Menikah dengan Mantan

Bab 48



Bab 48

0Hai.. hula, hula.... Up Again. Jangan bosan" dengan kisah mereka yang belum menikah ya. Karena ini masih awal guys. Kenan harus masih berjuang untuk meluluhkan hati Qia. Enggak mudah loh, hidup Qia tanpa orang yang bisa mendukungnya di masa" sulitnya. Jadi, Kenan harus berjuang dulu. wkwkwkw... Seorang lelaki yang membenci Wanita dan akhirnya menjalin hubungan terlarang sesama jenis harus menaklukan hati seorang wanita. Gimana ini ya? wkwkkw...     
0

Happy Reading.....     

Qia hanya diam dengan tangan yang terus menepuk punggung Kenan. Ternyata sudah beberapa tahun terlewat kebiasaan Kenan seperti ini masih belum hilang. Setelah ia merasa tenang, ia akan mengatakan apa yang membebaninya. "Aku tadi meninggikan suaraku pada mama," ucapnya yang masih di dalam pelukan Qia.     

Qia diam mendengarkan curahan hati Kenan saat ini. "Dia selama ini tidak pernah merawatku, tetapi tiba-tiba saja ia datang dan menetang keras keinginanku menikah dengamu," ucap Kenan yang kini melepaskan pelukannya di tubuh Qia.     

Ia mendongak untuk menatap Qia sedangkan Qia menundukkan kepalanya. "Kenapa dia peduli dengan siapa wanita pilihanku sedangkan saat aku membutuhkan perhatiannya dia malah entah pergi kemana," ucap Kenan menatap tepat ke bola mata Qia.     

Qia tidak menjawab, kini tangannya terulur menyentuh pipi Kenan kemudian Kenan menyentuhkan wajahnya ke telapak tangan Qia seperti kucing yang minta di usap. Qia pun mengusap pipi Kenan kemudian ia kembali menarik tubuh Kenan untuk dia peluk.     

Sudah bertahun-tahun lamanya tetapi hubungan Kenan dan ibunya kenapa tidak pernah membaik sama sekali. "Apa ibunya Kenan masih sering menikah?" tanya Qia dalam hati. Jika ia, berarti sifatnya masih belum berubah. Qia yakin ibunya Kenan sudah tidak muda lagi, tetapi kenapa ia tidak mentapkan satu orang lelaki untuk menemani masa tuanya.     

Kenan mendorong tubuh Qia perlahan kemudian ia mengenggam kedua tangan Qia. Ia mendongakkan kepalanya menatap Qia. "Menikahlah dengan ku" ucap Kenan begitu lembut kemudian ia mengecup kedua punggung tangan Qia.     

"Walau kata pisah tidak pernah terucap dari bibir kakak atau dari bibirku, tetapi bagi Qia kakak bukan lagi kekasihku. Kakak sudah kembali beberapa tahun yang lalu, tetapi kenapa baru sekarang kakak menemuiku?" tanya Qia menatap Kenan dengan tatapan sedihnya.     

Jika memang Kenan masih mecintainya kenapa baru sekarang Kenan menuntut dirinya tetap menjadi kekasihnya. Jika saja dia datang menemui Qia setelah menyelesaikan pendidikan di Jerman mungkin saja Qia bisa menerima kembali Kenan. Namun, ketika pertama kali bertemu saja Kenan hanya diam dan berkata dingin padanya. Ia sama sekali tidak mengenali Qia. Rasanya bertahan bertahun-tahun menunggu kepulangan Kenan terasa sia-sia. Ia berharap Kenan datang mencarinya, tetapi ketika mereka bertemu kembali ia sama sekali tidak mengenalnya.     

Kenan pun datang ke kosannya tetapi ia tidak berkata apa-apa. Bahkan raut wajahnya itu seperti ingin bicara tetapi ia tidak bisa bicara. Kenan pun berbicara ketus padanya tidak memperhatikannya sama sekali.     

Akhirnya Qia pun memutuskan untuk melupakan Kenan karena Kenan tidak mengingatnya sama sekali. Kini Kenan tiba-tiba datang menghampirinya dan memaksakan hubungan mereka yang menggantung selama bertahun-tahun.     

Jika memang Kenan masih mencintai, ah tidak. Apa pernah ada cinta dihati Kenan. Dia menerima Qia mungkin saja karena terpaksa. Buktinya Qia lah yang menyatakan cintanya di depan umum, setelah beberapa hari barulah Kenan mengatakan apakah pertanyaan itu masih berlaku. Seharuanya Kenan tidak perlu bertanya seperti itu, seharusnya Kenan cukup mengatakan aku mau menjadi kekasihmu atau Kenan membalas penyataan cinta Qia dengan sebuah pernyataan cinta di depan umum sama seperti dirinya.     

