Gen Super

Kembar



Kembar

0Han Sen ingin menarik Perisai Gila kembali, tetapi pedang gadis itu sungguh terlalu cepat. Sebelum dia sempat mengambil Perisai Gila kembali, tebasan lain pun melayang.     
0

Krak!     

Kali ini, perisai yang menjulang itu benar-benar terbelah dua. Pedang tipis itu memotong Perisai gila yang besar bagaikan sambaran petir. Dengan satu tebasan, sebuah goresan ditambahkan pada tubuh Perisai Gila.     

Duar!     

Tubuh Perisai Gila terjatuh menjadi dua. Roh itu membunuhnya begitu saja.     

Tanpa ada waktu untuk menyesali kehilangan roh bangsawan yang diperoleh belum lama ini, Han Sen berlari menuju patung dengan kecepatan penuh.     

Akhirnya Han Sen menggunakan gerakan kaki Merajut Awan. Berlari bagaikan angin, Han Sen menuju patung itu seperti tornado.     

Akan tetapi, gadis berambut perak tidak sedikitpun lebih lambat darinya, bahkan lebih cepat. Dia mengejar Han Sen dalam sekejap, menebaskan pedangnya pada punggung Han Sen.     

Tanpa menoleh, cacing emas yang diselimuti jubah merah muncul di belakang Han Sen, menghalangi pedang gadis itu, sementara Han Sen melompat naik dan membentangkan sayap mimpi buruk dan melemparkan dirinya pada batu roh yang bercahaya di antara alis patung itu.     

Ting ting ting!     

Tiga serangan melukai raja cacing batu emas berturut-turut, dan jubah merahnya tergores dalam. Bahkan cangkang raja cacing pun hancur. Darah emas mulai mengalir.     

Untungnya, jubah binatang peliharaan telah menjadi jiwa binatang super amuk yang jauh lebih keras dari perisai raksasa, sehingga raja cacing batu emas tidak mati setelah menerima tiga serangan.     

Han Sen menarik kembali raja cacing batu emas. Batu roh ada tepat di hadapannya. Bahkan jika gadis berambut perak sampai saat ini,tidak ada waktu baginya untuk menghentikan Han Sen untuk mengambil batu itu.     

Akan tetapi, saat jari Han Sen hendak menyentuh batu roh itu, dia mendadak merasa sangat gugup. Punggungnya dibanjiri keringat dingin.     

"Ada yang salah..." Saat Han Sen merasakan hal itu, dia melihat sosok keemasan muncul dari belakang kepala patung raksasa. Di waktu yang bersamaan, pedang emas menembus dada Han Sen.     

Pedang itu sangat cepat dan Han Sen begitu dekat sehingga tidak ada waktu untuk menghindar.     

Wuss!     

Pedang emas menembus jubah emas ke dalam dadanya. Han Sen kemudian melihat orang yang menusuknya. Gadis dengan rambut berombak pirang dan bermata emas diselimuti oleh jubah emas, menggenggam pedang emas tipis.     

Selain fakta bahwa seluruh tubuhnya diselimuti emas, gadis itu hampir terlihat identik dengan gadis berambut perak. Mereka hampir seperti dua boneka yang terbuat dari bahan yang sama, hanya dengan warna jubah dan rambut yang berbeda.     

"Duar!"     

Gadis pirang itu menendang Han Sen ke lantai. Han Sen terjatuh dengan keras dan melihat bahwa di belakang patung ada wajah yang lain. Patung itu berwajah dua, dan di antara alis wajah patung yang ada di belakang, ada batu roh lainnya yang berwarna emas bercahaya.     

"Roh kembar?" Han Sen akhirnya mengerti mengapa gadis berambut perak begitu santai menghadapi Han Sen seorang diri, tidak meminta para makhluk untuk mengejarnya.     

