Menikah dengan Mantan

Bab 72



Bab 72

0Hai guys... bosen gak sih, kalau aku up terus"an??     
0

BTW guys.. sekedar INFO... UNTUK HADIAH CHALLEGE 1 DAN 2 ITU HADIAH PULSANYA ITU BISA DI SESUAIKAN SAMA KALIAN MAUNYA APA YA. SEMISAL UNTULK OVO, DANA, GOPAY DLL. YANG PASTI NOMINALNYA SESUAI DENGAN YANG TERTERA YA...     

JADI YUKS LAH, JANGAN SUNGKAN" UNTUK IKUTAN CHALLEGE.     

INFO SYARAT DAN CARA MAINNYA GIMANA UDAH ADA DI BEBERAPA BAB YA. KALAU CHALLEG 1 ADA DI BAB 48-50 BAGIAN CATATAN KAKI. SEDANGKAN CHALLENG KE 2 ADA DI AWAL PART SEBELUM CERITA DI MULAI. ITU ADA DI BAB 69.     

YUKSLAH, RAMAIKAN CHALLENGENYA. INI BENERAN LOH ENGGAK PHP ASAL KALIAN NGIKUTIN RULESNYA. KALAU MASIH BELUM PAHAM, KALIAN BISA KOMENT YA GUYS... WKWKWKW...     

HAPPY READING...     

Dari kejadian beberapa hari lalu itulah kini Scarlett tinggal bersama Raka hingga sembuh. Scarlett kini sedang duduk di meja makan menatap Raka yang sedang memasak untuk makan malam. Scarlett yang tidak bisa memasak hanya duduk diam memandangi Raka.     

"Muka cantik lo cocok juga untuk masak di dapur," ucap Scarlett tiba-tiba. Raka sama sekali tidak mempedulikan ucapan Scarlett dan ia memilih menyelesaikan masakannya.     

"Ck! Cang kacang, ada kacang rebus atau goreng. Cewek sexy kayak gua di kacangin sama cowo cantik," ucap Scarlet yang sengaja menyindiri Raka. Raka hanya diam tidak peduli sama sekali sindirian Scarlett.     

Beberapa hari tinggal bersama Scarlett membuatnya mengerti tentang Scarlett. Ia wanita yang sering menyindir orang lain secara terang-terangan. Ia sama sekali tidak peduli, ucapannya itu menyakiti atau tidak.     

"Makan, makan, makan!" ucap Scarlett sambil menggebrak meja dan di tangannya ada sedok dan garpu yang terletak di sisi kanan dan kiri. Persis seperti anak kecil yang menunggu makanan buatan sang mama ketika ia melihat Raka yang sedang menuangkan mie rebus ke dalam mangkuk.     

Raka pun datang dengan dua mangkuk mie rebus yang di letakkan di nampan. Ia kemudian menyodorkan satu mangkuk ke arah Scarlett. Dengan senyuman mengembangnya Scarlett pun menerima mangkuknya. "Terimakasih," ucap Scarlett.     

Mereka berdua pun mulai menyantap mie rebus untuk makan malam mereka. Raka diam-diam memperhatikan Scarlett yang makan dengan lahapnya. Ia begitu menikmati makan malamnya yang hanya mie instan saja. Hanya semangkuk mie instan tetapi Scarlett begitu terlihat bahagia.     

Selesai makan malam, kini bagian Scarlet yang mencuci piring dan peralatan makan lainnya. Selesai mencuci piringnya, Scarlett menuju ruang televisi menyusul Raka yang ada di sana sedang memainkan ponselnya.     

"Ka," panggil Scarlett membuat Raka kini menoleh ke arahnya.     

"Hum," jawab Raka yang kini menoleh ke arah Scarlett.     

"Gua mau, ketika kita suatu saat bertemu di jalan. Anggaplah kamu tidak mengenal aku sama sekali. Kita juga tidak pernah melakukan apapun bersama."     

"Hum," jawab Raka yang hanya bergumam kemudian ia pun kembali menatap ke arah ponselnya.     

