Menikah dengan Mantan

Bab 12



Bab 12

0Hari berlalu, hari ini Tata berangkat bersama Nathan ke sekolah. Selama masa ospek mereka tidak berangkat bersama dan selama ospek pun Nathan selalu membuat Tata susah dengan menyuruhnya ini dan itu. Tidak ada yang tahu jika Tata adiknya sehingga orang-orang yang melihat mereka bersama langsung berpikir jika mereka ada hubungan.     
0

"Belajar yang bener!" peringat Nathan sambil mengacak rambut adiknya saat mereka sampai di depan kelas Tata.     

"Rese!" kesal Tata sambil merapihkan rambutnya.     

"Hahahahaha, udah, sana, masuk!" ucapnya yang di turuti Tata.     

Tata berjalan masuk sambil menggerutu tidak jelas. Ia duduk di kursinya dengan kesal. "Lo di anter sama Kak Nathan?" tanya Jingga -- teman sebangkunya.     

"Iya, kenapa?"     

"Lo tanya kenapa? sakit, lo."     

"Apaan, sih, Jing!" kesal Tata. Moodnya belum baik karena rambutnya di acak Kakaknya.     

"Eh, jangan panggil gua Jing, di kiranya Anjing lagi!" kesal Jingga.     

"Emangnya kenapa sih, JINGGA, kalau gua bareng sama Kak Nathan?" tanya Tata menekan kata Jingga.     

"Waktu ospek kemarin, kan, kelihatan banget Kak Nathan selalu ngerjain, lo. Terus, sekarang dia berangkat bareng, lo?" tanya Jingga tidak percaya.     

"Ya karena kemarin ospek, dia jadi gak boleh pilih kasih. Makanya dia reseh ngerjain gua!" kesal Tata.     

"Lo pacaran sama dia?" tanya Jingga menatap serius Tata.     

Baru juga Tata membuka mulutnya suara gaduh dari depan pintu mengalihkan ke duanya. "Mana cewek yang namanya Tata?" tanya seorang wanita berbaju ketat hingga dua kancing paling atas seperti berteriak minta di lepaskan karena terlalu ketat. Rok sekolahnya yang seatas lutut menampilkan kaki jenjangnya yang mulus juga bokongnya yang semok karena ketat.     

"Itu, Ra, yang namanya Tata," ucap salah satu wanita yang datang bersama gadis yang mencari Tata.     

"Jadi, lo yang namanya Tata?" tanya gadis itu dengan tatapan marahnya.     

"I...iya, Kak. Ada apa ya?" tanya Tata gugup.     

"Ada apa kata, lo?" tanya gadis itu menatap kesal Tata     

"Denger ya murahan, jangan lo deketin Nathan. Karena Nathan cuma punya gua?"     

Tata yang awalnya takut kini menatap malas pada gadis di depannya ini. Sungguh, memangnya siapa dia sampai-sampai ngelarang Kakaknya untuk dekat dengan gadis lain.     

"Emang Kakak siapa? sampai-sampai gak bolehin Kak Nathan deket cewek lain?" tanya Tata dengan malas.     

"Gua pacarnya, mau apa lo?" tanyanya dengan nada menantang.     

"Pacar?" tanya Tata mengernyitkan dahinya. Setahu dia, Kakaknya itu tidak pernah memiliki kekasih. Apa kakaknya malu memiliki kekasih model pela*** seperti ini.     

"Iya, gua pacarnya. Jadi, gua peringatin ke lo untuk gak deket-deket pacar gua! Kalau sampai lo masih deket-deket pacar gua, gua gak segan-segan ngasih peringatan keras ke lo!" tegasnya sambil menunjuk-nunjuk wajah Tata.     

Emosi Tata pun naik, ia tidak suka jika di tunjuk-tunjuk. "Jaga ya, tangannya!" tegas Tata sambil menepis tangan Tiara-- gadis yang mengaku pacar Nathan. "Perempuan kayak Kakak gak usah ngaku jadi pacarnya kak Nathan!"     

"Lo, berani sama gua!" tunjuk Tiara lagi membuat Tata kembali kesal. Dengan kasar ia menepis tangan Tiara dan berdiri dari duduknya. "Perempuan yang tampilan pela*** kayak lo, gak pantas untuk kak Nathan!" marah Tata sambil menunjuk Tiara.     

Plak     

Satu tamparan kuat mendarat di pipi Tata hingga ia memalingkah wajahnya. Kenan yang sedang melewati ruang kelas Tata menghentikan langkahnya saat terdengar salah satu anak menjerit melihat darah yang keluar dari hidung Tata.     

"Tiara, lebih baik kita cabut!" ucap salah satu temannya sambil menarik tangan Tiara.     

