Menikah dengan Mantan

Bab 32



Bab 32

0Yey... up lagi guys...     
0

Yuks lah ramaikan Koment. Oh iya, belum ada yang mau koment Kesan" kalian baca cerita ini kah. Humm... Ya sudahlah, mungkin tidak berminat ya.     

Happy Reading, deh, kalau gitu.     

"Kenapa, sih, pak?" tanya Qia kesal sambil menekan jarinya yang terluka ke pahanya supaya darahnya berhenti.     

"Kenapa di lepas perban kamu?" tanya Kenan dengan raut wajah marahnya.     

"Kayak lemper, Pak. Lagian—"     

"Pakai perban kamu, atau kamu tidak saya terima bekerja lagi di perusahaan saya!" tegas Kenan. Membuat Qia harus menghirup napasnya dalam-dalam untuk menurunkan emosinya yang berada di ubun-ubun.     

Ada apa dengan Kenan sebenarnya, kenapa sikapnya begitu berlebihan sekali. Otaknya benar-benar tidak habis pikir dengan Kenan. Kenan memang orang yang perhatian walau sikapnya dingin, tapi ia masih memiliki logika yang berjalan dengan baik. Ia membuka matanya kemudian menatap Kenan kembali. "Pak, luka saya ini luka--"     

"Sst!" ucap Kenan memotong ucapan Qia sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya sendiri.     

Qia memejamkan matanya lagi untuk meredahkan rasa kesalnya. Entah kenapa emosinya sedang naik turun saat ini. Terutama ia tidak sabar dengan sikap Kenan. Qia pun memilih melanjutkan akfitasnya membersihkan pecahan beling. Kenan yang merasa di abaikan Qia langsung berjalan mendekat dan tanpa aba-aba ia langsung mengangkat tubuh Qia ala brydal style. "Aa!" pekik Qia terkejut seraya mengalungkan tangannya ke leher Kenan.     

"Pak, apa yang bapak--"     

"Sst..." potong Kenan lagi sambil mendekatkan wajahnya tepat kedepan wajah Qia. Qia langsung terdiam seketika, jantungnya berdetak tidak karuan karena wajahnya dan Kenan sangat dekat sekali. Hembusan napas mereka pun bisa saling di rasakan di wajah orang di hadapan mereka.     

Apa kamu lupa, aku tidak suka di bantah?" tanya Kenan dengan suara lembutnya tepat di depan wajah Qia.     

Qia memalingkan wajahnya supaya Kenan mengangkat wajahnya dan Qia bisa mengambil napas dengan baik. Kenan tersenyum, ia pun berjalan ke arah dapur kemudian mendudukkan Qia di kursi meja makan. "Tunggulah di sini, biar aku yang membersihkan kekacauan di ruang televisi," ucap Kenan seraya tersenyum kemudian tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala Qia.     

Qia pun mendongak menatap Kenan yang berdiri dan ia pun masih tersenyum hangat. Hati Qia pun menghangat melihat senyuman Kenan. Rasanya sulit sekali mendapat perlakuan lembut dan senyuman yang membuat para wanita di luar sana terkesima dan meluluh di hadapan Kenan. Qia pun saat ini sudah jatuh dalam pesona Kenan.     

Kenan adalah pria yang begitu dingin, sosok yang ia kenal sejak SMA itu. Bahkan setelah bertahun-tahun ia tidak pernah bertemu dengan Kenan, wajah dingin itu masih menghiasi wajah Kenan. Jadi, wajar saja senyuman Kenan mengalihkan dunia para wanita yang menganggumi sosok dingin seperti Kenan.     

"Saya biasa melakukankannya, jadi—"     

"Sst!" ucap Kenan seraya meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Qia membuat jantung Qia semakin berdetak tidak karuan. Ia pun menghentikan napasnya ketika Kenan memperlakukan hal yang begitu tiba-tiba.     

Qia masih belum terbiasa dengan perlakuan Kenan yang seperti ini. Kenan yang ia kenal itu tidak ada romantisnya. Walau ia perhatian tetapi jangan lupakan wajah dingin dan tatapan yang sok tidak peduli padahal peduli. Namun, apa yang saat ini di hadapannya. Kenan tersenyum dan memperlakukannya begitu penuh perhatian.     

Kenan yang melihat Qia hanya terdiam saja pun tersenyum. Susah sekali membuat gadis di hadapannya ini untuk tidak banyak bergerak. Walau kakinya tidak terluka parah tapi ia yakin itu cukup membuatnya merasakan sakit. Buktinya saja, walau kakinya terperban begitu tebal, Qia masih berjalan dengan satu kaki yang telapak kakinya di miringkan.     

Kenan membalikkan tubuhnya dan berjalan ke arah ruang televise untuk membersihkan kekacauan yang dibuat Raka dan dirinya semalam. Ia bersyukur, Qia ternyata tidak mengetahui apapun yang terjadi semalam. Entah kenapa, ia takut jika Qia mengetahui status dirinya sebenarnya.     

