Menikah dengan Mantan

Bab 14



Bab 14

Seperti apa yang Tata percayai, ia kini semakin gencar mendekati Kenan. Kenan berusaha menghindar, tapi apa yang terjadi, Tata tetap pada pendiriannya untuk membuktikan rasa cintanya. "Kak, aku beliin somay. Di makan dulu, kak, jangan belajar terus."     

"Ta, kita ini mau lomba. Ngertiin dong, jangan gangguin Kenan mulu. Lo mau gara-gara lo ganggu sekolah kita gak menang lomba?" tanya Aurora siswa yang akan ikut lomba fisika bersama Kenan.     

"Bukan aku gak ngertiin, Kak. Tapi, namanya belajar juga butuh tenaga. Kalau gak makan, gimana bisa punya tenaga."     

"Gua tahu! lagian, lo gak usah sok peduli. Kalau Kenan nanti mau makan, dia juga bakalan makan!" kesalnya.     

"Kak Aurora kenapa sih, kok kayaknya gak suka banget aku disini?" tanya Tata karena ia merasa Aurora bersikap berbeda padanya.     

"Gua cuma gak suka di ganggu saat gua lagi konsen!" ketusnya dan ia langsung berdiri kemudian merapihkan buku-bukunya. "Lebih baik, kita belajar sendiri-sendiri aja, gua gak bisa konsen kalau ada orang yang usik!" ucapnya kemudian ia melangkah pergi dari ruang perpustakaan.     

Kenan menutup matanya rapat-rapat kemudian menghembuskannya secara perlahan untuk meredahkan rasa kesalnya. "Lo tuh, maunya apa, sih?" tanya Kenan yang sudah lelah dengan prilaku Tata.     

"Tata suka Kakak, mau gak Kak, Ken--"     

"Enggak!" tegas Kenan dengan suara sedikit meninggi membuat penjaga perpustakaan memperingati Kenan.     

"Ya, udah, kalau sekarang kakak belum mau. Aku yakin, suatu saat Kakak akan mau sama aku," jawabnya masih dengan senyuman manisnya.     

Kenan mengepalkan tangannya erat kemudian menghembuskan napasnya, ia kembali menghadap bukunya dan mencoba fokus dengan apa yang ia pelajari. Walau Tata hanya diam sambil memandangi ke arahnya, itu membuatnya susah untuk konsentrasi.     

"Lebih baik, lo pergi, deh," ucap Kenan begitu datar tanpa menatap Tata.     

"Kakak makan dulu, jangan sampai telat makan. Olimpiade memang penting, tapi kesehatan itu lebih penting dari apapun. Kalau sampai sakit, bisa-bisa--" ucapan Tata terhenti ketika Kenan meletakkan buku cetak ke bibirnya membuatnya sangat kesal.     

Tata menepis tangan Kenan kemudian ia bersedekap sambil mengerucutkan bibirnya kesal. "Apa susahnya, sih, Kak, untuk makan?" tanyanya kesal.     

Tata mengambil piring somay yang ada di hadapan Kenan, ia pun memakan somaynya dengan cepat padahal ia tidak menyukai somay. Ia berusaha memakannya walau rasa mual itu sudah terasa di tenggorokannya. Ia terus makan dengan air mata yang sudah menetes di sudut matanya.     

Tangan Kenan kini sudah memegang pergelangan tangan Tata saat ia akan menyuap lagi, padahal di mulutnya masih penuh. "Udah berapa kali gua bilang, jangan nangis di hadapan gua!" tegas Kenan dengan suara sedikit tertahan.     

Tata mengunyah makanannya sambil menatap Kenan dengan air mata yang terus mengalir, setelah tertelan Tata memindahkan sendoknya dan memakan menggunakan tangan kiri walau sedikit susah. "Jangan makan lagi!" tegas Kenan yang kini memegang tangan Tata.     

Tata mengunyah makanannya dan menelanya secara kasar mambuatnya sedikit tersedak. Dengan cepat Kenan langsung membukakan botol air mineral yang tadi di bawa Tata. Tata bukannya mengambil mineralnya ia malah berdiri dan segera berlari ke luar perpustakaan. Kenan sempat terkejut dan hanya diam duduk di kursinya, sampai akhirnya ia tersadar dan segera mengejar Tata.     

