Menikah dengan Mantan

Bab 25



Bab 25

0:partying_face::partying_face::partying_face: up up up     
0

Happy Reading guys....     

Pagi ini Kenan masuk dengan wajah lesunya. Kantong mata yang menghitam dan raut wajah yang tidak baik sama sekali. Para karyawati pun pada takut untuk menyapanya. Sampai di ruangannya ia tidak menyadari kehadiran kekasihnya yang sudah duduk di kursi kerja menunggunya.     

"Apa kau sudah puas bermain?" tanya Raka begitu dingin membuat Kenan tersentak kaget. Ia mendongakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk lesu.     

"Kenapa kamu di sini?" tanya Kenan sedikit terkejut tanpa menjawab pertanyaan Raka.     

"Apa ada yang salah?" tanya Raka dengan nada suara begitu dingin.     

Ia berdiri dari duduknya dan menghampiri Kenan yang masih menampilkan raut wajah terkejutnya. Raka kini berdiri di hadapan Kenan dan Kenan kini menatap Raka. "Aku akan memaafkanmu tentang hal kemarin asalkan kamu melakukan sesuatu untukku."     

Kenan mengernyitkan dahinya dengan ucapan Raka. "Aku ingin kamu menerima Qia kembali bekerja di perusahaan ini. Dia--"     

"Apa, Qia?" tanya Kenan dengan raut wajah tidak percaya mendengar perkataan Raka.     

"Iya, ada apa? apa kamu tidak mau menerimanya."     

"Dimana dia?" tanya Kenan tanpa peduli dengan pertanyaan Raka.     

"Dia ada di apartemenku, Dia sedang sakit."     

Tanpa berkata apapun, Kenan segera berlari meninggalkan Raka begitu saja membuat Raka membulatkan matanya. Raka segera mengejar Kenan ketika sadar dengan apa yang baru saja terjadi.     

Sayangnya Raka kalah cepat, lift sudah membawa Kenan turun ke bawah. Raka segera menekan tombol lift karyawan untuk mengejar Kenan. Sampai di lobi, ia pun segera berlari ke parkiran untuk mengejar Kenan. Ia kini sudah masuk ke dalam mobilnya, ketika ia akan menghidupkan mesin mobilnya ia pun bisa melihat mobil Kenan masih ada di tempatnya dengan posisi hidup.     

Raka segera turun dan menghampiri mobil Kenan. "Kenan, buka pintunya!" teriak Raka sambil menggedor kaca mobil Kenan.     

Pintu pun terbuka dan Raka dengan kasar membuka pintu mobilnya. "Kamu mau—" ucapan Raka terhenti ketika melihat darah dari hidung Kenan.     

"Astaga, Kenan!" pekiknya terkejut. Ia segera mengambil sapu tangan di saku celana bahannya kemudian mengelap darah dari hidung Kenan.     

"Kita, kerumah sakit ya?" tanya Raka dengan raut wajah khawatirnya.     

Kenan tidak menjawab, tapi dengan cepat Raka membantu Kenan untuk pindah posisi duduknya. Ia masuk ke mobil Kenan dan melajukan mobilnya untuk pergi ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit Raka berteriak seperti orang kesetanan. Memanggil siapapun untuk membantunya.     

Kenan segera di bawa ke ruang UGD, sekitar lima belas menit dokter pun keluar dari ruang UGD. Suster pun memindahkan Kenan ke ruang perawatan biasa.     

"Bagaimana keadaan teman saya dok?" tanya Raka dengan wajah khawatirnya.     

"Teman anda kelelahan juga dehidrasi, itu sebabnya ia sampai mimisan dan pingsan."     

"Tidak ada yang bahaya sama sekali kan dok?"     

"Tidak ada pak, jadi bapak tidak perlu khawatir."     

"Apa saya bisa menemuinya dok?"     

"Silahkan pak, bapak bisa menemuinya. Hanya saja kalau bisa biarkan teman bapak beristirahat."     

"Baik, dok," jawab Raka singkat.     

Dokter berpamitan pergi, Raka pun pergi keruang perawatan Kenan. Ia duduk di sebelah brankar Kenan sambil menatap wajah lelah Kenan. Satu tangannya kini sudah mgusap puncak kepala Kenan dengan lembut. "Ada apa sebeneranya dengan kamu Ken? Apa kamu sudah memiliki seorang kekasih?" tanyanya menatap Kenan dengan tatapan yang tidak dapat di artikan.     

Sekitar pukul satu siang Kenan pun membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan pencahayaan yang masuk ke retina matanya. Pandangannya pun mulai jelas dan bau obat rumah sakit yang pertama menusuk penciumannya. "Tata!" teriaknya yang langsung mendudukan tubuhnya. Kenan memegangi kepalanya yang terasa pusing dan begitu berat karena keterkejutannya.     

Ia menatap kesekelilingnya kemudian matanya tertuju pada punggung tangannya yang tertusuk jarum infuse. Kenan menghembuskan napasnya kecewa, ia pikir bau rumah sakit karena adanya Qia tetapi ternyata malah dirinya yang sedang tertidur di ranjang rumah sakit.     

