Menikah dengan Mantan

WARNING !! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL



WARNING !! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL

0HAPPY READING GUYS...     
0

Janu, Flora dan Sabana berpamitan pulang. Kini mereka berjalan bersama menuju lift. Sabana dan Flora jalan berdampingan sedangkan Janu ada di belakang mereka berdua. Mereka masuk ke dalam lift, Sabana dan Flora masih asik bercerita hingga lift berhenti di lantai berikutnya.     

"Siang pak," sapa Flora pada pria yang masuk ke dalam. Kenan masuk ke dalam dengan raut wajah seperti biasanya.     

"Hum," jawabnya singkat.     

Sabana tanpa sadar mengusap perutnya sambil merapalkan kata supaya anaknta tidak seperti pria yang di sapa Flora. Flora menatap sinis pria yang juga masuk ke lift. Siapa lagi kalau bukan Lintang, si musuh bebuyutannya.     

"Siapa yang sakit pak?" tanya Flora menatap Kenan.     

"Qia," jawab Kenan singkat .     

"Qia? sakit apa pak, Qia. Apa sakitnya parah?" tanya Janu tiba-tiba. Entah kenapa Janu tiba-tiba bertanya seperti itu padahal ada Flora calon istrinya.     

Kenapa mengernyitkan dahinya dan melirik sekilas pada Janu. "Demam," jawabnya singkat kemudian ia melangkahkan kakinya keluar dari lift karena lift sudah terbuka tepat setelah ia menjawab pertanyaan Janu.     

"Oh, iya Flora," ucap Kenan seraya membalikkan tubuhnya.     

"Iya, pak," jawab Flora menatap Kenan.     

"Mungkin saya tidak bekerja beberapa hari karena menemani Qia. Kamu handle semua pekerjaan seperti biasanya."     

"Baik, pak," jawabnya setelah mendengar jawaban dari Flora, Kenan pun melangkahkan kakinya lergi dari sana.     

"Flo, itu bos lo?" tanya Sabana ketika langkah Kenan sudah menjauh.     

"Iya, kenapa?"     

"Ganteng sih, tapi--"     

"Masiu gantengan juga gua," ucapa seseorang yang masih berdiri di dekat mereka. Flora, Sabana dan Janu pun menoleh ke arah orang yang berkata dengan nada sombongnya.     

"Playboy cap ikan anjing. Diem deh, lo. Enggak ada yang ngajak ngomong lo!" ucap Flora dengan mata membulatnha sangking kesal dengan Lintang yang seperti api yang menyambar minyak. Padahal ia dan Sabana sama sekali tidak mengajaknya bicara.     

"Dih, siapa juga yang ngajak ngomong kebun safari," ucap Lintang kemudian berjalan pergi meninggalkan merek bertiga.     

"Dasar playboy cap anjing!" umpat Flora kesal.     

Sabana mengusap perutnya, "Jangan dengerin omongan onty mu ya nak. Mulutnya onty memang suka enggak di saring, jadi jangan di dengerin ya sayangnya mama," ucao Sabana seraya mengusap perutnya dan menatap perutnya.     

Flora menatap malas Sabana sedangkan Janu menatap punggung Janu yang sudah menjauh itu. Mereka pun kembali berjalan dengan Janu yang tetap berada di belakang dua orang wanita itu. Mereka sudah di dalam mobil dan posisi duduknya masih sama seperti yang pertama mereka berangkat tadi.     

"Makan siang di luar aja, yuk," ajak Flora seraya menatap Sabana dan Juna bergantian.     

"Ke Old Dissy Resto n Cafe aja, yuk. Udah lama nih, kita enggak ke sana," ucap Flora seraya menolehkan kepalanya menatap Flora.     

"Hayuk, yuk. Gua udah lama enggak makan Chiken Parmigiananya. Humm.... jadi ngiler gua," ucap Flora sambil membayangkan menu makanan yang ia suka.     

"Hum," ucap Sabana.     

"Jadi mau makan di sana saja?" tanya Janu karena Flora dan Sabana sepertinya sibuk membayangkan makanan di tempat makan favorite mereka.     

"Iya," jawqb Sabana dan Flora bersamaan. Flora dan Sabana pun saling berpandangan, tidak lama setelah itu. Mereka pun tertawa bersama. Janu hanya mengelengkan kepalanya saja melihat kelakuan dua krang sahabat ini.     