Namun, semua sudah berlalu. Bagitu bodoh dirinya saat itu yang terlalu mencintai Kenan. Entah kenapa aura dingin yang Kenan pancarkan justru membuat Qia jatuh cinta. Lelaki dingin menurutnya saat itu adalah lelaki setia. Dan lelaki dingin menurutnya itu terlihat tampan. Jadi, Qia pun melakukan apapun untuk mendapatkan lelaki dingin yang setia seperti Kenan.     

Selama mereka berpacaran Kenan tidak pernah bersikap manis pada wanita-wanita di luar sana. Bahkan padanya saja Kenan sering bersikap dingin. Namunn. entah kenapa ia menyukai Kenan yang seperti itu. Jika diingat kembali tidak ada yang spesial dan kenangan romantis antara dirinya bersama Kenan.     

Ia baru berpikir sekarang, setelah Kenan tidak mengingat dirinya sama sekali saat mereka pertama kali bertemu. Betapa bodoh dirinya, yang mungkin saja Kenan dulu menerimanya hanya terpaksa atau mungkin kasihan karena ia menyatakan cinta di depan umum.     

"Ta," panggil Kenan dengan suara lembutnya karena Qia malah melamun.     

"Maaf kak, lebih baik kakak menikah dengan wanita lain saja. Jangan Tata, Tata itu--" ucapan Qia terhenati ketika Kenan langsung mendorong tubuh Qia dan ia menopang kepala juga tubuh Qia. Bibir mereka pun sudah bertemu perlahan tetapi pasti Kenan menggerakkan bibirnya membuat Qia mendorong bahu Kenan.     

Namun, semua sia-sia saja, posisinya yang terbaring di lantai dan tubuh kekar Kenan itu cukup berat untuk ia dorong. Qia kemudian mengigit bibir bawah Kenan membuat sang empunya langsung menjauh dan melepaskan tubuh Qia. Kepala Qia pun langsung terantuk lantai dan suaranya cukup keras.     

"Aduh," ucap Qia memegagi kepala bagian belakangnya seraya memiringkan tubuhnya.     

Rasanya begitu sakit dan berdenyut. Kenan yang tadinya akan marah ia malah terlihat khawatir melihat Qia yang kesakitan. "Ta, enggak apa-apa?"     

Qia berhenti mengusap kepalanya kasar kemudian menatap Kenan. "Kurang tinggi kak, jatuhin kepalanya!" kesal Qia kemudian ia pun bangun dari terbaringnya.     

Ia berdiri kemudian membersihkan bagian belakangnya. Kenan pun ikut berdiri, kemudia ketika ia akan membantu membersihkan bagian punggung Qia, Qia langsung menghindar. "Aku bisa sendiri, enggak perlu di bantuin!" kesal Qia menatap tajam Kenan.     

Qia sepertinya cukup berani jika mereka hanya berdua. Tidak seperti jika di depan orang, Qia lebih banyak diam. Kenan merasakan perbedaan itu dari Qia semasa SMA dan juga Qia yang sekarang. Qia semasa SMA walau terkadang bersikap keras kepala tetapi, pada akhirnya ia akan menuruti perkataannya. Sedangkan Qia yang sekarang lebih banyak melawan perkataannya dan tidak menuruti apa maunya. Ia juga sangat mementingan omongan orang di bandingkan masa bodo.     

"Kenapa, Ta?" tanya Kenan.     

"Kenapa apanya?" tanya Qia mengernyitkan dahinya.     

"Kenapa kamu enggak mau menikah denganku?"     

"Kenapa harus tanya kenapa sih, kak? apa perkataan Qia di depan Kakek kakak masih belum jelas?" tanya Qia dengan raut wajah kesalnya.     

"Apa udah enggak ada kesempatan lagi untuk aku menjadi pendampingmu?" tanya Kenan dengan wajah sedihnya.     

"Kenapa harus Qia sih, di luaran sana itu banyak wanita yang lebih cantik, pintar dan juga berpendidikan tinggi yang setara dengan Kakak. Tapi, kenapa harus aku?" tanya Qia dengan raut wajah frustasinya. Ia tidak mau menjadi wanita bodoh lagi ketika bersama Kenan. Kali ini ia harus melawan perasaan yang masih ada untuk Kenan. Hanya ada rasa sakit nantinya ketika ia bersama Kenan, itulah yang ada di pikirannya.     

"Karena yang aku mau kamu, bukan orang lain!" jawab Kenan begitu mantab.     

Entah kenapa, mendengar jawaban Kenan ia masih belum puas. Seperti ada yang mengganjal dalam hatinya. Mungkin perubahan cara bersikap Kenan yang membuat dirinya ragu. Kenan yang ia kenal itu orang yang dingin dan tidak peduli. Ia juga dulu terkesan menjalani saja hubungannya tetapi semua itu terasa datar.     

"Ta, mau ya, menikah denganku?" tanya Kenan dengan suara lembutnya seraya meraih kedua tangan Qia.     

TBC...     

Yuhu... Banyakin Koment, Love dan Power Stonenya ya guys...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.