Menikah dengan Mantan

WARNING!! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL



WARNING!! JANGAN BUKA SEBELUM GANTI JUDUL

0Kenan meraih satu tangan Qia kemudian satu tangannya yang lain ia gunakan untuk membelai pipi Qia. "Bangun Qi, jangan buat aku takut. Ada aku di sini, kamu jangan takut," ucap Kenan dengan nada suara begitu lembut. Ia menatap Qia dengan tatapan begitu khawatir.     
0

Raka yang menyusul Kenan ke kamar kini hanya mampu terdiam melihat Kenan yang memperlakukan Qia begitu lembut. Perlakuannya pada Qia terlihat begitu tulus tanpa adanya kebohongan. Tidak kuat melihat adaegan di depannya, ia pun memanggil Chika dengan suara lirihnya kemudian ia mengajak Chika pulang.     

"Kita enggak pamit dulu?" tanya Chika seraya menoleh ke arah Kenan yang masih begitu perhatian pada Qia.     

"Udah kita pulang saja, biarkan mereka berdua," ucap Raka.     

"Ya, udah kalau gitu," ucap Chika kemudian ia melangkahkan kakinya mengikuti langkah Raka yang sudah jalan terlebih dahulu.     

Entah apa yang di pikirkan Chika, ia tadi tiba-tiba mengajak Raka untuk menjenguk Qia yang sedang sakit. Sebenarnya bukan tanpa sebab Chika mengajak Raka menjenguk Qia, tetapi ia ingin memastikan sesuatu. Chika merasa bahwa Raka wanita yang pernah membuat Raka mabuk dan terkadang Raka sebut dalam permainan panas ketika Raka mabuk itu adalah Qia. Ia ingin melihat reaksi Raka bagaimana ketika Qia yang sedang sakit di rawat oleh Kenan. Apalah ia kana cemburu atau tidak.     

Dan kesimpulan yang ia dapat adalah, Raka memang menyukai Qia. Terbukti dengan Raka yang terlihat panik dan khawatir ketika Qia histeris. Bahkan, ketika Raka mengajaknya pulang dengan tatapan mata sedihnya menatap Qia dan Kenan sudah membuktikan jika Raka memanglah menyukai Qia. Mereka berdua berjalan tanpa ada perkataan sedikitpun, Chika pun hanya diam dan menatap punggung Raka yang memang berjalan di depannya. "Aku akan membuatmu mencintaiku," ucap Chika dalam hati.     

Ya, Chika tidak mau mengelak lagi dengan perasaannya. Dirinya memanglah benar-benar jatuh cinta pada Raka. Hanya saja, ia tidak mau mengakuinya di depan Raka. Karena ia merasa dirianya wanita, jadi seharusnya ia lebih jual mahal di hadapan pria yang di sukainya. Ia mau Raka lah yang mengatakan, aku cinta kamu. Dirinya gengsi sekaligus malu jika harus mengakui terlebih dahulu jika ia jatuh cinta pada Raka. Itu sebabnya, ia mencari tahu wanita seperti apa yang di sukai Raka.     

Chika akan belajar dari wanita yang di sukai Raka. Setidaknya, wanita itu sudah bersuami, jadi ia tidak akan bermasalah jika memanfaatkan wanita bersuami untuk menaklukan lelaki pujaannya. Mereka berdua kini sudah naik ke mobil, did lam mobil pun masih tidak ada yang mereka bicarakan dan hanya musik dari Bruno mars yang kini menemani perjalanan mereka untuk kembali ke apartment.     

Urusan pernikahan, mereka sudah menyerahkannya kepada WO. Untuk cincin sendiri Chika membatalkannya karena ia tadi malah langsung berinisiatif untuk menjenguk Qia. Namun, ia tidak begitu mnyesalinya karena mementingkan bertemu Qia di bandingkan membeli cincin. Karena dengan bertemu Qia, Chika bisa tahu bahwa dugaannya adalah benar. Jika Raka menyukai Qia, hanya saja ia tidak bisa mengungkapkannya pada Qia karena Qia sudah menjadi milik Kenan.     

Raka menolehkan kepalanya menatap Chika karena ia merasa Chika sednag menatapnya. "Ada apa?" tanya Raka membuat Chika tersadar dari lamunannya.     