Beberapa siswa dan siswi hanya memperhatikan Tata yang berlari dan Kenan yang sedang mengejarnya. Kenan menghentikan langkahnya saat tahu Tata masuk ke dalam toilet. Ia pun berdiri di luar dekat pintu masuk, tidak peduli dengan beberapa siswi yang ke luar dari toilet di buat terkejut dan memandang aneh padanya.     

"Tata, di mana Tata?" tanya Nathan dengan napas tersengal-sengal menghampiri Kenan.     

"Dia ada di toilet."     

Nathan menegakkan badannya kemudian sambil mengatur napasnya ia menatap Kenan. "Apa yang terjadi, kenapa kalian berlarian di koridor dan berakhir di sini?" tanya Nathan yang mulai bernapas dengan stabil.     

"Gua gak tahu, dia tadi tersedak dan saat gua memberinya minum ia malah berdiri dan belari ke toilet."     

"Dia tersedak apa?" tanya Nathan.     

Belum sempat Kenan menjawab, Tata keluar dengan wajah lemasnya. "Kak," panggil Tata dengan suara lirihnya.     

"Ta," ucap Nathan dan segera berdiri di samping adiknya.     

"Gendong," ucapnya manja.     

"Haish! gua baru dateng udah di suruh gendong aja!" kesalnya, tapi ia tetap berjongkok di depan adiknya supaya Tata bisa naik ke punggungnya.     

"Anterin ke UKS ya, habis itu beliin aku teh anget gula dikit atau tanpa gula," pintanya.     

"Mual?" tanya Nathan yang kini sudah berdiri sambil menggendong adiknya.     

"Ia, tadi mau coba makan somay karena kelihatan enak. Eh, malah mual dan akhirnya isi perutku habis," ucap Tata yang sudah menyandarkan kepalanya di bahu Kakanya.     

"Hah! udah tahu gak bisa makan olahan ikan, masih aja maksa makan!" kesal Nathan.     

Kenan hanya diam tanpa berucap apa-apa. "Kak, Ken, jangan lupa makan," ucap Tata sebelum Nathan membawanya pergi UKS.     

Kenan diam menatap punggung Tata yang mulai menjauh. "Kenapa dia masih baik? Padahal aku sudah membuatnya seperti ini," ucapnya masih terus memandangi punggung Tata yang sudah samar-samar.     

Hari berlalu acara olimpiade fisika pun sudah berlalu dan setelah Tata memberikan selamat pada Kenan karena ia berhasil menjuarai lomba, Tata kembali mengungkapkan perasaannya di depan teman-teman yang sedang memberi Kenan dan Aurora ucapan selamat. Tidak ada respon sama sekali dari Kenan, ia hanya diam membuat Tata hanya menyungingkan senyumannya.     

Satu minggu sudah berlalu, Tata tidak pernah mendekati Kenan lagi hanya saja kebiasaan ia yang membawakan sarapan dan di letakkan di laci meja Kenan masih tetap ia lakukan. Tata selalu duduk bersama Kakak dan teman-temannya karena ia tidak mau mendengar gunjingan orang-orang di sekitarnya.     

Di dekat Kakanya tidak ada yang berani menggunjingnya karena mereka semua sudah mendapat peringatan keras saat kejadian Tiara. Kenan hanya memperhatikan Tata dari kejauhan yang sedang tertawa bersama dengan teman-teman kakanya. "Ta, Kenan ngelihatin lu terus, tuh," ucap Aska yang duduk tepat di depan Tata.     

Tata akan membalikkan tubuhnya tapi Nathan segera merangkul pundak adiknya. "Jual mahal, Ta. Pura-pura gak peduli," ucap Nathan sambil mengambil minumannya.     

"Bener, jangan menoleh, Pura-pura aja kamu gak tahu. Yakin, deh, nanti dia bakalan balik ngejar-ngejar kamu," ucap Radit yang duduk di sebelah Tata.     

"Apa gak apa Kak, kayak begini?" tanyanya menatap Kakak dan teman-teman Nathan secara bergantian.     

"Kita lihat aja, nanti," ucap Nathan sambil mencubit pipi chubby adiknya.     

"Sakit!" kesal Tata.     

***     

Sepulang sekolah Tata tidak langsung pulang, ia masih menunggu kakaknya yang sedang ada urusan dengan OSIS. Tata menunggu kakaknya di belakang sekolah yang biasanya menjadi tempat Kenan untuk menghabiskan waktunya menyendiri.     

