aku, kamu, and sex

Satu Rasa



Satu Rasa

0Rena mengeliat dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, namun dia mengingat sesuatu, sejak kapan ia pakai baju? Sejak kapan ia tidur di ranjang?     

"Om Ronald." Rena segera melihat ke lantai di samping ranjangnya, biasanya Ronald akan tidur disana menggunakan kasur lantai miliknya, namun Rena tak menemukan sosok Ronald disana.     

Dengan terburu-buru ia bangkit dari ranjnangnya dan ternyata Ronald dengan santai sedang menyesap kopinya di antara para bunga-bunga miliknya, kedua kaki jenjangnya ia letakkan di atas bangku panjang dan tubuhnya ia sandarkan pada kursi single yang biasa Rena gunakan untuk belajar sambil menjaga tokonya.     

Ronald menoleh ke samping melihat wajah Rena yang baru bangun tidur dengan rambut panjang sepingang yang tergerai, Ronald terpaku sejenak kemudian tersenyum manis pada Rena. "Selamat pagi, Rena."     

"Pagi, om." Rena masih diam ditempatnya berdiri sambil menatap Ronald yang sedang merokok dan menyesap kopinya.     

"Kemarilah." Ucap Ronald lembut.     

Perlahan Rena melangkah mendekat kearah Ronald, dan duduk di bangku panjang yang tadi sebagai tumpuan kaki Ronald.     

"Om, yang gantiin baju Rena?" Tanya Rena setelah duduk tepat di hadapan Ronald.     

Ronald mematikan rokoknya dan meletakkan sisa rokoknya yang masih separuh kedalam asbak.     

"Hm, aku yang pakein baju kamu, kenapa?"     

Sekejap Rena langsung memeluk tubuhnya tak dapat ia bayangkan apa yang telah di lihat Ronald akan dirinya, lebih parah lagi jika Ronald telah… AAAAA Rena tak mampu membayangkan itu.     

Ronald terbahak melihat ekspresi Rena yang mengira ia telah melakukan sesuatu padanya.     

TUK     

Ronald menyentil kening Rena karena gemas.     

"Apa yang kau pikirkan gadis bodoh?" Tanya Ronald dengan tersenyum lebar.     

"Apa yang om lakukan pada Rena tadi malam." Rena sebenarnya takut mendengar kebenaran yang akan Ronald katakan padanya, tapi dia juga penasaran dengan apa yang terjadi semalam.     

Melihat ekspresi khawatir sekaligus penasaran dari Rena, Ronald sengaja mengerjainya dengan memainkan kedua tangannya disamping tubuhnya seakan sedang meremas sesuatu.     

"Om yang bener!!"     

Ronald tertawa terbahak-bahak, "Aduh Rena, walaupun kau telanjang aku takkan tertarik padamu, asal kau tahu itu, lagipula badan krempeng kayak gini tu ga enak di pegang-pegang." Ucap Ronald dengan masih menyisakan tawa.     

Rena cemberut, "Tapi tetep aja Om udah lihat tubuh Rena."     

"siapa yang lihat tubuh krempeng kamu? Aku Cuma makein baju ke kamu tanpa melepas handuk yang kamu pakai, setelah kamu pakai baju baru aku tarik itu handuk, ya pegang dikit bolehkan?" Ucap Ronald sambil menghindar ketika Rena hendak mencubitnya, Ronald berlari masuk ke dalam rumah sambil membawa cangkir bekas ia minum kopi di ikuti Rena yang memukul pungung bRonald karena kesal.     

Ronald hanya tertawa terbahak, entah sejak kapan Ronald merasa bahagia dan terasa bebas dari himpitan masalah ketika berdekatan dengan Rena.     

Setelah meletakkan cangkir ke atas meja, Ronald membalikan tubuhnya menghadap Rena yang masih memukulnya, karena gerakan yang tak terduga dari Ronald membuat Rena tergagap dan malah memeluk tubuh Ronald.     

Ronald segera memerangkap tubuh mungil didepannya, menatap jauh menyelami kedalaman hati Rena melalui mata indah gadis mungil itu. Perlahan Ronald mendekatkan wajahnya ke wajah mungil Rena hingga hidung mereka bersentuhan, Rena sudah memejamkan matanya takut akan apa yang akan di lakukan Ronald setelah ini, namun ternyata itu diluar perkiraannnya, wajah Ronald berpaling ke samping wajahnya, kemudian berbisik tepat di telinga Rena.     