Scarlett tanpa berkata apa-apa lagi berdiri dari duduknya dan pun ia pergi meninggalkan ruangan televisi. Ia kemdian berjlan menuju kamarnya. Kini ia sudah memasuki kamarnya, kemudian ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Apa kamu akan siap menerima semuanya?" tanya Scarlett sambil memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri.     

Scarlett sengaja mengatakan hal tadi pada Raka supaya ia bisa melindungi seseorang. Walau Scarlett terlihat nakal dan sering bersikap sesuka hatinya bahkan ia sering menyindir scara terang-terangan, nyatanya ia masih mempedulikan seseorang yang menurutnya begitu lemah.     

"Gua harap lo itu mati di dalam sana! Lo enggak akan sanggup jika lihat ke adaan sekarang!" makinya yang entah ia sedang memaki pada siapa. Scarlett semakin merasa kesakitan di kepalanya hingga akhirnya ia pun pingsan dan tidak sadarkan diri.     

Pagi pun tiba, Raka bangun dari tidurnya. Entah, pukul berapa kemarin ia tidur. Tapi pagi ini rasanya ia masih sangat mengantuk. Raka dengan malas berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya dan juga menggosok giginya.     

Setelah selesai dengan rutinitasnya, ia pun ke luar dari kamarnya dan berjalan ke arah dapur. Di sana tidak ada Scarlett yang biasanya sedang meminum teh. Tanpa merasa ada yang aneh, Raka pun berjalan ke dapur untuk mengambil air mineral kemasan kemudian menuangkannya ke dalam panci kecil untuk memanaskan air.     

Ia menyiapkan gelas kemudian memasukkannya gula kemudin teh. Menuangkan air yang sudah mendidih ke dalam gelas. Kemudian ia berjalan ke arah teras belakang rumah untuk menikmati tehnya.     

Selesai dengan tehnya, Raka berniat untuk mencari makan bersama Scarlett. Lagi pula, ke adaan Scarlett sudah memabaik tidak seperti beberapa hari yang lalu. Ia kemudian berjalan ke arah kamar yang di tempati Scarlett.     

Sampai di depan kamar Scarlett ia pun megetuk pintunya, tidak ada jawaban sama sekali dari Scarlett. Raka kembali memanggil Scarlett bahkan kini ia sudah menggedor pintu kamar Scarlett lebih kuat dari sebelumnya.     

Raka mulai panik ketika tidak ada sahutan sama sekali dari dalam kamar yang di tempati Scarlett. Ia pun kemudian memegang handle pintu kamar Scarlett dan membukanya. Ternyata pintu tidak di kunci sama sekali.     

Perlahan Raka mendorong pintu kamar Scarlet. "Scarlett," panggil Raka seraya membuka pintu. Ia memasukkan kepalanya terlebih dahulu untuk melihat situasi kamar Scarlett.     

Kamarnya terlihat rapih tidak berantakan sama sekali. Melihat Scarlett yang tidak ada di kamar, membuatnya kini sepenuhnya masuk ke kamar Scarlett. Ia menatap pintu kamar mandi, tetapi di kamar mandi ia tidak mendengar suara gemercikan air sama sekali.     

Ia kemudian berjalan ke arah lemari pakaian dan disana sudah tidak ada sama sekali pakaian Scarlett. "Wah, sepertinya dia sudah pergi. Dasar, wanita tidak punya sopan santun. Bisa-bisanya pergi tanpa berpamitan. Udah di rawat, tapi enggak tahu terimakasih!" cibir Raka kemudian ia pun pergi dari kamar Scarlett.     

Raka pun tidak ada niatan mencari Scarlett. Ia membiarkan saja jika Scarlett pergi. Lagi pula Scarlett sudah lebih baik-baik saja di bandingkan sebelumnya. Hari-hari berlalu, Raka menghabiskan liburannya sendiri tanpa memberitahukan pada Kenan jika dirinya sedang memgambil libur. Selama kurang lebih satu minggu ia berlibur, ia benar-benar tidak menghubungi Kenan. Begitupun dengan Kenan yang saat ini sedang sibuk memberi perhatian pada Qia untuk meluluhkan hatinya.     

