Menikah dengan Mantan

Bab 65



Bab 65

0Yey.... Up Guys...     
0

YUKSLAH, IKUTAN CHALLENGE GUYS... INFO CAHLLENGENYA BISA KALIAN BACA DI BAB 48-50 PADA BAGIAN CATATAN KAKI YA GUYS...     

LUMAYA LOH HADIAHNYA, KEMUNGKINAN BISA BERUBAH KALAU HASILNYA LEBIH BAIK. HADIAHNYA BISA BERTAMABAH PULA. AYO" SEMANGAT AJAKIN TEMEN"NYA BACA CERITA INI. JANGAN LUPA TAG AKU. KALAU GAK PUNYA IG BISA KE FACEBOOK KU YA. NAMA FACEBOOKNYA ACHI HYOKI.     

HAPPY READING...     

Qia kini sudah sampai di depan pintu kamar yang berwarna hitam. Ia mengetuk pintu kamar seraya memanggil nama Kenan. Kenan tidak menjawab sama sekali membuat Qia kembali mengetuk pintu kamar Kenan. Lagi-lagi Kenan tidak menjawabnya.     

"Ya udah deh, Qia pulang aja," ucap Qia karena Kenan masih tidak mau menjawab panggilannya.     

"Untuk apa gua lakuin ini?" tanya Qia bergumam dengan suara kecil. Ia membalikkan tubuhnya dan melangkahkan kakinya menjauhi kamar Kenan. Tepat di langkah ke tiganya pintu kamar Kenan terbuka dan Qia menghentikan langkahnya.     

"Aku enggak izinin kamu pulang!" tegas Kenan.     

Qia membalikkan tubuhnya untuk menatap Kenan. "Kakak enggak ada hak untuk mengatur—"     

"Aku calon suamimu!" tegas Kenan memotong ucapan Qia.     

Qia terdiam dengan mulut terbuka mendengar perkataan Kenan barusan. Kenan habis terbentur sesuatu, kah? Sejak kapan dirinya menjadi calon istri Kenan. Ia juga sudah menolak tegas pada Kenan jika ia tidak mau menikah dengan Kenan. Hubungannya dengan Kenan juga hanya sebatas teman, tidak lebih. "Kita udah pernah bahas ini, apa kakak lupa?" tanya Qia menatap jengah Kenan.     

Kenapa Kenan yang sekarang sangat-sangat mengaturnya. Bahkan ia begitu sangat keras kepala. Padahal sewaktu dulu Kenan tidak seperti ini. Ia hanya berkata jika ia tidak menyukai Qia yang seperti ini atau Qia yang seperti itu. Jika Qia tidak mau ia tidak akan memaksanya, itulah yang di ingat Qia tentang Kenan. Tetapi sekarang, Kenan seperti orang lain baginya.     

"Kakek sudah setuju, bahkan mama ku saja sudah mengetahui tentangmu. Jadi, kamu sudah tidak bisa menghindar lagi. Kamu adalah calon istriku!" tegas Kenan.     

"Gila!" ketus Qia kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk melangkah menjauh dari Kenan. Niat hati ia ingin menghibur Kenan, tetapi perkataan Kenan barusan membuatnya kesal.     

Apakah ia harus menjadi keledai dungu dengan jatuh ke lubang yang sama. Ia tidak mau menjadi keledai dungu dengan kembali pada Kenan. Walau saat ini Qia ingin sekali berteriak senang kemudian memeluk Kenan karena ia bahagia di terima keluarga Kenan terutama kakeknya. Kakek Kenan sendiri yang menyebutkan jika dirinya adalan calon istri Kenan. Siapa yang tidak bahagia jika kepala keluarga di rumah ini menerimanya dengan tangan terbuka. Apalagi menurut Kenan kakeknya itu orang yang disiplin dan keras, tetapi kakek Kenan bisa menerima dirinya begitu mudah.     

Grep     

Tiba-tiba sebuah pelukan di pinggang Qia membuat Qia menghentikan langkahnya. Piring dan gelas yang ia pegang hampir saja terjatuh karena Qia terkejut. Untung saja Qia masih bisa memegangi piring dan gelasnya dengan kuat agar tidak terjatuh. Kenan memeluknya erat kemudian ia meletakkan dagunya di atas kepala Qia karena memang tinggi Qia hanya sedada Kenan.     

"Biarkan begini dahulu, aku ingin merasakan hal yang tidak pernah aku rasakan," ucap Kenan dan Qia hanya terdiam tanpa berbicara.     

Hati Qia melemah, rasanya ia ingin membalikkan tubuhnya dan memeluk erat Kenan. Melihat Kenan yang seperti ini hatinya melemah. Benar bukan perkiraanya dahulu, jika di balik dinginnya Kenan tersimpan hal yang tidak kita ketahui. Qia hampir mengetahui semua hal tentang Kenan. Termasuk tentang ibu tiri Kenan dan bagaimana Papanya meninggal.     

