aku, kamu, and sex

Gadis imut vs Sang Om



Gadis imut vs Sang Om

0Bab lanjutan DOR     
0

Ronald sengaja meninggalkan Arka dan Arlita karena tak mau lebih menyakiti Arka, sebagai seorang laki-laki Ronald sangat paham dengan apa yang Arka rasakan.     

Arlita sering menceritakan tentang Arka padanya, bagaimana perhatian Arka padanya dan pada Ramond, Arlita juga menceritakan betapa ia sangat tahu jika Arka mencintainya, namun Arlita tak berani memberi harapan lebih pada Arka yang menurutnya adalah laki-laki sempurna.     

Arlita selalu mengatakan pada Ronald jika laki-laki sebaik Arka lebih cocok dengan perempuan yang juga baik, tak seperti dirinya yang banyak dosa dan mempunyai gaya hidup bebas. Ronald hanya tersenyum jika Arlita mulai merendahkan dirinya, dimatanya Arlita adalah wanita yang baik, keibuan dan cerdas. Apa lagi kini ia adalah seorang muslim, bukankah itu sudah sebuah pembuktian bahwa Arlita adalah wanita yang baik, dia hanya pernah salah melangkah itu saja, Arlita sungguh menjadi wanita yang bodoh jika ia harus meninggalkan Arka.     

Ronald terus melangkah menuju kantin rumah sakit untuk membeli kopi dan makanan untuk Arlita, di sela langkahnya Ronald mengetikkan pesan pada Arya sang asisten,     

[Lacak penerbangan hari ini, cari laki-laki bernama Scoot, suruh orang untuk mengikutinya] tulis Ronald dalam pesan singkat itu.     

[Siap bos] jawab Arya setelah menerima pesan dari Ronald.     

Dari mana Ronald tahu tentang Scoot? Tentu saja dari Arlita yang juga mengenal Scoot sebagai sahabat sang mantan pacar.     

Ronald berhenti di sebuah gerai minuman dan memesan kopi serta makanan untuk Arlita. Kemudian kembali ke tempat dimana Arlita dan Arka menunggu Matt, namun belum sampai dia ke tempat tujuan, ia sudah melihat Arlita dan Arka berjalan di belakang brankar yang membawa tubuh Matt ke sebuah ruangan VVIP, akhirnya Ronald mengikuti mereka.     

"Trimakasih bu." Disela langkahnya ia mendengar suara gadis yang taka sing di telinganya, kemudian ia menoleh ke sebuah lorong, dan benar saja dia melihat Rena sedang tersenyum kepada ibu-ibu yang membawa bunga ditangannya.     

Merasa ada yang menatapnya, Rena menoleh akhirnya kedua orang itu saling bertemu pandang.     

Rona mendesah nafas berat, 'Perasaan aku jalan kemana-mana ketemunya sama si om mulu deh.' Gerutu Rena dalam hati.     

Setelah mengangguk pada sang pembeli bunganya, Rena berjalan melangkah kearah Ronald yang sedang berdiri menatapnya, namun ketika sampai di samping Ronald, Rena berjalan begitu saja tanpa mau menyapanya, membuat Ronald kaget dengan sikap acuh Rena.     

"Ren." Panggil Ronald pada Rena.     

Ronald menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatap mata Ronald.     

"Kenapa?" Tanya Rena cuek.     

"Kamu yang kenapa?"     

"kok Rena?"     

"Kenapa kamu ga menyapaku?"     

"Bosen, lagian kenapa juga Rena harus menyapa Om,hm?" Ucap Rena cuek.     

Ronald membelalakkan matanya tak percaya dengan jawaban lugas dari Rena.     

"Dasar bocah. Ikut aku!" Kata Ronald penuh pemaksaan.     

"Ga mau."     

"Ga_ada_penolakan!" Ucap Ronald sambil membungkukkan tubuhnya agar sejajar dengan tinggi badan Rena yang hanya setinggi dadanya.     

Rena menarik nafas panjang, kemudian mengangguk.     

Ronald berjalan didepan diikuti oleh Rena dengan langkah malas. Ronald diam-diam tersenyum melihat ekspresi mengemaskan dari Rena.     

Rena terus saja memonyongkan bibirnya sambil berjalan ogah-ogahan, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku jaket yang ia kenakan tanpa di sleting, dengan dalaman kaos oblong putih dan celana pendek sebatas lutut, dan rambut yang ia kuncir kuda dengan topi di atasnya, cukup membuatnya tambil tomboy tapi mengemaskan.     

