Menikah dengan Mantan

Bab 78



Bab 78

0Hei ho... cie... jam segini udah publish. wkwkwkw...     
0

Happy Reading guys..     

Di rumah dua tingkat itu, seorang pria sedang berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap angin malam seraya menghembuskan asap nikotin dari bibir merah mudanya itu. Sudah waktunya makan malam, tetapi ia tidak turun sama sekali untuk bergabung makan malam bersama keluarganya. Ia masih menikmati hisapan rokoknya hingga handphonenya itu bordering. Dengan malas ia berjalan ke arah meja kecil yang ada di balkon itu, mematikan rokok yang sedang ia hisap ke dalam asbak yang ada di meja kecil itu.     

Nama Tata terpampang di layar handphonenya dengan cepat ia pun mengangkat telponnya. "Ha—"     

["Kak Ken, tolong jemput Qia,"] potog Qia cepat sebelum Kenan menyelesaikan ucapannya.     

Mendengar suara Qia yang bergetar membuat dirinya menjadai khawatir. "Dimana kamu, aku akan segera menjemputmu."     

["Aku ada di panti kak,"] jawab Qia dengan sauara bergetar.     

"Panti? Panti apa Qi?" tanya Kenan yang mulai gusar mendengar suara Qia yang semakin bergetar.     

["Panti asuhan mutiara kasih,"] jawab Qia cepat.     

["Ta, ayok,"] belum sempat Kenan menjawab, suara seorang pria terdengar di gendang telinganya. Rasanya saat ini Kenan sudah sangat marah mendengar suara pria yang sedang bersama Qia. Sambungan telpon sudah terputus membuat Kenan langsung membanting handphonenya karena kesal.     

Kenan mengepalkan tangannya hingga urat-urat di punggung tangannya terlihat. Merasa kesal karena Qia ada bersama pria lain, padahal Qia sudah pulang sejak sore tadi. Mengabaikan Qia yang memintanya menjemputnya karena sudah ada pria lain di sana, Kenan segera mengganti pakaiannya dengan kemeja lengan panjang berwarna navy dan celana jensnya berwarna senada dengan kemejanya. Ia menggulung kemejanya hingga sebatas siku, kemudian mengambil kunci mobilnya, dompet serta mengambil handphone cadangannya di dalam nakas sebelah tempat tidur. Ia berjalan ke arah balkon untuk mengambil id card handphonenya yang sudah rusak itu.     

Ia memasukkan id cardnya kemudian menghidupkan handphonenya kembali. Jangan heran jika Kenan memiliki stok handphone di dalam nakasnya karena ia sering sekali membanting handphonenya ketika ia marah. Bukan hanya handphone, tetapi benda apapun yang sedang ia pegang pasti akan ia banting bahkan ia sampai menginjaknya jika benda yang ia banting itu tidak rusak sama sekali.     

Kebiasaan Kenan ini sudah sejak lama dan tidak berubah sama sekali. Sejak kecil ia dengan mudah mendapatkan sesuatu, itu sebabnya ia pun tidak sayang membanting apapun yang sedang ia pegang ketika marah. Emosi Kenan terkadang tidak terkendali membuat dirinya harus meluapkan kekesalannya dengan membanting sesuatu hingga rusak.     

Kenan segera keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan cepat. Ia bahkan tidak pamit sama sekali dengan keluarganya yang sedang makan malam di ruang makan. Deru suara mobil terdengar di telinga Kakeknya dan orang rumah membuat mereka menghentikan aktifitas makan mereka. "Itu suara mobil Kenan, kan?" tanya Kakek menatap Revi dan Zevan bergantian.     

"Iya, pa," jawab Revi.     

"Iya, kek," jawab Zevan.     

"Pergi kemana dia, kenapa tidak pamit sama sekali?" tanya Kakek menatapa Revi dan Zevan bergantian. Revi dan Zevan hanya diam karena mereka tidak tahu Kenan pergi kemana.     

Kenan segera melajukan mobilnya dengan cepat, tapi ketika mobilnya sudah keluar dari kompleks perumah elit itu ia hanya mengumpat kesal karena jalanan yang macet. Sudah pukul 7 malam, tetapi jalanan di kota Jakarta ini masih saja macet. Kenan hanya bisa mengumpat saja karena jalanan macet dan beberapa kali ia menekan klakson karena mobil di depannya tidak bergerak sama sekali. Ia juga terkadang mengklakson pengendara lainnya yang menyalip mobilnya.     