Melihat betapa kompak mereka berdua dan saling menyayangi satu sama lain membuat Janu terkadang iri pada mereka. Janu tidak memiliki teman yang begitu dekat dengannya. Teman-teman semasa SMA nya ya hanya sekedar teman saja tidak lebih. Teman-teman kerjanya pun juga hanya sebatas teman kerja. Jika sedang keluar bersama ya keluar bersama, tetapi tidak ada yang sedekat seperti Flora dan Sabana. Apakah seorang pria tidak bisa mendapatkan sahabat dekat seperti Flora dan Sabana. Pertanyaan itu terkadang muncul dalam benaknya jika ia sedang iri dengan kedekatan Flora dan Sabana.     

"Kasih tunjuk arahnya," ucap Janu menatap Sabana kemudian Flora dari kaca spion.     

"Iyq " jawab Flora.     

Di perjalan menuju tempat tujuan, lagu dari Ed Sehreen dan Ariana grande yang kini menemani mereka. "Oh iya Flo, dokter tadi itu siapa? Kok, kayak ya kamu enggak suka banget sama dia?"     

"Orang gila!" jawab Flora ketus.     

Sabana yang mendengar jawaban dari Flora hanya tertawa saja mendengarnya.     

"Apa kamu kenal Ana?" tanya Janu yang langsung menghentikan tawanya. Sabana masih belum terbiasa dengan panggilan Janu padanya. Itu sebabnya ia langsung terdiam karena Janu bertanya padanya.     

Janu menatao sekilas Sabana kemudian ia kembali fokus ke jalanan. Ia mau bertanya pada Flora, tetapi sepertinya Flora tidak menyukai pria itu. Ia ingin tahu, siapa pria tadi. Apakah pria tadi mantan Flora, itu sebabnya Flora tadi tidak suka melihat kehadiran pria tadi.     

"Cerita enggak nih, Flo?" tanya Sabana menatap ke arah Flora yang memainkan handphone.     

"Terserah!" jawab Flora malas.     

"Apa dia mantan mu?" tanya Janu seraya menatap sekilas Flora dari kaca spion.     

"Dih, najis amat aku punya mantan playboy cap anjing kayak dia!" jawab Flora seraya menatap ke arah Janu. Amit-amit dia berpacaran dengan plyaboy cap anjing seperti Lintang Galai Putra. Pria sombong dan pengganggu. Ia sudah lama tidak bertemh dengan Lintang semenjak ayahnya masuk penjara karena kasus suap dan ia dengar-dengar ayahnya bunuh diri karena malu sedangkan ibunya ada berita bahwa ibunya meninggal ada juga yang menyebutkan ibunya itu pergi dan meninggalkan dirinya sendiri. Ia tidak menyangka setelah bertahun-tahun ia bertemu kembali dengan Lintang. Namun, sifat Lintang sepertinya tidak ada bedanya sama sekali.     

"Dokter tadi musuh alami Flora semenjak SD sampai SMA. Dan sepertinya ini pertama kalinya Flora bertemu dengan Lintang."     

"Hum, begitu," ucap Janu mengangguk-anggukan kepalanya.     

Tidak ada pembicaraan sama sekali di mobil hingga akhirnya mobil pun berhenti di parkiran Old Dissy Resto n Cafe. Mereka bertiga pun ke luar dan berjalan menuju pintu masuk dengan posisi yang masih sama. Flora dan Sabana jalan bersisian sedangkan Janu jalan di belakang mereka berdua.     

"Selamat siang, selamat datang di Old Dissy Resto n Cafe," sapa pelayang yang menjaga pintu.     

"Siang mbak," balas Flora dan Sabana dengan senyuman yang begitu cerah.     

Mereka pun masuk dan duduk di kursi sofa yang ada di bagian tengah cafe. Tidak begitu ke tengah, hanya hampir di tengah. "Siang mbal Flora mbak Sabana," sapa seorang pelayan wanita bernama Eka.     

"Hai Eka, lama kita engggak ketemu," ucap Flora seraya menerima buku menu.     

Eka hanya tersenyum menjawabnya. "So, ada menu apa nih yang baru Ka?" tanya Sabana dan Flora bersamaan.     