Setiap kali ia ada masalah entah dengan Mamanya atau kesal dengan kakeknya ia akan melampiaskan kemarahannya pada Qia dan berakhir dengan mengungkapkan isi hatinya pada Qia. Dan Sikap Kenan saat ini membuat hati Qia benar-benar melemah. Ia tidak tahan dengan Kenan yang begitu rapuh. Tiba-tiba pintu kamar berwarna putih yang berada di depan kamar Kenan terbuka. Ternyata itu kamar Zevan. zevan yang baru saja membuka pintu kamarnya terkejut melihat Kenan dan Qia.     

Namun, ia hanya diam dan kembali masuk ke dalam kamar. "Ada hubungan apa Qia dan Mas Kenan?" tanya Zevan entah pada siapa setelah ia menutup pintu kamarnya dan menyandarkan tubuhnya pada daun pintu.     

Zevan terus bertanya-tanya ada apa dengan Kenan dan Qia. Bahkan ia bisa melihat raut wajah Kenan yang sedang bersedih seraya memejamkan matanya. Raut wajah yang sama sekali tidak pernah Zevan lihat selama ia tinggal bersama Kenan di rumah ini.     

Kenan melepaskan pelukannya kemudian ia membalikkan tubuh Qia. Qia pun mendongakkan kepalanya menatap Kenan. "Makannya habisin kak," ucap Qia seraya mengangkat piring dan gelas minumnya.     

Kenan menatap piring dan gelas yang Qia bawa. Di saat ia akan bicara serius bisa-bisanya Qia malah menyuruhnya. "Aku udah kenyang," ucap Kenan datar kemudian ia melepaskan pegangan tangannya di kedua bahu Qia.     

"Sepiring berdua, yuk. Udah lama enggak makan sepiring berdua, nih," ucap Qia seraya tersenyum.     

"Aku udah—" belum juga Kenan menyelesaikan ucapannya, Qia sudajh berjalan ke kamar Kenan tanpa mempedulikan ucapan Kenan.     

Kenan menghembuskan napasnya. Urusan seperti ini mana mungkin Qia hanya akan menurut. Jangankan kepadanya, ketika kakaknya Nathan sakit saja, Qia terus memaksa kakaknya untuk makan. Dan ketika ia sakit, Qia pu melakukan hal yang sama seperti ia memperlakukan kakaknya. Kenan masuk ke dalam kamarnya kemudian menutupu pintu kamarnya. Qia sudah duduk lesehan di atas karpet berwarna hitam yang letaknya di dapan tempat tidur.     

Kamar Kenan mendominasi warna kayu, lantai marmernya pun berbentuk seperti kayu. Dinding yang ada tepat di bagian belakang sandaran tempat tidurnya terukir pahatan pohon besar. Dan di depan tempat tidurnya sebelah pintu masuk ada aquarium besar yang isinya hanya jenis ikan hias kecil saja. Terdapat standing kaca besar yang bersiri miring berada di sudut ruangan. Di samping standing kaca itu terdapat pintu berwarna coklat yang cukup panjang. Pintu itu seperti pintu geser yang jika di buka maka akan bertumpuk-tumpuk.     

"Sini, kak," ucap Qia seraya tersenyum sambil menepuk-nepuk sebelahnya.     

Kenan berjalan menghampiri Qia kemudian duduk di sebelahnya. "Aku suapin atau makan sendiri?" tanya Qia menatap Kenan.     

Kenan diam memperhatikan Qia, Qia memutar malas bola matanya karena Kenan malah hanya diam saja. "Susah amat ya, buka mulut?" tanya Qia kesal.     

Qia pun mulai menyendoki nasi, sayur dan lauk pauknya. "Aaa…" ucap Qia sambil menyodorkan sendok yang sudah terisi.     

Kenan pun membuka mulutnya dan memakan nasinya. Qia pun melakukan hal yang sama, ia memakan makanannya. Namun, Qia hanya mengambil sedikit-sedikit makanannya berbeda dengan Kenan yang satu sendoknya bisa sampai tumpah nasi atau lauknya ketika masuk ke dalam mulut.     

"Ih, buka-nya kurang lebar," gerutu Qia karena lauk yang di suapkan ke Kenan jatuh di piring.     

Kenan mengunyah cepat kemudian ia meminum airnya supaya makanan yang di telannya tidak tersangkut di tenggorokan karena ia menelan kasar makanannya sebelum hancur seluruhnya. "Bukan mulut aku yang kurang lebar, tapi kamunya yang enggak kira-kira nyuapinya!" kesal Kenan.     

"Nih, makan sendiri. Masih untung aku mau nyuapin!" kesal Qia sambil menyodorkan piringnya ke Kenan.     

"Dih, gitu aja marah. Udah suapin!" perintahnya tegas.     

"Udah minta suapin, ngegas pula," cibir Qia sambil memutar malas bola matanya.     