Itu karena hal itu tidak diperlukan. Penampungan roh itu sebenarnya penampungan roh kembar yang langka. Selain gadis berambut perak, ada gadis berambut pirang yang sama hebatnya.     

Han Sen bahkan tidak bisa menyingkirkan gadis berambut pirang, sekarang bahkan dia harus menghadapi kembarannya yang tidak kalah kuat.     

Tanpa ragu, saat Han Sen jatuh ke tanah, dia berdiri dan berlari ke arah luar. Dengan memacu tubuhnya dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya, Han Sen mendorong potensinya sampai batasnya.     

Gadis berambut perak dan pirang tidak bermaksud membiarkannya pergi. Dua gadis cantik dengan sosok mematikan berlari ke arah Han Sen seperti kilatan petir.     

Darah pun tumpah bagaikan hujan. Han Sen telah menggunakan teknik mengendalikan lawan sampai batasnya. Namun, yang dia bisa lakukan hanyalah menghindari bagian vital. Pedang perak dan emas tipis terus-menerus meninggalkan luka demi luka di tubuhnya.     

Kemampuan berpedang gadis pirang dan gadis berambut perak sangat kompak. Mereka melengkapi satu sama lain dan jauh lebih kuat dibandingkan saat sendirian. Han Sen bahkan tidak mau bertarung lagi. Dia telah salah perhitungan sejak awal, jadi dia tidak punya kesempatan lagi untuk menang. Yang dia bisa lakukan hanyalah kabur secepat mungkin supaya dia selamat.     

Dengan Darah yang menutupi tubuhnya, Han Sen sangat jelas. Matanya dingin, dia dengan cepat memperhitungkan setiap kemungkinan secepat yang dia bisa. Han Sen hanya memiliki satu tujuan. Di bawah serangan dua roh kerajaan, dia tidak punya kesempatan mendapatkan baru roh lagi.     

Setiap langkah yang dibuatnya memperparah lukanya. Setiap langkah dirancang dengan hati-hati, tetapi tidak bisa menyelamatkannya dari rasa sakit.     

Saat ini, Han Sen tidak punya jalan lain selain menukar luka dengan nyawanya. Saat dia sampai di pintu batu, dia telah diselimuti banyak darah.     

Saat ini, Han Sen hanya bisa bersyukur atas kenyataan bahwa dia memiliki jubah dan simbol. Jika tidak, meskipun dia telah berlatih Kulit Giok, dia pasti sudah mati jutaan kali.     

Pengaruh jubah dan simbol menahan sebagian besar tekanan pedang gadis itu. Saat pedang mengenainya, tenaga yang tersisa kurang dari 30%, dan hanya meninggalkan tanda samar padanya.     

Meskipun mereka tampak menakutkan, mereka tidak mematikan, membuat Han Sen kembali bertarung.     

Akan tetapi, di luar bangunan penuh oleh segala jenis makhluk termasuk makhluk berdarah sakral seperti ular hitam, yang tampak lebih menakutkan dari neraka.     

Han Sen tidak punya pilihan lagi. Jika dia bisa keluar, dia akan selamat. Para makhluk berdarah sakral itu masih lebih lemah dari gadis-gadis itu. Ditambah lagi, mereka kurang cerdas, yang memberikan Han Sen kesempatan.     

Duar!     

Dengan segala jenis makhluk menakutkan di pintu, Han Sen tidak gentar dan berlari ke arah mereka berkat jubahnya.     

Banteng terbang dengan ganas menyerbu Han Sen, menyerang Han Sen dengan tanduknya. Namun, di detik selanjutnya, makhluk emas raksasa turun dari langit, menghancurkan segala makhluk di dekatnya.     

"Keluar!" Han Sen melemparkan dirinya ke punggung singa emas yang sebesar gunung dan meraung, menggenggam rambutnya.     

Singa emas berputar dan berlari ke segerombolan makhluk seperti orang gila, menyingkirkan para makhluk dan bergegas menuju pintu utama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.