Gen Super

Resort Terakhir



Resort Terakhir

0Han Sen ingin mengeksplorasi danau itu, tetapi makhluk berdarah sakral tidak mau meninggalkan area itu, Han Sen tidak mempunyai kesempatan.     
0

Selain itu, Han Sen tidak ingin mengambil risiko jika ada yang berbahaya di dalam danau.     

"Aku seharusnya menghabiskan makhluk-makhluk berdarah sakral itu dulu sebelum mengeksplorasi danau." Han Sen memutuskan untuk membunuh kedua makhluk itu.     

Sekarang dia sudah lebih menguasai Ledakan Yin Yang. Asalkan dia lebih banyak berlatih, tidak akan sulit baginya untuk membunuh makhluk-mahkluk itu.     

Han Sen segera menyadari bahwa tidak mudah membunuh makhluk-makhluk itu. Walaupun dalam pertarungan yang berulang kali dengannya, Han Sen dapat melukai makhluk itu dengan berbagai kekuatan yang berbeda, namun makhluk itu selalu dapat pulih kembali setelah berendam di dalam danau tidak peduli betapa parahnya luka mereka. Kalau Han Sen tidak dapat langsung membunuhnya, kesempatannya sangat kecil.     

Hampir tidak mungkin membunuh makhluk itu langsung, yang akan menjadi lebih cepat dan kuat setelah terluka. Han Sen tidak berani berada di dekat mereka pada saat mereka terluka.     

"Tampaknya aku harus memahami apa yang terjadi di dalam danau sebelum aku dapat membunuh mereka." Han Sen terbang ke angkasa dan mengamati danau dari atas.     

Lebar danau itu sekitar 6 kaki, dangkal dan bersih. Pada siang hari, dapat melihat tanaman akuatik yang tumbuh di dasarnya.     

Ketika ksatria menunggangi kuda bertanduk tunggal masuk ke danau, kepala tunggangannya akan tetap berada di atas air.     

Han Sen melihat ke sekitarnya dan hanya melihat beberapa tanaman akuatik.     

Dia juga mengamati makhluk-makhluk berdarah sakral pulih di dalam danau. Mereka tidak melakukan apa-apa dan tidak lama kemudian pulih sendiri.     

"Apakah airnya yang spesial? Dan itu pasti alasan mengapa makhluk itu tidak mau meninggalkan tempat ini?" Han Sen menebak, tetapi kurang yakin dengan alasan itu.     

Ada begitu banyak danau seperti ini di dalam Rawa Gelap. Semua danau ini terbentuk dari hujan. Karena danau lainnya tidak memiliki fitur khusus, Han Sen merasa danau ini juga sama saja.     

"Pasti ada sesuatu di dalam danau," Han Sen memberitahu dirinya sendiri.     

Setelah mengamati dengan seksama selama beberapa waktu, dia masih belum mengetahui apa yang berada di dalam danau, setidaknya bukan sesuatu yang terlihat.     

"Aku tidak percaya aku tidak dapat membunuhnya," Han Sen memutuskan dan melanjutkan terbang dengan kedua makhluk itu setiap hari.     

Setelah hampir terbunuh oleh tombak, Han Sen menjadi lebih waspada. Bahkan ketika dia berada di udara, dia selalu memegang erat-erat pedang berlian dan tetap fokus. Bahkan jika makhluk berdarah sakral mencoba untuk menembaknya dengan tombak lagi, dia akan menangkis dengan pedang berlian.     

Ketika Han Sen berada di sana selama hampir 2 bulan, dia dapat menggunakan Ledakan Yin Yang dengan cukup baik, jauh lebih cepat daripada kandidat sebelumnya yang dipilih oleh Bai Yishan.     

Setidaknya memerlukan waktu dua tahun bagi prajurit sukarelawan lain yang dipilih Bai Yishan untuk dapat menguasai seni geno hiper ini, namun Han Sen hanya memerlukan waktu dua bulan.     