Tata duduk sambil mengayunkan kakinya menatap lurus ke depan, hingga seseorang duduk di sebelahnya. Sebisa mungkin Tata tidak menoleh ke arah orang yang duduk di sampingnya. "Lama kamu gak ke sini," ucap orang itu yang menatap lurus ke depan. Tata diam tidak menjawab, laki-laki di sampingnya itu kini menatapnya.     

"Bukankah di sini tempat yang tenang?" tanya lelaki di sampingnya itu seraya tersenyum. Tata lagi-lagi diam tidak menanggapi.     

"Ta, balik!" panggil Nathan yang ada di dekat tembok sekolah tidak jauh dari dirinya. Ia dan Kenan menoleh bersamaan.     

"Iya," jawab Tata dan ia pun berdiri. Baru juga ia akan melangkah, pergelangan tangannya di pegang oleh Kenan.     

"Apa pertanyaanmu masih berlaku?" tanyanya menatap intens Tata.     

"Pertanyaan yang mana?" tanya Tata tanpa ekspresi padahal dalam hati ia sudah berteriak histeris. Jantungnya berdegup seperti akan melompat ke luar.     

"Maukah kamu jadi pacarku?"     

Tata mengernyitkan dahinya, "Aku gak pernah bilang begitu."     

"Waktu kamu kasih selamat, kamu bilang--" Kenan menghentikan katanya dan menundukkan kepalanya tidak berani melanjutkan perkataannya.     

"Ta!" panggil Nathan lagi.     

"Iya! Bawel ish," teriak Tata kesal.     

"Udah, ya, Kak. Tata pulang," ucap Tata melepaskan tangan Kenan dari tangannya.     

"Aku mau," ucap Kenan yang kembali memegang pergelangan tangan Tata.     

Tata mengangkat satu alisnya mendengar ucapan Kenan. "Aku mau jadi pacar kamu,"     

"Becanda, deh," ucap Tata malas.     

"Ta, gua tinggal, nih!" teriak Nathan.     

"Gua yang akan antar Tata pulang," ucap Kenan yang kini menatap Nathan dengan tangan yang masih memegang pergelangan tangan Tata.     

Nathan diam sedangkan Tata sudah senyum-senyum tidak jelas karena bahagia. "Lo mau pulang bareng dia?" tanya Nathan menatap adiknya.     

"Terserah Kakak, di ijinin apa enggak."     

"Sebelum magrib, udah harus sampai rumah!" tegas Nathan dan langsung membalikkan tubuhnya melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Sambil berjalan ia pun menyungingkan senyumnya karena melihat adiknya yang tersenyum.     

Kini Kenan menatap Tata yang kembali berwajah datar. "Ta, maaf kemarin aku hanya diam. Aku hanya gak terbiasa dengan pernyataan cinta di depan umum. Aku terlalu terkejut," ucapnya yang kini sudah menggenggam ke dua tangan Tata.     

Tata tersenyum kemudian ia berjenjit dan memeluk leher Kenan. Wajah Kenan yang tadinya serius kini berubah ceria dengan senyumannya.     

****     

"Tata, kamu mau ngapain?" tanya Kenan yang berteriak pada Tata yang berdiri di pembatas dinding di rooftop rumah sakit.     

Dengan wajah pucat, punggung tangan yang masih mengeluarkan darah ia menatap Kenan. "Maafin Tata," ucapnya setelah itu ia menjatuhkan dirinya. Belum sempat Tata terjatuh Kenan segera menarik tubuh Tata hingga Tata terjatuh di atas tubuhnya.     

Suara tangisan Tata mulai terdengar di dada Kenan. Kenan hanya menghembuskan napasnya dan membiarkan Tata menangis di dadanya. Ia menatap langit dini hari yang tampak bersinar karena bulan yang bulat sempurna serta beberapa bintang yang menghiasinya.     

Wanita di pelukannya adalah wanita yang ingin ia hindari sejak ia lulus sekolah dan menempuh pendidikan kuliahnya. Namun, takdir ternyata masih mengikat mereka hingga ia harus bertemu kembali dengan wanita ini.     

TBC...     

Yuhuu... Akhirnya up lagi. :face_with_hand_over_mouth::face_with_hand_over_mouth:     

Pliss banyakin Koment, Vote dan Power stonenya ya...     

Terimakasih yang sudah Koment, Vote dan kasih power stonenya. :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     

Kira-kira, apa yang akan terjadi selanjutnya ya... :thinking_face::thinking_face:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.