Menikah dengan Mantan

Bab 21



Bab 21

Yuhuu... up guys...     

Yuks lah di baca, Happy Reading...     

Kenan terdiam menatap intens Raka, ia tidak tahu apa yang harus ia jawab. Menikah? entah kenapa mendengarnya dari mulut Raka rasanya aneh. Padahal ia pernah berpikir suatu saat ia akan menikah dengan Raka. "Ken," panggil Raka lembut dengan satu tangannya yang kini berada di punggung tangan Kenan.     

Kenan tersentak dan dengan cepat ia menarik tangannya membuat Raka semakin berpikir yang tidak-tidak. "Kenapa?" tanya Raka menatap serius Kenan.     

"Hah, apa?" tanya Kenan salah tingkah.     

"Aku bertanya, apa kita perlu keluar negri untuk menikah?" tanyanya lagi dengan wajah lembut dan senyumannya. Ia ingin membuat Kenan luluh tanpa bermaksud untuk mencurigainya. Ia akan mencari tahu sendiri, ada apa dengan Kenan.     

Suara klakson menyelamatkan Kenan dari tatapan lembut tapi intens itu dari Raka. Raka kembali melajukan mobilnya dan ia pun fokus menyetir. Sampai di kantor, merekapun turun dan Kenan dengan cepat melangkah masuk ke kantor. "Kamu enggak pulang?" tanya Kenan saat mereka sedang menunggu lift.     

"Pekerjaanku sudah selesai, jadi aku bisa tinggal disini. Bukankah kamu bilang jika pekerjaanku sudah selesai, aku bisa pergi kemanapun yang aku mau?" tanya Raka dengan wajah datarnya membuat Kenan hanya tersenyum kikuk.     

Mereka berdua masuk ke lift bersama dan di dalam lift Kenan merasakan keadaan yang begitu tidak baik. Saat ini Raka berwajah serius membuatnya tidak bisa berkutik. Hanya Raka orang yang mampu membuatnya tidak bisa berkutik seperti ini. Pintu lift terbuka, Kenan langsung berjalan keluar dan dengan cepat ia masuk kedalam ruangannya. Ia membuka dasinya kemudian menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. Ia langsung berjalan keruangan design tanpa peduli dengan Raka yang sudah masuk ke dalam.     

Ia menelan salivanya saat mendengar pintu terkunci. Entah, seperti maling yang sudah tertangkap, jantung Kenan berdetak dengan cepat. Tubuh Kenan memang lebih besar dari Raka, tetapi jika Raka sudah mengeluarkan aura dingin dan seriusnya, nyalinya pun akan ciut. Apalagi mungkin ia merasa sudah mengkhianti Raka karena Qia.     

Raka kini sudah berdiri di belakang tubuh Kenan. Tangannya bergerak menyentuh paha Kenan kemudian merambat naik ke atas hingga kini ia meremas miliki Kenan. Kenan terdiam tetapi, detak jantungnya yang memburu pun tidak bisa ia kendalikan. Perlahan Raka membalikkan tubuhnya hingga kini ia bisa melihat wajah Kenan.     

Raka memegang dagu Kenan dan ia tersenyum penuh arti. Tangannya kini sudah ada di pundak Kenan kemudian turun kebawah menyentuh dada Kenan. Ia menjinjit kemudian menghirup cerukan leher Kenan dan juga menjilatnya. Tangannya kini sudah terampil membuka kancing kemeja Kenan. Saat tangan Raka terulur akan membuka ikat pinggangnya, Kenan segera memegang kedua tangan Raka.     

"Kau berselingkuh!" teriak Raka dengan tatapan marahnya karena Kenan bersikap tidak biasanya.     

"Aku sedang lelah," jawab Kenan dan membalikkan tubuhnya.     

"Iya, kau lelah karena sudah bercinta dengan orang lain!" sinis Raka.     

Kenan membalikkan tubuhnya dan menatap kesal pada Raka. "Apa kau sedang membicarakan dirimu?" tanya Kenan tidak kalah sinis.     

"Walau aku bercinta dengan orang lain, kau masih selalu yang pertama."     

"Aku tidak mau menjadi yang pertama saja, tetapi aku juga mau menjadi yang terakhir!" kesal Kenan dengan tatapan marahnya.     