Han Sen tidak tahu apakah karena dia memang berbakat, atau karena dia memiliki banyak poin geno, atau karena dia telah berlatih Kulit Giok.     

Pada saat ini, Han Sen dapat bertarung dengan makhluk-makhluk berdarah sakral dengan baik, tetapi tetap sulit bagi Han Sen untuk membunuh makhluk-makhluk itu. Ksatria itu jauh lebih kuat daripada Han Sen, walaupun tanpa keahlian tombaknya yang sengit. Selain itu, kuda bertanduk tunggal selalu melancarkan ancaman serangan untuk memaksa Han Sen mundur.     

Han Sen tidak mengetahui bahwa keterampilan berkuda bisa begitu efektif dan praktis. Sekarang setelah mengamati kedua makhluk itu bekerja sama, dia pun ingin belajar berkuda.     

Dia pernah mempelajarinya sedikit dalam edukasi wajib integrasi, tetapi hanya dengan kuda biasa. Dia juga berfantasi untuk mengendarai Meowth dan menyerang musuh-musuhnya, tetapi dia tidak punya banyak waktu untuk berlatih agar dapat mencapai tahap itu.     

"Tampaknya aku harus mengambil resiko." Han Sen pergi mencari makhluk-mahkluk itu lagi.     

Kali ini, dia tidak menggunakan pembunuh berdarah dan baju baja kumbang hitam. Dia memanggil ratu peri ketika tidak ada orang di sekelilingnya. Dia tiba-tiba berubah menjadi pirang dan pergi menantang makhluk-mahkluk itu tanpa menggunakan senjata.     

Makhluk-makhluk itu membenci keberanian Han Sen pada titik ini. Melihatnya dia di sini, ksatria itu segera menyerang dengan tombaknya.     

Han Sen menggunakan Sparticle untuk menghindari tombak dan bergerak ke sisi lain dari makhluk itu.     

Kuda bertanduk tunggal segera menghampiri dengan tergesa-gesa, mencoba untuk menyeruduk Han Sen dengan tanduknya.     

Semuanya berlangsung dengan begitu cepat bahkan Han Sen yang telah mengenakan baju baja berdarah sakral juga akan tertusuk. Namun, Han Sen tidak berdiri diam. Gerakan kuda bertanduk tunggal terlihat pelan baginya. Dengan satu langkahan, dia menghindari tanduk dan melemparkan satu pukulan pada ksatria berdarah sakral.     

Karena Han Sen tidak menggunakan pembunuh berdarah, ketinggiannya hanya mencapai pinggang ksatria.     

Ksatria itu telah mengambil kembali tombaknya dan menyapu tombak itu ke Han Sen. Han Sen harus menarik kembali pukulannya dan melindungi diri. Setelah berusaha belasan kali menyerang para makhluk berdarah sakral, Han Sen tetap tidak dapat mendekati mereka.     

Dalam wujud ratu peri, makhluk-makhluk itu sulit melukainya. Namun, tanpa kekuatan dan kecepatan pembunuh berdarah, Han Sen juga tidak dapat melukai mereka.     

Akhirnya, Han Sen harus pergi lagi. Kedua makhluk itu terlalu kuat dan tidak mudah dibunuh.     

Setengah bulan berikutnya telah berlalu, dan Han Sen belum dapat membunuh kedua makhluk itu, Dia memikirkan makhluk yang dia pelihara sudah hampir berevolusi menjadi makhluk berdarah sakral dan memutuskan untuk pulang ke rumah.     

Dalam dua bulan terakhir, Han Sen telah sangat mengenal kedua makhluk berdarah sakral ini. Dalam Tempat Suci Para Dewa, Han Sen merasa tidak ada orang yang dapat membunuh makhluk-mahkluk itu sendirian.     

Namun, Han Sen memiliki usaha yang terakhir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.