"Hah, kenapa Ka?" tanya Chika sedikit gelagapan.     

"Kamu kenapa ngelihatin aku terus?" tanya Raka yang kembali fokus ke jalanan.     

"Ih, siapa yang ngelihatin lo?" tanya Chika kemduian ia membungkam mulutnya karena slah berucap.     

"Siap-sip terima hukumanmu!" ucap Raka seraya menoleh ke arah Chika dengan tatapan mengintimidasi.     

Hari-hari telah beralalu, hari yang sudah di tetapkan akhirnya pun tiba. Hari di mana dua orang anak manusia yaitu laki-laki dan perempuan akan bersatu dalam sebuah ikatakan pernikahan. Hari ini adalah hari pernikahan Chika dan Raka. Chika hari ini terlihat begitu berbeda karena ia memakain balutan busana khas jawa yang begitu ayu ketika ia menggenakannya. Almarhum ibunya adalah orang jawa, jadi ia ingin memakai pakaiannya jawa untuk acara akadnya. Raka pun memakai pakaian jawa yang terlihat begitu pas di tubuhnya. Bahkan wajahnya yang oriental terlihat begitu pas dengan pakaiannya. Wajah orientalnya tidak begitu terlihat sama sekali.     

Warna kebaya yang di pilih oleh Chika adalah berwarna grey. Model baju kebayanya memiliki ekor lebar dan cukup panjang sekitar 2 meter. Raka meminta untuk pakaian akadnya memesan tidak memakai pakain yang sudah jadi. "Sebuah akad itu sacral, jadi aku ingin baju yang kita pakai ketika akad bukan pakaian bekas orang-orang melainkan pakaian baru," ucap Raka saat itu dan hal itu mampu membuat jantung Chika berdetak cepat dan rasanya ia ingin berkata "Aku cinta kamu Raka Mahardika."     

Namun, semua itu hanya mampu Chika pendam dalam hatinya karena ia terlalu gengsi dan juga takut akan penolakan Raka. Raka sendiri pernah berkata untuk tidak mencintainya, jika dirinya mencintai Raka ia di suruh menganggap cinta yang ia rasakan hanya sebuah cinta monyet yang sekali lewat saja. Mana mungkin dirinya bisa menganggap hanya cinta monyet saja. Umurnyany bukan untuk merasakan cinta monyet lagi, jadi ia tidak bisa mengubah perasaanya begitu saja. Cinta yang ia rasakan datangnya begitu saja tanpa ia paksa untuk tertanam dan mengakar di dalam hatinya. Semuanya murni mengalir begitu saja ke dalam hatinya.     

Ia benar-benar tidak pernah memaksakan hatinya untuk mencintai Raka. Karena ia sendiri pun sadar, bahwa semua perlakuan Raka hanyalah semu belaka. Hubungan mereka hanyalah hubungan simbiosis mutualisme, jadi Chika seharusnya sadar bahwa perasaannya seharusnya tidak pernah muncul.     

Chika saat ini sedang berada di ruangan pengantin, ia sedang menunggu kedatangan orang yang menjemputnya untuk menuju tempat pernikahan. Hotel yang di pilih Chika adalah hotel yang sama dengan pernikahan Kenan dan Qia. Bahkan acara akad ini pun di adakan di outdor dari hotel tersebut. Hanya saja tema yang di ambil berbeda dengan pernikahan Kenan dan Qia. Warnanya lebih banyak warna merah yang di padukan dengan warna putih.     

Pintu di ketuk dan seseorang masuk ke dalam ruangan tunggu Chika. Salah seorang dari WO itu pun menghampiri Chika karena acara akan segera di mulai. Chika di bantu oleh dua orang staff WO pun keluar dari dalam ruangan. Ketika ia memasuki altar pernikahan, seseorang sedang menunggunya di depan pintu. "Tante akan menemanimu melangkah menuju tahapan baru kehidupan kamu," ucap Carla seraya tersenyum manis menatap Chika dengan satu tangan terulur di depan Chika.     