Semasa SMA memanglah Kenan tidak tertarik sama sekali dengan seorang wanita karena rasa bencinya terhadapa ibunya. Ia menganggap semua wanita itu sama seperti ibunya, hingga hari itu dimana Qia yang tiba-tiba datang menghampirinya membuat dunianya teralihkan. Tangisan yang Qia keluarkan saat itu membuat hatinya tidak tenang.     

Ia tidak bisa mendengar suara tangisan Qia. Dadanya terasa sakit ketika ia mendengar tangisan Qia. Ia sendiri tidak tahu, kenapa ia bisa merasakan hal itu pada Qia. Sikap Qia yang selalu mendekatinya pun sama sekali tidak menganggunya. Walau dirinya sering bersikap ketus dan juga dingin pada Qia, tetapi dalam hatinya ia tidak mempermasalahkan Qia yang selalu mengikutinya.     

Alasan Kenan yang lainnya mengajak Qia berpacaran karena ia tidak suka jika Qia tersenyum dengan pria lain. Jika ia menjadi kekasih Qia, ia bisa mengatur apa saja yang ia inginkan. Qia yang tidak boleh seperti ini, Qia yang tidak boleh seperti itu, ia bisa dengan leluasa melakukannya. Dan benar saja, Qia menuruti perkataannya walau sedikit mengancam jika Qia masih terus tersenyum pada pria lain selain kakaknya dan dirinya, Kenan tidak akan mau menemuinya.     

Awalnya Qia memang menolak dan melawan keinginannya, tetapi setelah Kenan terus-terusan menghindarinya, Qia pun berhenti tersenyum di hadapan para pria. Kenan juga meminta Qia tidak mengikat atau menggelung rambutnya ketika di sekolah. Qia harus belajar dan harus bisa ikut lomba akademik supaya ketika Kenan lulus, ada orang yang melanjutkan kegiatannya.     

Qia harus belajar bahasa inggris karena Qia yang memang tidak bisa bahasa inggris. Alasannya karena ketika Qia lulus ia harus bisa mendapatkan beasiswa keluar negri. Kenan sendiri yang akan membantunya untuk mendapatkan beasiswa itu. Namun, semua itu tidak terjadi sama sekali. Hal-hal yang di katakana Kenan tidak ada satupun yang terwujud.     

Ketika liburan Qia dan keluarganya mengalami kecelakaan, dan di hari itu pula Kenan pergi melanjutkan studynya. Ia pergi tanpa berkata apapun pada Qia. Bahkan pesan yang sudah ia ketik tidak jadi ia kirimkan. "Aku harus pergi, maaf tidak mengabarimu. Tunggulah, aku kembali." Pesan yang sama sekali tidak pernah terkirim di handphone Kenan.     

Selagi Kenan membersihkan kekacauan di ruang televisi Qia pun berjalan ke dapur untuk membuatkan sarapan pagi untuk mereka bertiga. Ia membuatkan roti isi daging untuk Raka dan Kenan. Sedangkan dirinya membuat nasi goreng putih yang hanya di beri bumbu bawang putih, bombay dan di campur dengan telur.     

"Buat apa kamu?" tanya Kenan yang mengambil air mineral dari dalam kulkas dan menuangkannya ke gelas.     

"Mau buat roti isi daging," ucap Qia yang saat ini sedang memotong daging tipis-tipis.     

"Mau di bumbu apa?" tanya Kenan sambil melihat tangan Qia yang sedang memotong dagingnya dengan lihai.     

"Kecap."     

"Aku mau pedes manis," ucap Kenan sambil berjalan ke arah meja makan.     

"Hum." jawabnya singkat.     

Setelah daging sudah teriris tipis dan di potong sebesar koreng api, ia membumbuinya dengan jahe cincang, bawang putih cincang, dan kecap asin. Kemudian ia pun mendiamkannya beberapa menit. Sambil menunggu bumbunya meresap ke daging, Qia memotong cabai caplak sebanyak 7 buah, kemudian setengah bawang bombay di potong memanjang dan tipis-tipis. Ia menghidupkan kompor dan memasukkan kurang lebih dua sendok makan minyak goreng ke penggorengan. Minyak panas, ia memasukkan bawang bombay dan di masak hingga berbau wangi. Setelah itu, ia memasukkan cabai kemudian daging yang tadi sudah ia marinasi dengan bumbu. Menambahkan air hingga separuh dagingnya terendam.     

Ia memberi sedikit garam karena tadi sudah di beri kecap asin, penyedap rasa, merica bubuk sekitar seperempat sendok makan lebih kemudian kecap manis. Ia aduk hingga tercampur rata kemudian menutupnya dan di tunggu sampai airnya tersisa sedikit. Ia mengambil daun bawang kemudian memotongnya kecil-kecil.     

Kenan hanya menatap Qia dari meja makan, keterampilan Qia memasak tidak hilang sama sekali. Ketika memasak wajah Qia menjadi serius dan ia menyuka wajah serius Qia tersembut, hingga ia tidak sadar jika dirinya kini sedang tersenyum mengangumi Qia.     

TBC...     

JANGAN LUPA LOVE, POWER STONE DAN KOMENTNYA YA GUYS... HEHEHE....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.