"Ah, nyama-nyamain aja lo!" ucap Flora seraya menatap Sabana.     

"Dih, lo nya aja yang ngikut-ngikutin gua," ucap Sabana serya membuka buku menunya.     

"Jadi?" tanya Flora menatap Eka.     

"Menu terbaru kita ada Green Fetucini with shrimp atau Beef dan mix berries."     

"Mix berries?" tanya Flora menatap Eka.     

"Iya kak, itu salad buah dari semua jenis berries dengan mayo berries."     

"Boleh deh satu," ucap Flora.     

"Aku mau Green Fetucini with Shrimp," ucap Sabana.     

"Aku mau mac n chess parmigiana," ucap Sabana.     

"Saya pesan ayam taliwang sama ice lemon tea," ucap Janu menatao Eka.     

"Aku minumnya mint mojito sama cemilannya mau spring roll," ucap Flora.     

"Aku pesan minum Red Flafour," ucap Sabana seraya menatap Eka.     

"Ada lagi kak pesanannya?" tanya Eka seraya menatao Sabana, Flora dan Janu bergantian.     

"Itu aja dulu deh, kak. Nanti kalau mau tambaj kita lesan lagi," jawab Flora.     

"Saya ulangi dulu ya mbak, pesanannya," ucap Eka. Eka pun menyebutkan semua pesanan mereka. Setelah itu ia permisi untuk membuat pesanan mereka seraya membawa semua buku menunya.     

"Sab, foto di sana, yuk," ajak Flora seraya menunjuk salah satu sudut gang sepertinya di rubah suasananya.     

"Ayok," ucap Sabana.     

Mereka berdua pun langsung berdiri dan berjalan ke sudut yang di tunjuk Flora tadi. Mereka berdua benar-benar asyik dengan dunia mereka sendiri dan melupakan jika ada Janu di dekat mereka. Janu hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya karena dia di lupakan begitu saja. Biasanya seorang wanita jika sudah memiliki pasangan akan lebih memilih bersama pasangannya di bandingkan temannya.     

Namun, hanya beberapa orang yang saat bersama temannya bisa lebih memilih temannya di bandingkan dengan pasangannya. Janu tidak mempermasalahkannya sama sekali, ia malah senang jika Flora dekat dengan Sabana. Apalagi setahunya Sabana sedang ada masalah dengan suaminya. Tapi ia tidak tahu pasti ada masalah apa. Biarkan itu menjadi pembicaraan para wanita saja.     

Di rumah sakit, saat ini Lintang sedang berada di ruang rawat Qia. Kenan sedang ke luar mencari makan, jadilah ia bisa di ruangan Qia. "Bagaimana? Apakah hari ini sudah lebih baik dari kemarin?" tanya Lintang yang tidak lupa dengan senyumannya.     

"Hum, terimakasih atas bantuannya kemarin, dok," ucao Qia seraya tersenyum menatap Lintang.     

"Iya, sama-sama."     

"Kemarin, bagaimana bisa dokter ada di depan pintu?" tanya Qia.     

Saat ini Qia sedang duduk bersandar dengan posisi tempat tidur yang bagian kepalanya di tinggikan. "Aku khawatir karena kamu bilang kamu tidak enak badan. Jadi, kebetulan aku lagi enggak ada jadwal aku jenguk kamu," jawab Lintang yang hanya sebuah kebohongan.     

Ia datang hanya untuk mebuat Qia tersentuh karena dirinya ada di samping Qia ketika sakit. Tidak seperti Kenan yang malah pergi meninggalkannya sendiri di rumah. Ketika melihat wajah merah dan bibir pecah-pecah Qia Lintang langaung terlihat khawatir. Mungkin karena ia seorang dokter, itu sebabnya ia merasa khawatir melihat ke adaan Qia. Perasaan yang awalnya ingin terlihat keren, saat itu hilang seketika. Yang ia pikirkan adalah segera membawa Qia ke rumah sakit. Apalagi tubuh Qia yang saat itu begitu panas yang ternyata suhu tubuhnya hampir empat puluh derajat celcius.     

Dan hari ini, Lintang siap melancarkan aksinya lagi untuk membuat Qia tersentuh. Jiwa menkalukan Lintang tidak akan hilang begitu saja walau kemarin dirinya begitu khawatir dengan keadaan Qia.     

TBC....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.