"Apa perlu hal semacam ini di bahas lagi?" tanya Raka dengan serius.     

"Kau mengajakku menikah, tetapi kamu masih berhubungan dengan orang lain!" marah Kenan.     

Raka memejamkan matanya, "pasti ada yang salah tapi apa?" tanyanya dalam hati.     

"Lebih baik kamu pulang, aku sedang tidak ingin di ganggu!" usir Kenan dengan suara dinginnya tanpa mau menatap Raka. Raka membuka matanya dan menatap tidak percaya pada Kenan.     

"Oke, aku pulang!" ucap Raka pada akhirnya.     

Raka pun keluar dari ruangan Kenan dengan perasaan kesal. Setelah pintu tertutup Kenan menghembuskan napasnya lega. Kondisi seperti tadi sungguh membuatnya tidak bisa berkutik. Ia hampir saja tergoda dengan apa yang Raka lakukan, hal itu bisa membuatnya mengatakan apa yang ingin Raka ketahui.     

Dia mengambil handphonennya dan mencoba menghubungi Qia, karena ia mendapat pesan dari Bi Munah jika Qia terus menangis karena mengkhawatirkannya. Baru juga sambungan telpon tersambung pintu ruangan Kenan dibuka secara kasar membuat Kenan langsung mematikan sambungan telponnya. Raka masuk dengan wajah kesalnya dan ia segera menghampiri Kenan.     

"Ada apa lagi?" tanya Kenan dengan detak jantungnya yang berdetak cepat.     

Tanpa berucap Raka langsung menghampiri Kenan dan menyerang bibir kekasihnya itu. Kenan terkejut dengan Raka yang tiba-tiba menciumnya begitu sangat brutal. Bahkan kali ini ia sudah tertidur di atas meja dengan kaki mengantung.     

Tangan Raka sudah terampil memilin ujung dada Kenan karena kemeja Kenan masih belum terkancing. Ciumannya turun ke leher hingga meninggalkan jejak di lehernya. Bibir Raka kini sudah menghisap dan juga membelai ujung dada Kenan sedangkan kedua tangannya sudah melepaskan ikat pinggang Kenan. Desahan kecil pun terdengar dari bibir Kenan. Ia terlena dengan permainan kasar Raka yang sedang di liputi aura marahnya.     

Tangan Raka sudah menarik celana Kenan kebawah dan satu tangannya sudah membelai milik Kenan yang beum berdiri. Raka mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Kenan yang sedang menikmati permainannya. "Aku merindukanmu," ucap Raka kemudian ia langsung menunduk kembali. Namun, kali ini ia menunduk tepat didepan milik Kenan yang sudah setengah tegak.     

Ia mulai memainkan lidahnya di ujung milik Kenan, kemudian ia memasukkan milik Kenan kedalam mulutnya. Satu tangan Raka pun mengurut milik Kenan sambil mulut Raka maju mundur merangsang milik Kenan. Ia menjilat milik Kenan bagaikan es krim dan ia juga menghisap kedua buah milik Kenan.     

Milik Kenan mulai tegak sempurna warnanya juga sudah merah. Raka mempercepat gerakan mulutnya keluar masuk di milik Kenan. Namun, saat milik Kenan sudah hampir mencapai klimaksnya. Raka menghentikannya, ia membalikkan tubuh Kenan agar Kenan menungging.     

Kini satu jari Raka masuk kedalam lubang Kenan, ia meludahi lubang Kenan supaya licin. Ia menambah satu jarinya kemudian ia mendekatkan wajahnya ke lubang Kenan. Jarinya bergerak maju mundur dan lidahnya pun kini sudah masuk ke lubang milik Kenan. Desahan Kenan kembali terdengar menikmati permainan lidah dan jari Raka. Satu tangan Raka sudah terampil melepaskan ikat pinggan dan kancing celana miliknya.     

