Menikah dengan Mantan

Bab 67



Bab 67

0YUHUU... BALIK AGAIN GUYS...     
0

YUKSLAH MERAPAT. BTW" YAKIN KALIAN ENGGAK MAU IKUTAN CHALLENGENYA?     

PADAHAL CARA IKUTANNYA GAMPANG BANGET, LOH. UNTUK PEMENANG HADIAH NANTI SETELAH TARGET PEMBACA CERITA INI TEMBUS 1M + COLECTION ATAU YANG MEMASUKAN BUKUNYA KE READING LIST ADA 12K. MAKA HADIAHNYA AKAN DI BAGIKAN SECEPATNYA.     

YUKSLAH, IKUTAN CHALLENGENYA.     

YANG GAK PUNYA IG, KALIAN BISA TAG AKUN FACEBOOK KE ACHI HYOKI YA GUYS... HADIAH BISA BERTAMBAH LOH GUYS, SO     

YUKS, BURUAN DI UP DATE.     

HAPPY READING....     

Pagi pun tiba, Scarlett membuka matanya. Ia kemudian menoleh ke arah Raka yang masih memejamkan matanya. "Ap-apa yang sudah aku lakukan?" tanyanya tanpa terasa sudah meneteskan air matanya sambil menarik selimutnya hingga sebatas dada.     

Awalnya tangisan Scarlett hanya sebuah isakan kecil, tetapi lama-lama itu berubah menjadi isakan kuat membuat Raka yang masihn nyaman dengan tidurnya membuka matanya dengan malas."Berisik!" ketusnya seraya menoleh ke arah Scarlett.     

Scarlett pun menoleh ke arah Raka, ia malah semakin histeris menatap wajah Raka. Raka pun memutar bola matanya malas, kemudian ia berbalik memunggungi Scarlett dan menutup kepalanya dengan bantal. Raka masih ingin tidur tetapi Scarlett malah semakin berisik.     

"Arrgh!" teriak Raka kesal karena tidak bisa tidur kembali, kemudian ia pun terduduk. Scarlett langsung terdiam dan menggigit bibir bawahnya agar suara isakannya berhenti. Ia menatap takut ke arah Raka yang menatapnya marah. "Enggak usah sok, enggak bersalah, deh! Lo juga menikmatinya, jadi jangan berisik dan minta pertanggung jawaban. Lo sama sekali enggak akan hamil karena gua masukin!" kesal Raka kemudian turun dari tempat tidurnya tanpa peduli jika ia tidak memakai apapun.     

Scarlett dengan sigap langsung menutupi wajahnya dengan selimut. "Sok enggak mau, tadi mam saja kau mendesah ke enakan!" ketus Raka dan ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.     

Scarlett menangis di dalam selimut, ia sungguh tidak ingat apa yang terjadi semalam. Ia juga tidak tahu sekarang ia sedang berada dimana. Ketakutan pun kembali ia rasakan. Ketakutan jika Papanya mengetahui dirinya sudah tidak perawan lagi. Ketakutan jika ibu tirinya semakin menjatuhkan dirinya di depan papanya. Ketakutak dengan adik tirinya yang akan mengolok-olok dirinya sudah tua tetapi masih belum menikah dan sekarang ia malah sudah tidak lerawan lagi.     

Tiba-tiba kepalanya terasa begitu sakit, ia memegangi kepalanya. Rasa sakit yang tidak tertahankan membuat dirinya malah jatuh pingsan.     

Perlahan Scarlett membuka matanya, ia kemudian mendudukan dirinya. "Emm…" ucap Scarlett seraya menarik ke atas ke dua tangannya.     

Ia melihat ke arah sampingnya dan tidak ada Raka di sana. Ia kemudian turun dari tempat tidur sambil membalut tubuhnya dengan selimut. Ia berjalan dengan langkah pelan karena rasanya anusnya terasa sakit dan rasanya seperti masih terbuka lebar.     

Ia kini sudah berada di depan kamar mandi dan suara gemercik air terdengar dari dalam kamar mandi. Ia kemudian memegang handle pint dan menariknya. Ternyata pintu kamar mandi tidak terkunci, ia kemudian melepaskan selimutnya hingga tubuhnya telanjang bulat tanpa benang sehelai pun yang membalut tubuhnya.     