Suara isak tangis yang terdengar familiar di telinganya membuat ia melangkah masuk hingga seluruh isi kelas yang tadinya sedang ribut siapa yang mau membantu Tata langsung terdiam. Hanya Jingga yang mencoba untuk membujuk Tata ke ruang UKS yang masih bersuara.     

"Udah gua peringati, untuk jangan nangis di hadapan gua!" tegas Kenan dengan suara dinginnya membuat Tata dan Jingga mendongakkan kepalanya menatap orang yang berdiri di samping meja Tata.     

Tata diam seketika dan ia tidak mempedulikan lagi darah yang mengalir dari hidungnya. Tangan Kenan terulur mengambil tisu yang ada di hadapan Tata dan ia menggulungnya untuk menutup hidung Tata yang berdarah. Ia berjongkok kemudian memasukan gulungan kecil tisu ke hidung Tata. "Ganti tisunya kalau masih berdarah!" ucap Kenan begitu dingin. Setelah mengatakan hal itu ia berdiri dan membalikkan tubuhnya untuk melangkah pergi ke luar dari ruang kelas Tata.     

Mereka yang di dalam kelas terdiam melihat apa yang barusan saja terjadi hingga suara gaduh itu terdengar lagi dari depan kelas. "Tata, Tata!" panggil Nathan sambil masuk ke dalam kelas. Ia segera menghampiri adiknya yang terdiam.     

"Hei, lo, gak apa?" tanyanya menatap adiknya yang sedang mengerjapkan matanya.     

"Ta," panggil Nathan lembut sambil berjongkok di samping kursi Tata.     

"Gua gak, apa," ucap Tata sedikit meringis karena pipinya terasa sakit saat di gerakkan.     

"Kita ke UKS ya, pipi lo biru," ucap Nathan sambil memegang pipi adiknya.     

"Sakit," lirihnya dan mulai menangis.     

"Hei,hei, jangan nangis," ucap Nathan dan menarik tubuh Tata untuk di dekap.     

"Ada apa ini?" tanya seorang guru yang baru saja masuk.     

"Nathan!" teriak si guru yang melihat Nathan tidak bergerak dari tempatnya dan ia sedang memeluk seorang gadis. Karena keributan yang baru saja terjadi anak-anak kelas tidak ada yang mendengar bel masuk. Nathan juga saat di beri tahu salah satu temannya jika Tiara sedang mendatangi Tata langsung berlari cepat menuju kelas adiknya tanpa peduli bel masuk sudah berbunyi.     

"Sakit, Kak," ucap Tata dengan suara sesegukan.     

"Nathan, ini kelas, bukan untuk pacaran!" tegas guru yang memiliki bodi springbed dan kacamata yang ketahan pipi karena pipinya tumpah-tumpah.     

"Kita ke UKS, ya," ucap Nathan dan segera mengangkat tubuh adiknya yang begitu ringan itu.     

"Nathan, mau kamu bawa kemana gadis itu!" teriaknya yang tidak di pedulikan Nathan. Saat ini yang dia pedulikan hanya adiknya. Walau mereka sering bertengkar dan semua di mulai dari kejahilan Nathan, ia akan selalu menjadi yang pertama untuk melindungi adiknya.     

Kini mereka sudah ada di ruang UKS, Nathan sudah menurunkan adiknya di brankar yang ada di ruangan tersebut. "Ada apa ini Nathan?" tanya dokter penjaga.     

"Pipinya biru dok, bisakah di obati."     

"Kenapa bisa?"     

"Biasa, perempuan dokter. Rebutin orang ganteng."     

"Kamu, ini, ada-ada saja!" ucap si Dokter sambil menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan absrud Nathan.     

"Tata gak mau di suntik, Kak," ucap Tata dengan wajah takutnya dan ia kembali meringis karena pipinya yang sakit ketika ia berbicara.     

"Bawel! Mau sembuh kagak, Lo!" kesal Nathan.     

Tata tidak menjawab, ia hanya menatap malas Kakaknya. Dokter pun memberikan salep supaya bengkaknya menghilang. Ia juga membersihkan hidung Tata yang berdarah.     

Tata meminta obat pereda nyeri, setelah minum obat ia pun tertidur. Nathan pun kembali kekelas selagi adiknya itu tidur. Sanbil berjalan ke kelas, ia menatap marah ke depan sambil mengomel tidak jelas. Ingatkan dia untuk menghampiri Tiara dan teman-temannya dan memberi peringatan tegas pada mereka.     

TBC...     

Yuhuu... Qia atau Tata balik lagi guys.. So, sedari dulu tangisan Qia memang udah buat Kenan terpengaruhnya. Ada apa dengan Kenan, sampai-sampai ia begitu tidak suka melihat Qia menangis. :face_with_hand_over_mouth::face_with_hand_over_mouth:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.