Raka kembali menambah jarinya hingga tiga jari keluar masuk bersamaan di lubang Kenan. Desahan Kenan semakin menjadi karena permainan Raka yang begitu nikmat hingga membuatnya melayang. Dering ponsel Kenan menghentikan permainan lidah dan jari Raka. Kenan mengambil handphonennya dan melemparnya begitu saja kelantai tanpa peduli dengan siapa yang menelphonenya. Raka tersenyum dia kembali melanjutkan aktifitasnya. Satu tangannya pun sudah mengurut miliknya yang berkedut ingin segera merasakan lubang sempit kekasihnya.     

Dirasa miliknya sudah tidak tahan lagi, ia menegakkan tubuhnya dan tanpa aba-aba ia langsung memasukkan miliknya kedalam lubang Kenan yang sudah lebar akibat permainan jarinya.     

"Ah, faster… ah…. Ya…." ucap Kenan meracau tidak karuan.     

"Oh, ya.. ah…" desah Raka sambil memaju mundurkan miliknya secara cepat di lubang kekasihnya.     

"Ahhh…" Desah Kenan dan Raka bersamaan saat mereka sampai di pelepasannya. Raka menarik miliknya dari lubang Kenan dan mengurut miliknya yang masih mengeluarkan cairan. Ia menyodorkan tangannya yang terkena pasukan berlendirnya ke mulut Kenan. Kenan yang masih mengatur napasnya pun dengan suka rela langsung mejilat tangan Raka.     

Raka membalikkan tubuh Kenan kemudian menjatuhkan semua barang-barang dimeja design Kenan. Ia menaikkan tubuh Kenan supaya bokong Kenan bisa berada di atas meja sehingga membuatnya leluasa untuk bermain dengan lubang Kenan.     

Kenan mengigit bibir bawahnya secara sensual saat Raka menarik tangannya yang tadi di jilati dirinya. "Sepertinya kau belum lelah, jadi kita lanjutkan permainan kita, hum," ucap Raka seraya tersenyum.     

Kenan hanya tersenyum, kakinya melingakar di pinggang Raka kemudian menariknya mendekat. Ia mengalungkan tangannya di leher Raka kemudian tanpa aba-aba ia pun memulai ciuman panas mereka lagi. Baru beberapa hari mereka tidak bertemu bahkan bermain, rasanya seperti sudah berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu.     

Entah berapa kali mereka bermain, dari di atas meja design, sofa, meja kerja dan terakhir kamar pribadi yang di bangun di ruangan kerjanya oleh Kenan hingga tanpa sadar mereka sudah tertidur hingga pukul sepuluh malam. Kenan membuka matanya, rasanya tubuhnya begitu lelah setelah mendapat pelepasan berkali-kali. Ia meringis saat merasakan lubang pantatnya seperti melebar.     

"Hai…" sapa Raka dengan suara seraknya khas bangun tidur ketika ia mebuka matanya karena gerakan Kenan.     

"Hum," jawab Kenan seraya tersenyum. Mata Kenan langsung mebulat sempurna saat melihat jam dinding yang menujukkan pukul sepuluh.     

"Sial!" makinya dan ia pun segera bangun mencari pakaiannya.     

"Ah, dimana pakaianku?" tanyanya mencari kesana kemari pakaiannya.     

"Ada apa? Kenapa kamu terlihat terburu-buru?" tanya Raka sambil mendudukkan dirinya.     

"Aku ada janji dengan kakek pukul lima sore tadi. Aku harus segera pulang," jawab Kenan dan memakai kemejanya. Ia berjalan keluar kamar pribadinya dan menuju meja design dimana celananya teronggok di sana.     

"Sudah jam segini, lebih baik pulang ke appartement ku," ucap Raka yang sudah berdiri dan ia juga sudah mengenakan pakaiannya.     

"Ah, aku tidak bisa membuat Kakek marah. Kau tahu peringatan dari kakek seperti apa. Apa kamu mau kita dipisahkan?" tanya Kenan kemudian mengambil handphonenya.     

"Sial!" makinya saat melihat handphonenya yang mati.     

"Aku pulang duluan, bye!" ucap Kenan dan ia segera berlari keluar dari ruangannya. Tidak lupa ia mengambil kunci mobil dan jasnya.     

"Ah, bodoh! Kenapa aku bisa seperti ini!" makinya sambil berlari menuju lift.     

TBC...     

Yeye... jangan Lupa Love, Koment dan Power Stonenya ya guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.