Menikah dengan Mantan

Bab 60



Bab 60

0Huye huye... double up guys... wkwkwkwk..     
0

Jangan lupa ikutan Challenge ya... Baca cara mainnyanya di CATATAN KAKI BAB 48-50 YA GUYS... AYO SEMANGAT IKUTAN CAHLLENG.     

HAPPY READING....     

Kenan segera memarkirkan mobilnya di basement appartement. Ia segera turun dari mobil dan berjalan cepat menuju unit appartement Raka. Kenan membuka pintu appartement dengan kasar membuat Qia yang baru saja masuk berjenggit kaget. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap Kenan kesal.     

"Kak, itu pintu bisa rusak!" kesal Qia karena ia sudah di buat terkejut oleh Kenan. Untung saja ia tidak memiliki penyakit jantung. Jika ia menderita penyakit jantung apa yang akan terjadi, coba?     

"Siapa dia?" tanya Kenan dengan wajah marahnya dan suara dinginnya. Ia tidak peduli dengan Qia yang kesal padanya.     

"Maksudnya?" tanya Qia mengernyitkan dahinya.     

"Enggak usah sok enggak ngerti! Siapa lelaki sialan yang tadi mengantarmu pulang dengan motor?" tanya Kenan meninggikan suaranya.     

"Kak—" ucap Qia yang tidak tahu harus berkata apa. Wajah Kenan sudah sangat marah, membuatnya menjadi takut jika mengatakannya. Entahlah, kenapa ia malah menjadi takut.     

"Siapa dia, Ta?" tanya Kenan meninggikan suaranya.     

"Mas Janu," jawab Qia cepat.     

"Mas Janu?" tanya Kenan yang kini suaranya sudah melembut dan ia mengernyitkan dahinya karena ia seperti pernah mendengar nama pria itu.     

"Iya, mas Janu."     

"Siapa dia?" tanya Kenan yang kembali menatap Qia dengan tatapan tajamnya tetapi suranya sudah tidak meninggi lagi.     

"Kak, tutup dulu pintunya. Enggak enak di denger tetangga sebelah. Suara kakak udah kayak gledek marah-marah mulu," jawab Qia kemudian membalikkan tubuhnya.     

Hati Qia sudah jauh lebih tenang karena Kenan sudah melembutkan suaranya walau pun wajahnya masih terlihat marah. "Tata!" panggil Kenan meninggikan suaranya lagi karena Qia malah mengabaikannya.     

Qia tetap berjalan tanpa menoleh ke arah Kenan. Ia pergi ke dapur untuk mengambil minum. Kenan pun menyusulnya ke dapur dan pintu masuk appartement juga sudah di tutup.     

"Siapa dia? Aku tidak pernah mendengar nama itu?" tanyanya menunutu.     

Kenan bodoh atau apa, jelas saja ia tidak mengenal Janu. Dirinya saja sudah menghilang dari hidup Qia beberapa tahun ini. Memangnya selama beberapa tahun ini, Kenan tahu siapa saja orang yang pernah dekat dengan Qia. Tidak kan? Ah, semua yang berhubungan dengan Qia pasti Kenan akan selalu berpikir bodoh atau bersikap aneh.     

"Jelas saja kakak enggak kenal. Memangnya selama beberapa tahun ini kakak ada bersamaku? Enggak, kan?" tanya Qia seraya meletakkan gelas yang baru saja ia pakai untuk minum dan menatap Kenan dengan serius.     

Skak mat, Kenan terdiam dengan pertanyaan mudah dari Qia. Ia sadar betul bahwa dirinya telah melupakan Qia. Ia saja sudah tidak ingat tentang Qia selama bertahun-tahun. Ingatannya kembali setelah kejadian di rumah sakit itu. Perkataan Qia dan sikap Qia ketika traumanya kambuh membuatnya mengingat kembali masa-masa SMA ketika Qia hadir di hidupnya.     

Perlahan tetapi pasti, kenangan-kenangan bersama Qia dan juga keluarganya mulai memenuhi memori ingatannya. Ingatan yang dulu ketika ia ada di posisi itu ia sama sekali tidak menikmatinya. Namun, kenangan itu ternyata adalah kenangan yang sangat indah.     

Qia meletakkan cemilan kedalam lemari yang kosong kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk meletakkan alat mandinya tanpa mempedulikan Kenan yang hanya diam. Kenan kemudian menatap ke arah Qia yang kini sedang berjalan ke arah kamar.     