"Bawel," ucap Kenan membuat Qia mendengkus kesal.     

Qia pun dengan malas tetap menyuapi Kenan tetapi wajah kesalnya tidak sebanding dengan perasaannya saat ini. Kenan yang mau makan dengan lahap bahkan ia yang bersikap bossy justru membuat Qia merasa senang. Setidaknya Kenan sudah tidak mengingat kejadian barusan.     

Di luar ruangan Zevan kini sudah berada di meja makan yang hanya ada Rafisyah dan ibunya sedangkan si Kakek pergi ke ruangan bacanya. "Bu, Qia kesini ada apa, ya?" tanya Zevan dengan wajah bingungnya.     

"Dia calon istrinya Kenan," jawab Rafisyah tanpa menatap Zevan.     

"Apa? Calon istri?" tanya Zevan dengan wajah terkejut menatap Rafisyah. "Bu, apa benar yang di katakana Fisyah?" tanya Zevan yang kini menatap Ibunya.     

"Iya," jawab Revi singkat.     

"Apa kakek enggak ada masalah jika Mas Kenan menikah dengan karyawannya sendiri. Apalagi karyawan itu hanya seorang OG?" tanya Zevan yang masih tidak percaya jika Qia adalah calon istri Kenan.     

"Enggak," jawab Revi singkat.     

"Kok, bisa? Mas Kenan itu, kan, cucu satu-satunya dan ia pewaris tunggal dari IKI furniture, masa ia sih, kakek rela gitu aja cucunya menikah dengan seorang OG?' tanya Zevan menggelengkan kepanya tidak percaya.     

"Kenapa kamu enggak percaya? Apa kamu lupa, siapa ibumu ini?"     

"Bukan gitu, Bu" ucap Zevan merasa tidak enak. Ia sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung ibunya. Hanya saja ia tidak percaya jika Kakeknya itu mengizinkan begitu saja hubungan Kenan dan Qia yang pekerjaannya adalah seorang OG.     

"Kakekmu itu bukanlah orang yang gila dengan status sosial. Ia menghargai siapapun orangnya jika orang itu baik, sopan dan ramah maka ia menerimanya begitu saja," ucap Revi.     

Ia sudah lama tinggal di keluarga Dermawan Adiaksa. Bagaimana baiknya Dermawan Adiaksa pada almarhum suaminya sebelum Kenzi. Ia bahkan menikahkan menantu kesayangannya menikah kembali dengan seorang wanita dari kelas bawah seperti dirinya ini. Perkataan anaknya barusan, sungguh tidak pantas karena Dermawan adalah orang yang sangat baik.     

"Hum, syukurlah kalau memang Kakek tidak mempermasalahkannya. Karena Qia anaknya baik, sopan dan juga ramah. Walau aku baru sebentar mengetahuinya itu pun karena bagian marketing sering sekali memanggil Qia," ucap Zevan seraya tersenyum.     

Di perusaah Kenan terutama kantor, memanglah banyak karyawan wanita semua. Bahkan prianya paling banhyak hanya bagian OB saja. Tetapi walau hampir semuanya wanita, setiap department manajernya seroang pria. Banu Zevandra adalah manajer marketing di perusahaan Kenan. Tidak ada yang mengetahui jika Zevan adalah adik tiri Kenan. Kenan mengatakan, "jika kamu ingin bekerja di perusahaan, kamu harus bekerja sesuai dengan kemampuanmu. Dan jangan menggunakan nama besar keluarga Adiaksa karena di dalam aliran darahmu tidak ada yang mengalir dari darah keluarga Adiaksa!" tegas Kenan dengan wajah datarnya.     

Kakek yang mendengar pun hanya diam dan memilih pergi dari sana. Sedangkan Zevan juga Revi hanya bisa tersenyum simpul. "Terimakasih, mas. Udah kasih kesempatan peluang aku untuk bekerja di perusahaan," ucap Zevan.     

Perkataan dingin Kenan sungguh menusuk hatinya, tetapi apa yang di katakana Kenan itu benar. Ia hanyalah orang asing yang beruntung karena Ibunya di nikahi oleh almarhum ayah Kenan. Setidaknya ia bersyukur karena tidak perlu mengantarkan surat lamaran pekerjaan ke sana kemari atau mengirim e-mail di beberapa perusahaan yang sedang membutuhkan karyawan.     

Zevan datang ke perusaahn untuk melamar pekerjaan dan ia mengikuti tes begitu saja. Waktu itu Kenan sengaja mengizinkan siapapun untuk melamar sebagai karyawan asalkan sesuai dengan kriteria yang di butuhkan perusahaan. Dan pada akhirnya Zevan pun lulus tanpa bantuan dari Kenan. Ia mampu lulus berkat kemampuannya sendiri dan itu sebuah prestasi yang membanggakan.     

TBC....     

Yhuuuu... Ramaikan KOMENT, LOVE DAN POWER STONENYA YA GUYS....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.