Chika menatap tangan Carla yang ada di hadapannya. Ia terlihat ragu, tetapi Carla dengan sigapnya menarik tangan Chika dan mengenggamnya. Mereka berdua memasuki altar pernikahan dengan begitu anggung. Chika tampak cantik dengan kebaya abu-abunya dan Carla sendiri terlihat cantik dengan kebaya berwarna maroon-nya.     

Semua mata tamu memandang ke arah Chika yang terlihat berbeda dengan riasan jawanya yang membuatnya erlihat ayu. Bahasa jawanya penampilannya hari ini manglingi tidak seperti biasanya. Padahal, dirinya adalah wanita yang kerap merias waajahnya dengan makeup, tetapi hari ini riasan jawa dan pakaian adat jawanya membuat ia terlihat berbeda.     

Raka sudah berdiri di depan sana menunggu Chika yang datang padanya. Raka tersenyum dari kejauhan dan membuat jantung Chika mulai melompat-lompat tidak teratur hanya karena Raka yang memandangnya dengan senyumannya itu. Ia berjalan dengan langkah penuh tidak terbebani sama sekali. Kini Chika sudah berdiri di samping Raka, staff Wo pun membantu membetulkan ekor kebaya yang di kenakan Chika.     

Carla membantu memasangkan kerundung ke kepala Chika dan juga Raka. Raka dan Chika saling memandang dan saling melemparkan senyumannya. Papa Chika yang ada di hadapannya Raka tidak menyukai interaksi putrinya dan calon suaminya. "Apakah sudah siap semua?" tanya penghulu menatap keduap mempelai.     

"Iya," jawab Chika dan Raka bersamaan.     

Kenan yang menjadi saksi hanya diam tidak banyak bicara. Raka memang meminta langsung Kenan menjadi saksinya. Ia tidak memliki keluarga sama sekali, jadi siapa lagi yang ia mintai tolong selain Kenan. Awalnya Kenan menolak, karena bagaimana mungkin ia menjadi saksi atas pernikahan kekasihnya sendiri. Rasanya ia ingin berteriak, "batalkan pernikahan ini!" tetapi semua hanya bisa ia teriakkan di dalam hatinya saja.     

Tangan papa Chika kini sudah berjabatan dengan tangan Raka. Papa Chika mulai mengatakan kalimat ijab Kabul yang nantinya akan di ikuti oleh Raka. Ketika Papa Chika sudah menghentakkan tangannya jika waktunya Raka mengatakan kalimanta ijab Kabul semuanya terhenti begitu saja ketika suara teriakan seseorang menggema di acara yang penuh khitmat ini. "Hentikan pernikahan ini!" teriak wanita itu membuat semua orang kini menoleh ke arah orang yang berteriak begitu pun dengan Chika dan Raka.     

Chika membelalakan matanya melihat Alura yang baru saja berteriak. Bagaimana bisa Alura masuk, padahal para penjaga sudah di beri tahu jika Alura dan mamanya tidak di izinkan masuk. Alasannya karena seperti apa yang saat ini yang terjadi. Alura tidak terima jika Chika menikah dengan Raka. Alura sudah sering menghampirinya dan berteriak di kantor bahwa ia tidak akan membiarkan pernikahan Chika dan Raka terjadi. Bahkan Papanya pun meminta Chika untuk membatalkan pernikahan. Sebagai gantinya papanya akan mencarikan pria yang lebih kaya dan lebih baik dari Raka.     

"Kenapa enggak dia aja yang papa carikan pria lain. Kenapa harus Chika yang mengalah sama Alura. Memangnya anak papa itu siapa, sampai papa rela memberikan kebahagiaan anak kandung papa sendiri pada anak tiri papa itu!" marah Chika saat itu.     

"Kamu anak papa yang terbaik, jadi kamu pun pantas mendapatkan pria yang lebih baik dan kedudukan kekayaannya lebih dari Raka."     

"Bulshit! Semua kata papa itu bohong! Papa hanya mementingkan anka tiri papa saja. Papa sama sekali enggak mentingin Chika, kalau papa mentingin Chika seharusnya papa yang kasih pengertian ke Alura, bukan malah ngasih pengertian ke Chika!" marah Chika saat itu dan ia pun langsung keluar dari ruangan papanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.