Wanita yang kini ia lihat sudah menjadi orang lain. Seseorang yang harus kembali ia pahami bagaimana karkaternya. Ia sudah percaya diri jika Qia tetaplah Qianya yang mencintainya dan akan menuruti apa perkataannya. Namun, perkataan Qia barusan menyadarkan dirinya yang memang sudah pergi dari hidup Qia dan sudah tidak mengenal Qia lagi. Bahkan ia tidak mengenal siapa saja orang-orang yang ada di sekitarnya.     

Apakah Kenan akan melanjutkan apa yang sudah ia rencanakan. Menikah dengan Qia untuk membuat Kakeknya tidak mengusiknya dan terutama mengusik Raka. "Aaargh!" teriak Qia dari dalam kamar membuat Kenan membulatkan matanya.     

Ia pun segera berlari ke dalam kamar untuk melihat keadaan Qia. Kenan segera membuka kamarnya begitu saja tanpa permisi. "Kak, Ken!" teriak Qia yang ternyata sedang membuka bajunya.     

Bukannya segera menutup matanya ia malah terdiam di depan pintu. Qia segera berlari ke arah kamar mandi karena malu. Ia tadi menjerit karena luka di kakinya tiba-tiba saja terasa sakit. Ia tadi sedang membuka bajunya karena tidak mungkin Kenan akan masuk ke dalam kamar jika dirinya ada di dalam kamar. Sedangkan Raka, ia masih belum sampai.     

Ketika Qia masuk ke appartement, lampu masih mati dan sepatu fantofel milik Raka pun tidak ada di rak sepatu. Itu sebabnya Qia tadi tidak mempermasalahkan tidak menutup pintu. Ia percaya jika Kenan tidak akan macam-macam padanya walau ia sendiri masih tidak yakin dengan yang terjadi semalam. Ia tidur bersama Kenan semalaman atau Kenan baru saja pindah ke kamar. Namun, satu yang pasti. Ia dan Kenan tidak melakukan apapun.     

Kenan yang tersadar dari terkejutnya pun menatap kekamar mandi. "Aku enggak lihat BH miky mouse kamu kok!" teriak Kenan kemudian ia keluar dan menutup pintu kamar.     

Di dalam kamar mandi wajah Qia sudah sangat merah karena begitu malu. Apa tadi yang Kenan katakan, ia tidak melihat bh miky mouse yang di pakaianya. Kalau enggak lihat kenapa bisa tahu, kan minta di tabok.     

Qia kemudian keluar dari kamar mandi dengan kepala yang pertama kali ia keluarkan untuk melihat apa Kenan masih di dalam atau tidak. Setelah melihat Kenan yang sudah tidak ada di depan pintu, Qia pun keluar kemudian berjalan ke kopernya untuk mengambil kaos dan juga celana setinggi lutut.     

Ia mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi dari pada kejadian barusan terulang kembali dan ia semakin malu. Qa keluar kamar dengan wajah datarnya. Ia bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kenan sedang duduk di sofa sembari memakan cemilan yang tadi di beli Qia seraya menonton serial animasi di salah satu stasiun televisi.     

"Siapa tuh yang nyuruh makan?" tanya Qia yang menghnetikan langkahnya karena melihat cemilan yang sedang di makan Kenan.     

"Kamu enggak boleh banyak makan micin, nanti batuk," jawab Kenan tanpa menatap Qia.     

"Argh! Itu enggak banyak micin!" teriak Qia kesal.     

"Buatin makan, gih! Laper, tadi siang enggak makan!" perintah Kenan tanpa menatap Qia.     

"Buat sendiri!" kesal Qia kemudian ia berjalan ke arah dapur. Kenan tidak berkata apa-apa lagi, ia fokus menikmati cemilan yang di beli Qia.     

Kenan masih ingat dengan Qia yang memang tidak bisa makan cemilan yang banyak bumbunya atau sering di sebut micin. Ia pasti akan batuk jika memakan cemilan seperti itu. Padahal Qia membeli kacang atom dan keripik kentang yang tidak banyak dengan bumbu yang bisa membuatnya sakit tenggorokkan. Tapi Kenan malah menjawab seperti itu.     

Qia mulai menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam. Malam ini ia akan membuat ikan goreng krispi yang di siram dengan saus sarden. Kemudian ia akan membuat tumisan kol orak arik. Ia kemudian mengambil sekitar empat lembar daun kol yang lebar-lebar. Kemudian ia mengambil sekitar 20 buah lebih cabai rawit, empat buah cabai kriting merah, empat buah bawang merah yang sudag di kupas dan 3 buah bawang putih yang sudah di kupas.     