Raka yang ada di dalam kamar mandi sama sekali tidak menyadari kedatangan Scarlett karena ia sedang mengguyur tubuhnya dibawah shower. Scarlett menghampiri Raka kemudian ia memeluk tubuh Raka membuat sang empunya tersentak kaget. "Aku ingin mandi," ucap Scarlett yang menyandarkan kepalanya di punggung Raka.     

Raka dengan kuat melepaskan tangan Scarlett yang memeluk pinggangnya. Ia membalikkan tubunya kemudian mendorong tubuh Scarlett ke dinding. "Jangan menggangguku, atau kau ingin kejadian semalam terulang kembali?" tanyanya dengan tegas dan wajah tegasnya.     

"Sakit," ucap Scarleet sambil memukul lengan Raka karena memang punggungnya sakit di tambah cengkraman tangan Raka di lengan atasnya.     

Raka pun melepaskan cengkramannya kemudian ia sedikit memberi jarak karena ruang kaca bagian shower sedikit sempit walau masih tetap cukup untuk mandi berdua. Scarlett memijit kedua lengannya yang sakit. "Kenapa kamu masuk kesini?" tanya Raka dengan raut wajah yang tidak bersahabatnya.     

"Aku ingin mandi," ucap Scarlett menatap kesal Raka sambil mengusap-usap lengannya.     

Raka tidak menjawab ia langsung menyelesaikan mandinya dan keluar dari kamar mandi. Scarlett menatap kesal Raka seraya memanyunkan bibirnya.     

Ia kemudian menghidupkan shower dan membersihkan tubuhnya. Di luar kamar mandi, Raka sudah memakai pakainnya, sebuah kaos lengan pendek berkerah dan polos. Celana jens panjangnya sudah membalut kakinya, ia menyisir rambutnya asal.     

Setelah itu ia pun ia membereskan pakaiannya yang berserakan di lantai. Begitu pun dengan pakaian Scarlett yang berserakan di lantai. Ia mengangkat bh Scarlett yang tidak terlalu besar itu. "Ukuran 32B ternyata kecil juga, tetapi pas di tanganku," ucap Raka kemudian membuang bh Scarlett ke dalam tong sampah karena sudah rusak.     

Raka kemudian merapihkan tempat tidurnya. Raka itu suka dengan kerapihan dan juga kebersihan, walau nanti ada petugas kebersihan ia tetap tidak bisa melihat kamarnya berantakan. Pintu kamar mandi terbuka, Scarlett keluar dengan bathrob yang membungkus tubuhnya dan handuk yang menutupi rambutnya yang basah.     

"Anus gua masih sakit," ucap Scarlett seraya menghampiri Raka.     

"Terus, lo mau gua tanggung jawab?" tanya Raka malas.     

"Iya, lah!" jawab Scarlett menatap kesal Raka.     

Raka tersenyum mengejek kemudian ia mengambil dompet di atas nakas yang ada di sebalah tempat tidurnya. Ia mengambil lembaran berwarna merah sebanyak lima lembar. "Gua hanya ada tunai segini, kirim nomor rekening lo supaya sisanya gua transfer," ucap Raka seraya mengulurkan lembaran merah itu pada Scarlett. Scarlett menatap uang yang di pegang Raka kemudian ia menatap Raka dengan raut tidak terbaca.     

Plak     

Satu tamparan kuat di wajah oppa-oppa korea Raka itu membuatnya langsung menolehkan kepalanya. "Lo pikir, gua wanita bayarana, hah!" marah Scarlett.     

"Gua tadi malam hanya ingin menghibur lo, supaya lo enggak merusak hidup, lo!" ucap Scarlett tegas.     

"Tapi, apa ini sialan?" tanya Scarlett dengan wajah marahnya kemudian mengambil uang dari tangan Raka. Setelah itu ia langsung melemparkan uang itu tepat kewajah Raka.     

"Gua enggak butuh uang lo sialan!" teriaknya kemudian Scarlett berjalan ke luar dari kamar inap.     

Ia berjalan tanpa memikirkan jika anusnya terasa sakit. Ia menahanya karena sudah malas dengan wajah Raka. Kemarin malam ia tidak begitu fokus dengan wajah Raka, tetapi pagi ini ia melihat wajah Raka begitu tampan seperti oppa-oppa korea. Walau Scarlett sedikit nakal, tetapi ia sangat suka sekali dengan pria cantik sekaligus tampan. Saat ia menjadi pria, ia akan terlihat sangat tampan dan sebaliknya jika ia menjadi seorang wanita, ia terlihat begitu cantik.     