"kamu ga pakai bra dan celana dalam, gadis bodoh." Rena melotot karena ia juga baru menyadari apa yang Ronald katakana adalah benar, segera dia mendorong dada Ronald dan menjauh dari tubuh Ronald, berlari ke dalam kamar, mengambil handuk dan pakaiannya dari dalam lemari, kemudian lari kembali ke kamar mandi.     

"Dasar Om-Om mesum." Ucap Rena ketika melewati Ronald yang masih bersandar pada meja dapur memperhatikannya.     

Ronald terkekeh kemudian menjawab, "Mesumnya Cuma sama kamu."     

Rena tak mengubris apa yang Ronald katakana Ia terus melangkah ke kamar mandi.     

Ronald mengambil roti yang ia taruh dalam lemari dapur dan menyiapkan sandwich untuk sarapan dirinya dan juga Rena. Semalam sebelum dia kerumah Rena sengaja ia membeli banyak makanan untuk Rena, dia tak mau jika setiap hari yang Rena makan hanya mie instant, itu akan membuatnya selalu kurus.     

Rena keluar dari kamar mandi seperti biasa dia akan langsung meletakkan baju kotor ke dalam mesin cuci, dan sekaligus mencucinya.     

"Sarapan dulu, Rena. Aku ga suka kamu kurus karena kurang makan." Ucap Ronald sambil memakan sandwich buatannya, dan menyodorkan satu di depan Rena yang sedang menarik satu kursi di samping Ronald.     

"Aku lebih suka kurus."     

"kenapa?"     

"karena terlalu berbahaya jika Rena gemuk, nanti kalau tiba-tiba tingkat kemesuman Om meningkat gimana? Rena juga yang rugi." Ucap Rena sambil mulai mengigit sandwich bikinan Ronald.     

Ronald terkekeh, "Bilang aja kamu suka kalau aku mesum sama kamu."     

"Tolong dijaga mulutnya, Rena masih dibawah umur, Om. Belum boleh mikir begituan."     

"Masa?"     

"Iyalah, itu menyalahi undang-undang perlindungan anak."     

"Segala macam undang-undang pula kamu bawa."     

"Harus itu, Om. Supaya manusia macam om ini tahu tentang hukum."     

"Kamu piker aku ga tahu soal hukum?"     

"Hah! Kalau Om tahu tentang hukum, kenapa terlalu sering om datang ke rumah Rena tanpa permisi, pake acara menginap pulak? Bukannya itu juga melanggar hukum? Hukum agama, hukum Negara." Ucap Rena berapi-api.     

"Benar juga."     

"Baru nyadar?"     

Ronald terkekeh, "Sebenarnya sadar dari dulu, tapi pura pingsan-pingsan."     

"Helaahhh…"     

"Makanya jadi gadis jangan ceroboh, pintu ga kamu kunci, bisa saja orang lain masuk, untung saja yang masuk itu aku, coba kalau ada orang lain bagaimana?"     

"Hah!" Lagi-lagi Rena hanya mampu mendesah, mengambil piring yang tadi untuk meletakkan sandwich kemudian mencucinya.     

Ronald menengak air putih dan pergi ke toko bunga milik Rena, mengambil kunci yang tergantung diantara rak bunga, kemudian membuka rolling dor itu keatas, sinar matahari pagi langsung masuk menembus bunga-bunga yang baru mulai mekar, memang Rena tak hanya menjual bunga buatan atau bunga kertas tapi dia juga menjual bunga segar, baik itu yang sudah di dalam pot ataupun yang masih berbentuk bibit yang ia taruh di tempat kusus.     

Tak lama Rena keluar dan menata bunga-bunga indah itu kemudian membersihkan rak serta lantai dari debu, Ronald mengambil gunting tanaman dan membantu Rena membuang ranting atau bunga yang layu, agar terlihat lebih indah.     

Rena melihat kea rah Ronald yang masih asik merapikan bunga, sungguh ia tak menyangka jika Ronald pandai dalam merapikan bunga dan dia juga pandai merangkai bunga serta membuat untaian dari ranting bunga.     

Ronald bukan tak tahu jika saat ini Rena sedang menatapnya dengan tersenyum, namun ia memang sengaja pura-pura mengacuhkannya, dan dengan langkah pelan Ronald mendekati Rena yang sedang membersihkan vas bunga di samping rak.     

Menyelipkan bunga matahari yang baru saja ia petik kesamping telinga Rena, membuat Rena terkejut sekaligus senang, benar-benar om-om yang satu ini membuatnya pusing sekaligus bahagia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.