Sampai di sebuah ruangan VVIP tempat Matt di rawat, Ronald memberikan kopi dan makanan yang ia beli pada Arlita dan Arka, namun perhatian mereka tertuju pada gadis tomboy nan imut dibelakang Ronald. Keduanya lantas menatap Ronald seolah meminta jawaban, Ronald mengaruk pelipisnya sambil nyengir ia hampir melupakan jika ada Rena di belakangnya.     

"Dia Rena, gadis yang menabrak ku dan Matt waktu tragedi penyanderaan tempo hari." Ucap Ronald, dan member isarat pada rena untuk mendekat.     

"Hallo tante, hallo om." Sapa Rena pada Arlita dan Arka.     

"Hallo Rena." Ucap Arka dan Arlita bersamaan, sambil mengamati wajah imut didepan mereka.     

"Sedang apa disini? Kok bisa ketemu Ronald?" Tanya Arlita pada Rena.     

"Saya sedang mengantarkan bunga di kamar sebelah sana, tak sengaja bertemu dengan om Ronald."     

"Sudah berapa kali aku bilang Rena, untuk tidak memanggilku om, umurku saja belum tua-tua amat, kenapa sudah dipanggil om?"     

"Rena juga belum gede-gede amat, jadi wajar kalau panggil om Ronald itu om." Jawab Rena tak kalah dengan Ronald.     

Arlita dan Arka saling pandang kemudian tersenyum melihat bagaimana ekspresi Ronald dan Rena.     

"Ronald, bahkan kau sudah punya anak, tak ada salahnya kan dia panggil kamu om." Ucap Arlita sambil tersenyum mengejek.     

"Oh, om udah punya anak? Ck..ck..ck.." Ucap Rena sambil geleng-geleng kepala dan tangannya bersedekap.     

Ronald speacless, tak tahu harus bicara apa, hanya menatap horror kearah Arlita, sedang yang di tatap hanya cengar-cengir geli.     

"Anak angkat tapi, Ren." Ucap Arlita meluruskan ucapannya.     

"Anak angkat kek, anak beneran kek, intinya punya anak." Ucap Rena cuek.     

"Masalah gitu buat kamu kalau saya punya anak."     

"Ga, ga masalah sama sekali."     

"Terus kenapa mukamu kayak gitu?"     

Rena mendesah, "Kan Rena udah bilang sama Om, kalau Rena bosen sama Om, kesana ketemu om, kesini ketemu Om, perasaan Om ada di mana-mana tahu ga? Kalah dah tuh setan." Ucap Rena sambil cemberut.     

Arlita dan Arka tak tahan untuk tidak tertawa melihat ekspresi kesal Ronald yang dikatai 'setan' oleh Rena.     

"Kamu nyamain aku sama setan?" Tanya Ronald yang mendekati Rena didekat pintu.     

"Enggak tuh kapan?"     

"barusan apa?"     

"Rena Cuma bilang 'kalah deh tu setan', berarti om lebih dari setan." Ucap Rena sambil cekikikan dan tawa tak tertahankan keluar dari Arlita dan Arka.     

Di atas brankar Matt mendengar sayup-sayup orang tertawa, dan perlahan membuka matanya.     

Arlita yang tak sengaja sedang menatap kearah Ronald yang berdiri tak jauh dari ranjang melihat pergerakan mata dan jemari Matt, dia segera berjalan cepat kesamping ranjang yang Matt tempati.     

"Kamu sudah sadar?" Tanya Arlita lembut.     

Matt menatap perempuan yang ia cintai duduk di bangku samping ranjangnya, kemudian Ia tersenyum dan mengangguk.     

"Hm..Aku baik-baik saja."     

Ronald dan Arka hanya saling pandang dan terdiam, Rena diam-diam mendekat kearah Ronald, dan berdiri disampingnya.     

"Siapa Om?" Tanya Rena sambil berbisik.     

"Mau tahu aja." Jawab Ronald sambil tersenyum yang dikulum.     

"Isshhh," Gerutu Rena kemudian ikut diam memperhatikan Arlita dan Matt.     

"Kau mau bertemu Ramond?" Tanya Arlita pada Matt dan dijawab dengan sebuah anggukan.     

Arlita menatap Ronald, dan dijawab anggukan pula oleh Ronald sambil memasukkan kedua tangannya kedalam kantung celana kain yang ia pakai.     

"Rey akan membawanya kesini." Ucap Ronald sambil tersenyum pada Arlita, membuat Matt semakin bertanya apa hubungan Ronald dengan Arlita sebenarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.