Ia mencuci sayuran dan bahan-bahan bumbu lainnya. Setelah bersih, Qia mengambil 3 butir telur dan memecahkannya kedalam mangkuk. Ia mengocoknya lepas kemudian menyipkan wajan untuk menggoreng telurnya. Ia menambahkan sekitar enam sendok minyak goreng ke dalam penggorengan karena ia nantinya akan langsung memasukkan semua telur ke dalam penggorengan.     

Telur itu akan di buat orak arik oleh Qia sebagia bahan campuran kol tumis orak arik. Bahan-bahan yang ia perlukan hanya bawang merah dan putih di potong tipis kemudiaia cabai rawit sekitar sepuluh buah ia potong miring, dua buah cabai merah kriting di potong miring dan juga ia menambahkan sosi yang di potong miring sebanyak 3 buah.     

Setelah telur orak-arik siap, ia memotong kol seperti korek api. Ia kembali memanaskan minyak goreng sekitar satu sendok kemudian menumis bawang merah dan putih bersamaan. Setelah itu menumis sebentar cabai rawit dan kriting bersamaan dengan sosis yang sudah di potong miring kemudian ia baru memasukkan kolnya. Ia menambahkan sedikit air kemudian memasukkan garam, penyedap rasa dan juga saus tiram.     

Selagi menunggu kolnya lunak, ia menyiapkan tepung untuk menggorang ikan. Iya menggunakan tepung instan untuk mengoreng ayam krispi. Qia sedang malas membuat tepungnya jadi ia memakai tepung instan. Kol sudah lunak ia pun memasukkan telur orak arik tadi kemudian di diamkan sampai airnya sedikit menyusut kira-kira tinggal tersisa satu sendok air. Qia mengaduk-aduknya dan mencicipi rasanya.     

Ia menambahkan sedikit garam karena rasaya masih kurang asin sedikit, setelah itu ia pun mengangkatnya dan meletakkan ke dalam mangkuk. Sekarang ia membersihkan wajannya untuk ia gunakan menggoreng ikan.     

"Wah, masak apa nih?" tanya Raka yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan pantry.     

"Astaga, bang!" ucap Qia terekejut kemudian memegangi dadanya karena terkejut. Tadi Kenan, sekarang Raka. Kenapa para pria yang ada di appartement ini senang sekali mengejutkan orang.     

"Hahaha, maaf-maaf. Kaget ya kamu?"     

"Hum, lagi fokus masak tiba-tiba abang nongol. Ya kaget lah," jawab Qia kemudian ia membalik ikan yang tadi sudah ia masukkan ke penggorengan yang sudah terisi minyak panas.     

"Masak apa kamu?'     

"Lagi masak ikan goreng krispi terus nanti di siram pakai saus sarden."     

"Hum, sepertinya enak."     

"Coba aja nanti," jawab Qia seraya tersenyum.     

"Udah mateng belum Qi? Laper nih!" teriak Kenan dari ruang televisi.     

Raka menatap ke arah ruang televisi seraya mengernyitkan dahinya. Sikap Kenan seperti orang yang sudah mengenal lama. Kenan biasanya bersikap dingin pada perempuan. Namun, ini dia bertanya pada Qia seperti apa yang sering ia lakukan pada Raka ketika Raka sedang memasak.     

"Belum, pak!" jawab Qia yang berteriak.     

"Lelet banget, sih!" teriak Kenan tetapi tidak di balas Qia sama sekali. Qia memilih mengabaikan saja mulut Kenan yang berisik.     

"Aku ke kamar dulu ya Qi," ucap Raka kemudian ia berjalan ke arah kamar. Ia menghentikan langkahnya dan berdiri tepat di sebelah Kenan yang saat ini sedang duduk seraya memakan keripik kentang.     

"Jajanan dari mana, nih? Tumben banget kamu makan jajanan seperti ini?" tanya Raka membuat Kenan menghentikan kunyahannya dan menolehkan kepalanya ke arah Raka yang raut wajahnya tidak terbaca sama sekali.     

TBC...     

Aduh, aduh... Kenan matanya nakal. Wkwkwk.... Yuks lah ramaikAn Koment, Love dan Power Stonenya ya guys... BTW" jangan lupa ikutan CHALLENGE YA GUYS... SYARAT DAN HADIAH SILAHKAN BACA DI BAB 48-50 PADA BAGIAN CATATAN KAKINYA YA... HEHEHEHE....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.