Kenan menekan tombol untuk menaikan posisi bagian kepalanya agar ia bisa bersandar. Ia kemudian mengambil handphonennya yang berada di atas nakas samping ranjangnya. Ia menghidupkan handphonenya dan melihat apakah ada notifikasi pesan penting atau mungkin kabar dari Qia.     

Memikirkan Qia ia jadi teringat perkataan Raka tentang Qia. Apakah Qia ada bersama Raka? pertanyaan itu muncul begitu saja dalam benak Kenan. Tidak lama pintu pun terbuka membuat Kenan menoleh ke arah pintu.     

"Kamu sudah bangun?" tanya Raka yang masuk sambil membawa bungkusan. Ia tidak lupa menutup kembali pintu ruang rawat.     

"Hum," jawab Kenan yang hanya bergumam kemudian ia meletakkan kembali handphonenya di atas nakas.     

"Aku panggilkan dokter dulu," ucap Raka sambil meletakkan makanannya di atas meja sofa.     

"Iya," jawab Kenan singkat.     

Raka pun pergi keluar untuk memanggil dokter selang sepuluh menit dokter datang bersama suster. Dokter mengecek keadaan Kenan yang sudah baik-baik saja dan sore ini Kenan sudah di ijinkan untuk pulang. Setelah selesai memeriksa Kenan, Dokter pun pamit pergi bersama suster.     

"Sebenarnya ada apa sama kamu, semenjak kamu tidak ada kabar beberapa minggu yang lalu, kamu berubah Ken? Ada apa?" tanya Raka dengan wajah seriusnya.     

"Aku lelah, aku ingin istirahat," ucap Kenan dan memejamkan matanya.     

Raka menghela napasnya, ingin marah rasanya. Namun, melihat wajah pucat Kenan membuatnya enggan untuk memarahinya. Raka pun menekan tombol untuk menurunkan kepala ranjang agar Kenan bisa tidur lebih nyaman, setelah itu ia membenarkan selimut yang dipakai Kenan.     

"Aku menginap di appartementmu malam ini," ucap Kenan tanpa membuka matanya untuk menatap Raka.     

"Tapi--"     

"Apa ada masalah?" tanya Kenan dingin sambil menatap Raka.     

"Ah, tidak, tidak ada," jawab Raka salah tingkah.     

Kenan kembali memejamkan matanya dan kembami tidur. Sore pun tiba, Kenan berjalan perlahan di koridor rumah sakit sampai parkiran karena kepalanya yang masih sedikit berat, tetapi walau begitu dokter masih mengizinkannya pulang. Raka ingin membantu Kenan berjalan tapi di tolak keras oleh Kenan. Raka hanya memaklumi saja, apalagi Kenan sedang sakit seperti ini.     

Selama perjalanan Kenan memejamkan matanya, tidak ada pembicaraan di antara mereka hanya ada suara musik dari lagu-lagu ariana grande dan juga ed sheeran yang menemani perjalanan mereka. Sampai di appartement, aroma masakan yang beberapa minggu lalu menghiasi ruang appartrment Kenan kini tercium di ruang appartement Raka.     

Kenan dengan langkah pelan melangkah menuju ruag makan. Di sana ia melihat Raka yang sedang berbicara dengan Qia yang sedanh di dapur. Qia dan Raka menoleh ketika mendengar suara kursi di meja makan yang di tarik. "Sore Pak Kenan," sapa Qia seraya tersenyum.     

Dalam hati Kenan bertanya-tanya apa Qia lupa tentang hubungannya dengan dirinya. Kenan pun hanya diam tidak menjawab sedangkan Qia hanya mampu tersenyum kikuk. "Pak Kenan, apa ada makanan yang ingin bapak makan. Kalau saya bisa buatkan, nanti saya buatkan."     

"Nasi goreng nanas," ucap Kenan.     

"Bapak sedang sakit, lebih baik saya buatkan--"     

"Saya mau nasi goreng nanas!" potong Kenan tegas.     

"Tapi Ken, kamu kan gak bisa makan nanas," ucap Raka karena tahu jika Kenan tidak bisa makan nanas. Jika makan nanas ia akan batuk-batuk.     

"Baik, pak, biar saya belikan nanasnya dahulu," ucap Qia menuruti Kenan. Qia tahu jika Kenan tidak suka nanas karena jika makan nanas ia akan batuk. Namun, berbeda jika nanasnya di campurkan dengan nasi goreng, Kenan sama sekali tidak batuk. Dahulu, Qia sering membuatkannya nasi goreng nanas karena Kenan senang ketika memakan nasi goreng nanas ia tidak batuk sama sekali.     

"Qi, gak usah, Qi," ucap Raka menahan Qia yang akan membuka celemeknya. Ia sudah selesai memasak, hanya saja celemeknya belum di lepas.     

"Enggak apa-apa, Pak. Swalayannya dekat dari sini,"     

"Biar saya temani," ucap Kenan membuat Qia dan Raka kini menolehkan kepalanya menatap Kenan.     

TBC...     

yuhuu.... Koment, Love N Power Stonenya jangan Lupa ya guys...     

Btw, gimana nih? apa Nantinya Qia menjadi bahan rebutan antara Kenan dan Raka atau malah Raka akan membenci Qia dan berusaha menyingkirkan Qia?     

Yuks lah, ramaikan koment kalian guys....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.