Scarlett berjalan cepat hingga kini ia sudah ada di depan pintu kamar inapnya. Ia pun masuk kemudian menutup pintunya dengan bantingan kuat.     

Raka hanya menatap kepergian Scarlett dari kamar inapnya. Ia tidak peduli jika ada apa-apa dengan Scarlett. Mereka melakukannya atas dasar sama-sama mau. Jadi, ia tidak perlu bertanggung jawab pada Scarlett. Raka pun keluar dari penginapannya untuk mencari sarapan sekaligus ia akan berjalan-jalan untuk membuat perasaannya bisa membaik. Ia pergi ke beberapa tempat kuliner enak di Bandung dan ia juga pergi ke tempat-tempat pariwisata.     

Sekitar pukul setengah enam sore, Raka sudah kembali ke penginapannya. Ia membersihkan dirinya di bawah guyuran shower. Seharian ia pergi untuk melepaskan rasa sakit di dadanya tetapi apa yang terjadi? Kenangan bersama Kenan muncul begitu saja saat dirinya melakukan beberapa hal yang biasa ia lakukan bersama Kenan ketika mereka berlibur.     

Selama bersama Kenan ia memiliki banyak kekasih, tetapi kenapa kenangan bersama Kenan itu bisa muncl dalam ingatannya. "Arrgh!" kesal Raka seraya menonjok dinding kamar mandi. Ia benar-benar kesal karena kenangan Kenan terus muncul dalam ingatannya. Ia benar-benar membeci hal ini.     

Selesai membersihkan tubuhnya, kini Raka merebahkan dirinya di atas tempat tidur sambil memandang langit-langit kamar penginapannya. Pikirannya jauh kebelakang mengingat Kenan saat-saat mereka pertama kali resmi memiliki satu sama lain.     

"Masih sakit?" tanya Raka pada Kenan yang masih duduk di atas tempat tidur seraya memainkan ponselnya.     

"Hum," jawab Raka seraya menoleh ke arah Kenan yang berdiri di depannya. Kenan baru saja pulang dari kampusnya, itu sebabnya wajah Kenan seperti orang yang kelelahan.     

Kenan kemudian berjalan ke samping tubuh Raka. Ia mengulurkan sesuatu yang tadi sudah di pegang. "Ini, untukmu," ucap Kenan datar seraya mengulurkan tangannya memberikan sebuah kotak persegi pangjang ukuran kecil.     

Raka mengernyitkan dahinya kemudian ia menerima barang yang di sodorkan Kenan padnaya. "Itu obat pereda nyeri," ucap Kenan setalah obatnya di pegang Raka.     

"Cara menggunakannya, cukup di oles ke yang terasa sakit," ucap Kenan. "Pakailah, aku mau ke kamar dulu untuk membersihkan tubuhku," ucap Kenan kemudian ia pergi ke kamar mandi.     

Raka membuka wadah salepnya kemudian ia pun membuka celana yang ia pakai untuk mengobati bagian yang masih terasa sakit.     

Hubungan mereka semakin lama semakin lengket. Mereka pun tidak sungkan menampilkan hubungan mereka di depan umum. Contohnya saling berpelukan, berciuman dan bersikap mesara. Mereka sungguh-sungguh tidak malu menunjukkannya. Mungkin karena ada di Jerman jadi, tidak mepermasalahkan jika ada orang yang bermersaan di depan umum.     

Raka yang sudah pulang bekerja, saat ini sedang menyiapkan makanan untuk makan malam nantinya. Raka tersenyum ketika mendengar pintu appartement terbuka karena tandanya sang kekasih sudah pulang. Raka berpura-pura fokus dengan kegiatannya hingg sebuah tangan besar melingkar di pinggangnya.     

Kenan memeluk pinggang dan menyandarkan dagunya di pundak Raka. "Hum, bau masakanmu begitu menggiurkan," ucap Kenan tanpa membuka matanya yang saat ini terpejam.     

Raka hanya tersenyum saja mendengarnya. Cukup lama mereka berposisi seperti ini, Kenan melepaskan pelukannya kemudian ia mengecup pipi Raka sebelum masuk ke kamar untuk membersihkan tubuhnya. Raka menolehkan kepalanya ke arah Kenan yang sudah menjauh darinya seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kenan.     

TBC....     

YUHU... YUKS LAH, TINGKATIN LOVE, POWER STONE DAN KOMENT NYA YA ... KU TUNGGU.. JANGAN LUPA IKUTAN CHALLENGNYAN YA....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.