahu kamu sangat meyayangi Ramond tapi bagaimanapun Ramond adalah anak biologisnya Matt, papa yakin kamu tak kan pernah kehilangan Ramond hanya karena Matt tahu kalau dia ayah Ramond, biarkan Arlita menyelesaikan urusannya dengan Matt."     

"Itu membahayakan Arlita." Ucap Ronald menunduk.     

"Arlita seorang polisi, dia tahu bagaimana dia harus bertindak pada situasi terdesak," Tandas sang papa.     

"Aku yakin Matt merencakan sesuatu, dia tak akan tinggal diam, dia akan tetap mencari Ramond bagaimanapun caranya."     

"Ramond akan selamat disini, tak akan terdeteksi siapapun kecuali Jelita dan Rey, hanya mereka yang bisa menembus blockade perlindungan rumah ini."     

"Kamu jangan khawatir bahkan mamamuoun tak selemah yang kau kira, dia tak kan membiarkan cucunya diambil begitu saja oleh orang lain."     

"Tapi Matt seorang gangster, dia bisa berbuat apa saja asal mendapatkan apa yang ia inginkan."     

"Yang dikatakan papa benar Ronald, aku harus menyelesaikan urusanku dengan Matt."     

"Itu sangat berbahaya!" Ronald berteriak dihadapan Arlita.     

"Dia tak kan membunuhku, atau dia akan kehilangan Ramond." Ucap Arlita pelan.     

"Sekarang bagaimana bisa aku tahu dimana Matt berada?"Lanjut Arlita.     

"Apa polisi tak berhasil menangkapnya?" Tanya Ronald pada Arlita, dan dijawab dengan gelengan kepala pelan.     

"Oya, bagaimana dengan orang yang menabrak kamu dan Matt tadi?" Tanya Arlita mengingat sesuatu.     

"Dia baik-baik saja, hanya luka kecil saja."     

"Arlita, apa kamu tahu no ponselnya Matt?"     

Lagi-lagi Arlita hanya mengeleng, kalau sudah begini, bagaimana Rey bisa melacak keberadaannya? Rey berpikir dengan keras, hingga satu ide muncul di kepalanya. Lalu dia menujun ke kamarnya mengambil laptopnya dan mulai megotak-atik keyboard laptopnya.     

Dan…. "Yesss." Teriak Rey.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.