Seperti saat ini, Kenan menjemput Qia di appartrment Raka. Karena tidak tahu Raka sudah pulang Kenan menunggunya di lobi appartement. Lama ia menunggu Qia di depan lobi appartement ia pun memutuskan untuk menelpon Qia.     

Tepat di dering ke tiga, Qia pun mengangkat telponnya. "Dimana? kakak udah di bawah," ucap Kenan sambil menatap ke arah lobi appartement.     

["Aku udah berangkat duluan," ] jawab Qia dari sebrang telpon.     

"Kok duluan, biasanya berangkat bareng?" tanya Kenan heran. Ia sudah berangkat pagi-pagi bahkan hari ini ia berangkat lebih pagi tetapi Qia malah berangkat duluan.     

["Ada bang Raka, aku enggak enak. Lagi pula inget kak, jangan tunjukin ke orang luar,"] ucap Qia mengingatkan.     

"Hum, Ya, sudah kalau gitu. Sampai bertemu di kantor," ucap Kenan kemudian mematikan sambungan telponnya.     

Kenan menatap pintu lobi appartement. Haruskah ia menemui Raka saat ini, untuk mengecek bagaimana ke adaan Raka. Ia pun baru sadar, jika sudah beberapa hari ia tidak menemui Raka. Namun, jika ia menemui Raka rencananya akan sia-sia bukan? tanyanya dalam hati.     

Kenan pun memutuskan untuk segera menghidupkan mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan area lobi appartement Raka. Dari pintu masuk basement appartement Raka bisa melihat mobil Kenan yang sedang melaju ke luar dari gerbang appartment.     

Raka mencengkram stir mobilnya menatap kepergian mobil Kenan. "Untuk apa kamu kesini, Ken?" tanyanya entah pada siapa.     

"Jika kamu masih menginginkan kita bersama, kenapa kamu mengakhiri hubungan kita. Aku bisa menerima jika kamu akan menikah. Aku rela kamu duakan, tapi mengapa kamu pergi begitu saja?" tanya Raka masih menatap ke arah pintu gerbang di mana mobil Kenan yang tadi terlihat sebelum akhirnya mobil Kenan melaju bersama dengan mobil-mobil lainnya.     

Raka pun mulai melajukan mobilnya untuk pergi ke kantor. Sampai di kantor, ia pun tersenyum manis untuk membalas sapaan para karyawannya. Ia masuk ke ruangannya kemudian meletakkan tas kerjanya di atas meja kerja. Ia hari ini hanya berpakaian santai, karena memang perusahaan yang ia pimpin tidak mengaharuskan selalu memakai pakaian formal.     

Raka mulai membuka beberpa dokument yang menumpuk di meja kerjanya. Satu panggilan dengan Ia caller Alura terpampang di layar handphonenya. Ia pun dengan malas mengangkat telponnya. ["Sayang, dimana?"] tanya Alura dengan suara manjanya.     

"Kantor," jawab Raka singkat.     

["Ketemuan yuk, Yang. Kangen nih,"] ucap Alura dengan suara manjanya.     

"Ketemuan di mana?" tanya Raka dengan malas.     

["Hum, nanti aku kasih tahu deh, makan dimana. Sekarang aku siap-siap untuk berangkat ke tempat pemotretan dulu ya, sayang,"] ucap Alura begitu manja.     

"Hum," jawab Raka yang hanya bergumam.     

Alura pun mematikan sambungan telponnya, setelah itu Raka kembali fokus dengan pekerjaannya. Sekitar pukul 11 siang, Alura kembali menelpon Raka. ["Sayang, kita enggak jadi ketemuan, ya. Kerjaan aku belum beres. Huh, sebel banget. Padahal udah kangen berat sama kamu,"] ucap Alura dengan suara kesalnya, tetapi masih terdengar manja.     

"hum," jawab Raka yang hanya bergumam.     