Setelah hampir satu setengah jam ia berada di dalam mobil, kini ia sudah berada di club malam yang sering ia kunjungi jika dirinya sedang ingin minum-minum. Kenan keluar dari mobil dan menutup pintu mobilnya secara kasar membuat seseorang yang mobilnya terparkir di sebelah Kenan berjenggit kaget ketika ia keluar dari dalam mobilnya. Orang itu hanya mengumpat kesal dengan apa yang baru saja Kenan lakukan.     

Kenan masuk ke dalam club malam elit itu dan memesan salah satu ruangan VIP yang ada di club malam itu. Ia sedang tidak mau di ganggu siapapun saat ini. Yang ia inginkan hanya meminum alkohol untuk mendinginkan otakknya yang memanas karena telpon dengan Qia tadi.     

Di lain sisi, Qia saat ini sedang berada di ruang tamu panti setelah selesai makan malam tadi. Ia ingin pulang sekarang tetapi ia tidak enak meminta Janu mengantarnya pulang. Ia pun merasa tidak enak jika mengeluarkan handphonenya karena handphone yang ia pakai cukup mahal Dalam hati ia juga menggerutu kesal karena Kenan tidak kunjung datang. "Nak Tata, menginaplah di sini saja, besok baru pulang," ujar bu Suri seraya tersenyum menatap Tata.     

Qia hanya tersenyum menampilkan deretan giginya yang tidak rata, ada gigi gingsul di sebelah kirinya yang membuat ia semakin cantik menurut Janu. Di tambah lesung pipi yang ada di pipi kanannya menambah kecantikan Qia. "Kamu bisa tidur bersama Ayu, jika menginap di sini," ujar bu Suri lagi sambil menatap ke arah Ayu.     

"Bu—" Ayu seperti ingin berkata tetapi tertahan begitu saja ketika melihat Qia yang menatapnya sedangkan bu Suri sudah mengernyitkan dahinya karena Ayu tidak melanjutkan ucapannya.     

Qia menatap sinis ke arah Ayu, karena ia tahu pasti wanita ini takut dengannya. "Tenang, gua enggak akan cekik lu. Gua bukan orang gila seperti apa yang lo bilang dulu,"ucap Qia dengan suara dinginnya.     

Janu dan ibu panti langsung menatap Qia karena terkejut dengan apa yang baru saja di ucapkan Qia. Ia tidak menyangka Qia berucap seperti itu. Memangnya Ayu berkata apa hingga Qia bisa berkata seperti itu. Ayu yang mereka tahu adalah anak yang baik dan juga perhatian, jadi mana mungkin Ayu berkata seperti itu.     

Ayu menundukkan kepalanya takut seraya tangannya mencengkram rok plisket panjang yang ia gunakan. "Cih!" Qia berdecih seraya memutar malas bola matanya melihat tingkah Ayu seperti itu. Entah kenapa Qia tidak bisa mengontrol perkataannya, padahal sedari tadi ia pun bisa mengontrol dirinya untuk tidak berkata kasar ataupun bersikap tidak baik lainnya.     

Namun, melihat Ayu yang sekarang menggunakan hijab menutupi tubuhnya dan wajah cantik bersinarnya membuatnya kesal bukan main. Ia merasa wanita yang menutupi tubuhnya dengan pakaian tertutup ini hanya menutupi kebusukannya saja. Berpura-pura baik, tetapi pada nyatanya ia memiliki kelakuan yang sangat buruk.     

Ia tidak tahan melihatnya hingga membuat sifat aslinya pun keluar, Qia yang ceplas ceplos tanpa peduli perkataannya. Padahal sifat itu hanya ia tunjukan pada Kenan saja, karena ia merasa nyaman dengan Kenan. Mengingat Kenan Qia menjadi kesal bukan main, tadi rasanya ia sudah sangat tidak merasa nyaman di sini hingga membuatnya ingin menangis. Itu sebabnya ia tadi menelpon Kenan untuk menjemputnya. Namun, kedatangan Ayu dengan penampilan barunya ini membuat Qia malah marah dan melupakan rasa tidak nyamannya berada di panti.     

TBC...     

Acie...cie.... eaakk... Ada yang marah... uluh-uluh... Kak Kenan ini udah ada rasa tapi logikanya masih nolak. Wkwkwkwk...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.