["Kok, jawabnya hum aja sih, yang?"] tanya Alura dengan nada suara merajuk.     

"Terus aku mau jawab apa?" tanya Raka malas.     

["Kamu, kan, bisa jawab iya. Atau inisiatif untuk datang nemuin aku gitu. Aku, kan, kangen sayang,"] ucap Alura yang kembali bersuara dengan nada merajuk.     

"Kamu tahu kan, seminggu kemarin aku habis ada kerjaan ke luar kota. Jadi, aku capek. Kalau hanya sekedar ketemuan dimana aku ladenin. Tapi, kalau aku harus ke lokshoot. Maaf aku enggak bisa. Kalau memang kamu kangen, kamu kesini saja," jawab Raka yang yang sudah kesal dsn suarana terdengar meninggi.     

Hatinya saat ini tidak stabil, ia sedang tidak ada gairah untuk membuat wanita-wanitanya bahagia. Separuh nyawanya seperti sudah tidak ada lagi. Melepaskan Kenan membuat dirinya benar-benar merasa kehilangan.     

["Yah, Yang. Jangan marah dong, aku, kan tadi cuma bilang. Kalau kamu memang enggak mau ya, udah. Lain kali aja kita ketemuan. Semoga aja secepatnya jadwal aku bakalan selesai, jadi kita bisa ketemuan."]     

"Hum," jawab Raka yang kembali hanya bergumam saja.     

["Ya udah deh, Yang. Sepertinya kamu sibuk. Sampai ketemu di lain hari ya, mmuach,"] ucap Alura yang hanya di balas gumaman oleh Raka. Raka pun segera mematikan sambungan telponnya kemudian ia melihat jam dinding.     

Ia pun merapihkan barang-barangnyaa kemudian mengambil kunci mobilnya. Ia akan pergi untuk mencari makan. Walau suasana hatinya sedang tidak baik, bukan berarti ia tidak mempeduliakan kesehatannya. Raka sangat menjaga kesehatan tubuhnya, walau terkadang ia meminum minuman beralkohol.     

Raka hanya meminum-minuman keras saja. Merokok hanya terkadang saja jika ia sedang ingin merokok. Berbeda dengan Kenan, Kenan memang bisa minum tetapi ia jarang melakukannya semenjak kembali ke Indonesia. Hanya jika sedang ingin saja ia baru minum-minuman beralkohol.     

Ia keluar dari ruangannya dan berjalan menuju parkiran. Perusahaan yang di kelolah Raka memiliki dua lantai. Bangunannya di buat seperti bukan tempat kerja pada umumnya. Dimana ruangan devisi di sekat-sekat. Perusahannya di desain seperti tempat untuk bersantai saja. Ruangan rapat saja tidak ada mejanya. Hanya ada kursi-kursi santai dan meja kecil untuk meletakkan laptop jika sedang ada yang di presentasikan. Hampir seluruh bagian depan bangunan itu terbuat dari kaca. Sehingga dari luar, orang bisa melihat apa saja yang di kerjakan orang-orang di dalam sana.     

Perusahaan yang di kelola Raka benar-benar sangat nyaman, pergi ke kantor seperti sedang pergi ke tempat bermain atau pergi ke cafe karena suasananya yang benar-benar nyaman. Bangunan ini adalah desain yang di buat Raka bersama Kenan. Ia yang mencetuskan ide bagaimana tempat kerja yang menurutnya nyaman untuk bekerja. Bahkan ruangan untuk rapat saja di desain khusu dimana ruangan itu bisa berubah sesuai dengan keinginan. Semisal ingin suasana seperti sedang berada di pantai maka ruangan itu akan berubah menjadi suasan pantai. Karena memang seluruh dinding di pasang layar lcd besar supaya suasana rapat lebih nyaman.     

TBC….     

Yuhuu.... UP AGAIN GUYS... YA ALLAH BERAPA MALAM INI STAMINAKKU KURANG BAGUS, JADI KURANG EFEKTIF NULISNYA. KOMENT LOVE DAN POWER STONENYA YUK GUYS... HEHEHEHE...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.